oleh : Hui Huyu
Sejak Agustus 2024, New York Times menerbitkan sembilan artikel berturut-turut hanya dalam lima bulan, yang menyerang Shen Yun Performing Arts Company New York, yang telah menciptakan keajaiban seni pertunjukan panggung global.
Artikel-artikel ini penuh dengan prasangka, memutar-balik fakta, dan bahkan fitnahan terhadap Shen Yun Performing Arts, dan sangat menyimpang dari akal sehat dan etika jurnalistik. Sulit untuk tidak bertanya-tanya mengapa surat kabar berusia seabad itu membuat laporan yang sepihak dan menyimpang seperti itu tentang kelompok seni Amerika yang terkenal secara internasional.
Awal bulan ini, dua laporan intelijen dari dalam Partai Komunis Tiongkok mengungkapkan rahasia yang mengejutkan : Serangan kasar New York Times terhadap Shen Yun dan Falun Gong adalah bagian dari rencana luar negeri Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk menekan Falun Gong, dan sejalan dengan konspirasi PKT yang lebih besar. Konspirasi yang lebih besar adalah bahwa PKT ingin berperang dengan Amerika Serikat untuk menutupi kelemahannya sendiri.
Dua laporan intelijen mengungkap ambisi PKT untuk menghancurkan Amerika Serikat
Pada 6 Januari, Organisasi Internasional untuk Menyelidiki Penganiayaan terhadap Falun Gong (WOIPFG) merilis informasi intelijen rahasia dari pimpinan puncak Beijing. Laporan Intelijen ini menunjukkan bahwa tujuan strategis Xi Jinping adalah menyerang Amerika Serikat. Xi Jinping yakin bahwa konflik antara Tiongkok dan Amerika Serikat tidak dapat dihindari.
Dalam beberapa tahun terakhir, para pemimpin tinggi Partai Komunis Tiongkok telah menekankan masalah ini dalam pelatihan para pejabat di semua tingkatan. Xi Jinping ingin bawahannya memahami bahwa “konfrontasi dengan Amerika Serikat” bukanlah ide pribadinya, tetapi adalah pengalaman yang tak terelakkan dari perkembangan Partai Komunis Tiongkok. Oleh karena itu, mulai tahun 2018, semua pekerjaan luar negeri PKT difokuskan pada Amerika Serikat.
![](https://etindonesia.com/wp-content/uploads/2024/07/Malam-Nyala-LILIN-WASHINGTON-3.jpg)
Laporan Intelijen dari WOIPFG juga menunjukkan bahwa alasan mengapa PKT berani menyerang Shen Yun dan Falun Gong secara gila-gilaan di Amerika Serikat adalah karena para pemimpin tertinggi PKT percaya bahwa tidak semua orang di pemerintah AS mendukung Falun Gong.
Selama pemerintah AS tidak campur tangan. Perang tanpa batas dan serangan yang dilancarkan PKT terhadap pendiri Falun Gong, Epoch Times, dan penanggung jawab terkait di Amerika Serikat melalui fitnah dan kampanye kotor ini, tidak akan padam dalam jangka pendek.
Apa yang paling dikhawatirkan PKT adalah bahwa FBI akan bekerja sama dengan praktisi Falun Gong dan bahwa pejabat AS akan mengambil tindakan untuk menggagalkan konspirasi PKT.
Oleh karena itu, hal yang paling mendesak bagi para pemimpin puncak Partai Komunis Tiongkok saat ini adalah mengetahui secara akurat sikap Trump yang sebenarnya dan tindakan apa yang akan diambil Trump terhadap Partai Komunis Tiongkok.
Pada 8 Januari, seorang pejabat Kementerian Keamanan Publik Partai Komunis Tiongkok yang masih memegang nurani menggunakan nama samaran Shen Liang mengungkapkan informasi kepada The Epoch Times yang menguatkan informasi yang diperoleh WOIPFG.
Shen Liang mengatakan kepada Epoch Times bahwa artikel-artikel di New York Times ini merupakan bagian dari tindakan menindas lintas negara PKT terhadap Falun Gong. Artikel-artikel ini direncanakan oleh Chen Yixin, Menteri Keamanan Nasional PKT, dan tujuannya adalah menyeret Amerika Serikat ikut berbuat jahat untuk menutupi kejahatan kejam yang telah mereka lakukan terhadap jutaan praktisi Falun Gong di negara tersebut.
