Menolak kemampuan Iran untuk memperoleh senjata nuklir dan menurunkan ekspor minyak negara itu hingga nol adalah tujuan utama dari memorandum tersebut
ETIndonesia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani memorandum presiden pada 4 Februari yang meningkatkan sanksi terhadap Republik Islam Iran.
Langkah yang lebih ketat dimaksudkan untuk menerapkan “tekanan maksimum” terhadap negara tersebut, menurut Trump, serta mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Ia secara konsisten menentang gagasan membiarkan Iran mengembangkan kemampuan nuklir untuk tujuan militer.
“Mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir,” kata Trump saat menandatangani memorandum di Ruang Oval. “Beberapa pemimpin mereka, saya bisa katakan sekarang … banyak orang di jajaran tertinggi Iran yang tidak ingin memiliki senjata nuklir.”
Mencegah Iran memproduksi rudal balistik antarbenua dan persenjataan berteknologi tinggi lainnya adalah tujuan utama dari memorandum tersebut, yang juga menyerukan penghancuran “jaringan teroris Iran.”
Menteri Keuangan AS Scott Bessent diperintahkan untuk menggunakan tekanan ekonomi dengan menerapkan sanksi tambahan atau mengadopsi mekanisme penegakan lebih lanjut terhadap sanksi yang sudah ada.
Salah satu tujuan yang dinyatakan dalam memorandum tersebut adalah “menerapkan kampanye yang bertujuan menurunkan ekspor minyak Iran hingga nol.”
Pejabat Departemen Kehakiman AS diperintahkan untuk menyelidiki terorisme yang disponsori negara, dengan jaksa agung memimpin upaya untuk membongkar jaringan yang beroperasi di Amerika Serikat yang didukung oleh Iran atau proksinya. Tuntutan hukum akan diajukan dalam kasus di mana warga negara Amerika dirugikan oleh kelompok yang didanai Iran.
Presiden mengatakan pendekatan yang tegas diperlukan untuk menangani keseriusan masalah ini. Namun, ia tetap berharap bahwa negosiasi berikutnya akan membuahkan hasil.
“Saya ingin memiliki hubungan baik dengan semua orang,” kata Trump. “Jadi, saya menandatangani ini, dan saya tidak senang melakukannya, tetapi saya sebenarnya tidak punya banyak pilihan, karena kita harus kuat dan tegas.”
Langkah ini diambil ketika presiden sedang bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih untuk membahas kebijakan Timur Tengah dan perang yang sedang berlangsung.
Trump menyarankan untuk menemukan jalan ke depan yang menghindari konflik fisik, yang mana menurutnya akan menguntungkan kedua belah pihak.
“Saya pikir Iran juga ingin melihat perdamaian,” kata Trump. “Bukankah mereka sudah cukup menderita?” (asr)
Sumber : Theeepochtimes.com