Menggaruk ruam memang memicu peradangan, tetapi juga membantu melawan bakteri
oleh George Citroner
Ternyata, nasihat ibu Anda hanya setengah benar tentang menggaruk rasa gatal. Para peneliti telah mengonfirmasi bahwa menggaruk memang memperburuk peradangan kulit, tetapi mereka juga menemukan fakta mengejutkan: menggaruk yang menyebabkan peradangan pada ruam Anda sebenarnya dapat membantu melindungi tubuh dari bakteri berbahaya.
Menggaruk infeksi kulit ringan justru dapat membantu sistem kekebalan tubuh mengendalikan bakteri.
Siklus Gatal-Garuk
Dengan menggunakan model tikus yang mengalami dermatitis kontak alergi—sejenis eksim yang menyebabkan ruam gatal dan bengkak—para peneliti di Universitas Pittsburgh menemukan alasan mengapa menggaruk memperburuk peradangan kulit.
“Kami menemukan bahwa mekanismenya adalah dengan menggaruk kulit, Anda mengaktifkan neuron rasa sakit, dan neuron ini sangat penting dalam memicu peradangan di kulit,” kata Dr. Daniel Kaplan, profesor dermatologi dan imunologi di Universitas Pittsburgh, kepada The Epoch Times.
Kaplan dan timnya menginduksi gejala mirip eksim pada tikus. Mereka mengamati bahwa tikus yang diperbolehkan menggaruk mengalami pembengkakan pada telinga yang dipenuhi neutrofil, yaitu sel darah putih yang memicu peradangan. Sementara itu, tikus yang dicegah untuk menggaruk menunjukkan peradangan dan pembengkakan yang jauh lebih sedikit.
Penemuan ini menunjukkan bahwa menggaruk adalah faktor yang diperlukan dalam perkembangan ruam gatal, menurut Kaplan.
“Itu semacam paradoks dalam banyak hal, karena kita semua tahu bahwa menggaruk bisa memperburuk peradangan,” ujarnya. Namun, di sisi lain, sensasi menggaruk rasa gatal sangat menyenangkan, sehingga mendorong perilaku ini.
Studi ini baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Science.
Manfaat Tak Terduga dari Menggaruk
Menggaruk memicu ujung saraf di kulit yang merasakan rasa sakit. Saraf ini kemudian melepaskan bahan kimia yang mengaktifkan sel mast, yaitu jenis sel imun dalam kulit. Sel mast inilah yang bertanggung jawab atas rasa gatal dan peradangan yang menyertainya. Dengan kata lain, menggaruk menyebabkan lebih banyak gatal dan peradangan melalui serangkaian reaksi ini.
“Ternyata, ketika Anda mengalami infeksi kulit superfisial akibat bakteri tertentu, menggaruk sebenarnya sangat penting dalam membantu sistem kekebalan tubuh mengendalikan pertumbuhan bakteri tersebut,” kata Kaplan.
“Jadi, dalam hal ini, perilaku menggaruk memiliki sisi baik dan buruk pada saat yang bersamaan,” tambahnya.
“Namun, kerusakan pada kulit akibat menggaruk kemungkinan lebih besar daripada manfaatnya jika rasa gatal bersifat kronis.”
Para peneliti menemukan bahwa meskipun alergen biasanya langsung mengaktifkan sel mast dalam dermatitis kontak alergi, menggaruk mengaktifkan sel-sel ini melalui jalur alternatif. Aktivasi alternatif ini ternyata mampu menurunkan jumlah Staphylococcus aureus, atau yang sering disebut staph, yaitu bakteri umum penyebab infeksi kulit.
Meskipun ada risiko infeksi akibat menggaruk, hal ini tidak terlalu umum terjadi, kata Dr. Viktoryia Kazlouskaya kepada The Epoch Times. Ia adalah dokter kulit bersertifikat dan pemilik klinik Dermatology Circle PLLC di New York City, meskipun tidak terkait dengan studi ini.
“Infeksi biasanya dapat dikenali ketika rasa sakitnya tidak sebanding dengan iritasi,” jelasnya. “Area yang terkena mungkin juga menjadi merah dan bengkak, serta terkadang mengeluarkan cairan berwarna kuning. Jika tanda-tanda ini muncul, sebaiknya segera menemui dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.”
Implikasi Masa Depan untuk Pengobatan
Tim Kaplan kini tengah mencari cara baru untuk mengobati kondisi peradangan kulit seperti eksim, rosacea, dan urtikaria dengan menargetkan sel mast.
“Kami berharap penelitian ini dapat membantu mengendalikan rasa gatal, atau yang lebih penting lagi, menekan peradangan melalui jalur yang sama,” kata Kaplan.
Tujuan akhirnya, tambahnya, adalah menerjemahkan temuan ini menjadi metode yang tidak hanya mampu mengobati ruam kulit secara efektif, tetapi juga mungkin mencegah kondisi tersebut berkembang sejak awal.
Namun demikian, masih terlalu dini untuk menggunakan temuan ini dalam mengubah cara mengobati rasa gatal atau peradangan, kata Dr. Raman Madan, kepala departemen dermatologi di Northwell Health’s Glen Cove Hospital, New York, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Akan tetapi, “Temuan ini bisa membuat kita mempertimbangkan kembali penggunaan antibiotik topikal pada mereka yang sering menggaruk tetapi belum pernah mengalami infeksi sebenarnya,” ujarnya.
George Citroner melaporkan tentang kesehatan dan obat-obatan, mencakup topik-topik yang meliputi kanker, penyakit menular, dan kondisi neurodegeneratif. Dia dianugerahi penghargaan Media Orthopaedic Reporting Excellence (MORE) pada tahun 2020 untuk cerita tentang risiko osteoporosis pada pria.