![](https://etindonesia.com/wp-content/uploads/2024/08/FaluN-Gong-ditndas.jpg)
Shen Liang mengungkapkan bahwa Chen Yixin menyarankan Xi Jinping untuk menyingkirkan Falun Gong karena dia takut Amerika Serikat dan Falun Gong akan bergabung untuk secara resmi menyelidiki kejadian Falun Gong di Tiongkok. Begitu segala tindakan penganiayaan PKT terhadap Falun Gong (termasuk pengambilan organ secara hidup-hidup) ) dipublikasikan ke masyarakat internasional, Bagi PKT, bukan hanya partainya yang akan musnah, tetapi semua pemimpin utama PKT, bahkan Xi Jinping sendiri, dapat dikirim ke pengadilan internasional untuk diadili.
Shen Liang mengatakan, sebelumnya hubungan Tiongkok-AS hanya konflik di level ekonomi, namun seiring dengan perubahan situasi internasional, terutama pasca kemunduran Rusia, kini Tiongkok dan AS saling berhadapan secara langsung, atau saling berebut posisi supremasi, dan pertarungan tidak akan berakhir sampai satu pihak mati.
Pada saat ini, tentu saja mustahil bagi PKT untuk menyerahkan titik lemahnya ini (kejahatan menganiaya Falun Gong) di tangan Amerika. PKT ingin memanfaatkan pertikaian partai di AS untuk menciptakan perpecahan antara pemerintah AS dan Falun Gong guna melenyapkan Falun Gong sebelum rakyat Amerika sadar. PKT yakin ini adalah strategi yang paling cerdas.
Shen Liang berkata bahwa para pemimpin tinggi Partai Komunis Tiongkok dan sejumlah politisi Amerika telah mencapai kesepakatan tertentu, di mana mereka membantu Partai Komunis Tiongkok menyerang Falun Gong di Amerika Serikat dengan imbalan keuntungan tertentu dari Partai Komunis Tiongkok.
Sebagian besar materi di New York Times merupakan petunjuk yang diberikan oleh mata-mata PKT di dalam Falun Gong. Beberapa di antaranya bahkan diciptakan oleh mata-mata, seperti mereka yang menyuap mantan pemain Shen Yun.
Shen Liang mengatakan bahwa PKT tidak pernah menganggap Amerika Serikat sebagai pesaing. Ini adalah konsensus yang sangat jelas di internal PKT. Perjuangan dengan Amerika Serikat adalah pertempuran hidup dan mati. Hal-hal ini telah diterapkan di dalam PKT sejak 2018, tetapi rakyat Amerika masih belum melihatnya dengan jelas.
Strategi pamungkas PKT : Mengalahkan Amerika Serikat dan mendominasi dunia
Dari Perang Dingin hingga globalisasi dan kemudian ke proses deglobalisasi saat ini, tidak peduli bagaimana situasi global berubah dan bagaimana kepentingan dan sistem nilai berbagai negara disesuaikan kembali, strategi inti PKT terhadap Amerika Serikat tetap sama : Yakni mengalahkan Amerika Serikat, kuasai dunia, dan mengatur bumi. Strategi ini berasal dari sifat jahat PKT dan ditentukan oleh ideologi komunis yang mengakar dan gen totaliternya.
Setelah Xi Jinping berkuasa, dia meninggalkan kebijakan menyembunyikan kepandaian yang dianut selama era Deng Xiaoping dan mengusulkan desain pembentukan “komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia”, yang secara bertahap mengungkap ambisi global PKT.
Komunitas masa depan bersama bagi umat manusia pada hakikatnya adalah versi terselubung dari “pembebasan seluruh umat manusia” yang dianjurkan dalam Manifesto Komunis. Ini juga merupakan deklarasi ideologis tentang pertarungan hidup-mati Xi Jinping dengan Amerika Serikat di era baru.
![](https://etindonesia.com/wp-content/uploads/2025/01/PKT-TINDAS-FG.jpg)
Pada 2 Januari, upacara peresmian Pusat Penelitian untuk Komunitas dengan Masa Depan Bersama bagi Umat Manusia diadakan di Beijing. Terkait hal ini, Yuan Hongbing, seorang sarjana hukum Tiongkok yang tinggal di Australia, berkomentar dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada 6 Januari di “Watch China” bahwa Konsep Xi Jinping tentang komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia pada hakikatnya adalah serangkaian sistem ideologis untuk perluasan totalitarianisme komunis secara global dengan budaya Partai Komunis sebagai nilai intinya.
Sebenarnya ingin melakukan ekspansi global dengan menggunakan ideologi komunisme sebagai jiwanya untuk menguasai seluruh umat manusia dan mewujudkan apa yang tertulis dalam Manifesto Komunis : mereka, kaum komunis, ingin menguasai seluruh dunia dan sepenuhnya menghilangkan dan menghancurkan cara hidup yang bebas dan demokratis. Inilah hakikat sejati komunitas masa depan bersama umat manusia yang digagas Xi Jinping.
Yuan Hongbing juga mengatakan bahwa kediktatoran Xi Jinping selama satu dekade terakhir telah menjadi proyek politik besar yang belum selesai. Seluruh urusan dalam dan luar negeri telah jatuh ke dalam dilema besar. Tidak ada kemungkinan perbaikan ekonomi. Isolasi diplomatik juga akan semakin memburuk dari hari ke hari. Konflik politik dan sosial dalam negeri juga akan semakin meningkat.
Partai Komunis Tiongkok akan menyelenggarakan Kongres Nasional ke-21 pada musim gugur tahun 2027. Untuk mendapatkan persetujuan dalam partai untuk pemilihan kembali, Xi Jinping hanya dapat melancarkan perang melawan Taiwan untuk meletakkan dasar politik bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, Partai Komunis Tiongkok pasti akan melancarkan perang melawan Taiwan sebelum tahun 2027.
Tokoh media senior Guo Jun mengatakan dalam program “Forum Elit” NTDTV baru-baru ini bahwa tujuan politik terbesar Xi Jinping adalah untuk menyatukan Taiwan sebagaimana ditetapkan pada Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-19, dan dia tidak akan ragu menggunakan kekerasan untuk menyatukan Taiwan. Ini adalah satu alasan krusial dari perubahan total hubungan Tiongkok-AS.
Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-19 pada tahun 2017 menentukan arah dari apa yang disebut “pembebasan Taiwan”, yang menyebabkan perubahan mendasar dalam hubungan Tiongkok-AS pada tahun 2018. PKT percaya bahwa Tiongkok dan Amerika Serikat harus berperang, sehingga seluruh strategi utamanya ditujukan pada Amerika Serikat dan blok Barat.
Menanggapi serangan terus-menerus New York Times terhadap Shen Yun, Guo Jun mengatakan bahwa informasi dari orang-orang yang memegang keadilan telah menjelaskan mengapa operasi ini dipimpin oleh Kementerian Keamanan Negara Partai Komunis Tiongkok, sementara sebelumnya dipimpin oleh Kementerian Keamanan Publik.
Dengan kata lain, PKT menganggap konfrontasi antara PKT dan Amerika Serikat saat ini sebagai perkembangan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, sejak tahun 2018, fokus semua pekerjaan PKT di luar negeri adalah Amerika Serikat.
Guo Jun menunjukkan bahwa situasi saat ini adalah bahwa pendiri Falun Gong berada di Amerika Serikat, dan keberadaan praktisi Falun Gong di Amerika Serikat dan di Tiongkok daratan telah menjadi bahaya tersembunyi yang besar bagi rezim Xi Jinping. Terutama setelah Trump berkuasa, kebijakan luar negerinya cenderung menganggap PKT sebagai ancaman terbesar, sehingga PKT harus siap menghadapi eskalasi konfrontasi komprehensif. Dalam keadaan ini, telah menjadi konsensus di antara para pemimpin puncak PKT bahwa PKT berharap untuk memberantas atau melemahkan Falun Gong di Amerika Serikat.
Kekhawatiran Terbesar PKT dalam Perang Melawan AS adalah Ketakutan Mereka untuk Ditusuk di Titik Lemah Mereka
Isi kedua laporan intelijen di atas dan analisis Profesor Yuan Hongbing tentang situasi di Taiwan memiliki konsistensi logis yang inheren. Pada 2018, Xi Jinping mulai merencanakan masa jabatan ketiganya. Alat tawar-menawarnya adalah menyelesaikan apa yang disebut masalah Taiwan, yang pasti akan mengarah pada konfrontasi langsung dengan Amerika Serikat, atau bahkan perang dengan Amerika Serikat.
Oleh karena itu, sejak saat itu, Xi Jinping memperkuat kontrolnya atas penetrasi politik AS, pengaruh media, infrastruktur, dan strategi perang tak terbatas lainnya, dengan tujuan melemahkan kekuatan AS, memperburuk perpecahan politik AS, dan memengaruhi keinginan AS untuk campur tangan dalam perang Selat Taiwan.
Pada awal pemerintahan Biden tahun 2021, penarikan pasukan dari Afghanistan yang membawa bencana terjadi. Taliban dengan cepat mendapatkan kembali kekuasaan, upaya Amerika Serikat selama 20 tahun menjadi sia-sia dalam semalam. Partai Komunis Tiongkok senang dengan situasi ini.
Sekitar waktu yang sama, Xi Jinping mengusulkan konsep “bangkitnya Timur dan kemunduran Barat”. Pecahnya perang Rusia-Ukraina pada Februari 2022 semakin memacu tekad Xi Jinping untuk mempercepat terwujudnya penyatuan kembali Taiwan dengan kekuatan militer.
Pada Oktober 2022, pada Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20, Xi Jinping terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga dengan janjinya untuk menyatukan Taiwan dengan kekuatan militer. Partai Komunis Tiongkok memasuki apa yang disebut era Xi Jinping dan kebijakan dalam negerinya selangkah lebih maju lagi ke arah sistem perang.
Ketika Partai Komunis Tiongkok merencanakan perang di Selat Taiwan dan mempersiapkan perang melawan Amerika Serikat, ada satu hal yang membuat Partai Komunis Tiongkok merasa tidak nyaman: hutang darah besar yang harus ditanggung Partai Komunis Tiongkok karena menganiaya Falun Gong dan Pengaruh Falun Gong secara global semakin berkembang.
Praktisi Falun Gong di luar negeri tidak hanya mendirikan platform media seperti The Epoch Times, New Tang Dynasty dan Sound of Hope, tetapi juga mendirikan Fei Tian Academy of the Arts, Fei Tian College, Shen Yun Performing Arts dan Platform Ganjing World (Dunia Bersih). Pengaruh organisasi dan platform ini secara bertahap menembus fire wall PKT dan merasuki semua lapisan masyarakat Tiongkok, sehingga menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kendali PKT atas opini publik.
![](https://etindonesia.com/wp-content/uploads/2024/11/Tarian-SHEN-YUN-2.jpg)
Di sisi lain, kepercayaan Falun Gong, dengan “Sejati, Baik dan Sabar” sebagai intinya, sangat kontras dengan sistem totaliter PKT, yang mengandalkan kebohongan dan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaannya. Hal ini menjadikan Falun Gong sebagai musuh alami yang tidak dapat dikalahkan oleh PKT, dan pengaruh Falun Gong di masyarakat internasional yang terus berkembang, juga telah melemahkan ambisi PKT untuk mendominasi dunia dan menimbulkan tantangan besar bagi perluasan globalnya.
Selain itu, seiring surutnya globalisasi dan negara-negara Barat kembali berfokus pada nilai-nilai hak asasi manusia tradisional, isu hak asasi manusia Falun Gong secara bertahap semakin mendapat perhatian.
Khususnya, sikap pemerintah AS terhadap isu Falun Gong kemungkinan akan menjadi penunjuk arah bagi kebijakan negara-negara Barat, yang selanjutnya mendorong kecaman dan tanggapan masyarakat internasional terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh PKT.
Pada 2019, China Tribunal, pengadilan sipil yang berpusat di London, menyimpulkan bahwa tidak ada keraguan bahwa pengambilan organ yang disetujui negara terjadi dalam skala besar di Tiongkok, dengan praktisi Falun Gong sebagai sumber utama organ tersebut.
Pada 27 Maret 2023, Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat meloloskan Undang-Undang Penghentian Pengambilan Organ Secara Paksa (H.R.1154) dengan suara mayoritas, menandai pertama kalinya bahwa metode legislatif dengan efek hukuman yang sebenarnya digunakan untuk menghentikan kekejaman PKT dalam pengambilan organ secara hidup.
Pada 25 Juni 2024, DPR AS dengan suara bulat meloloskan Undang-Undang Perlindungan Falun Gong melalui pemungutan suara.
Penganiayaan terhadap Falun Gong oleh PKT selama lebih dari dua dekade tidak hanya gagal melenyapkan Falun Gong, tetapi juga membuat semakin banyak orang menyadari berbagai kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan PKT selama penganiayaan tersebut. Kekhawatiran dan ketakutan bahwa kejahatan kejam ini akan dibawa ke pengadilan internasional telah menjadi titik lemah PKT saat menghadapi negara-negara Barat, terutama saat harus berhadapan langsung dengan negara-negara Barat.
Dapat diramalkan bahwa jika PKT berhadapan dengan Amerika Serikat dan memasuki negara yang bermusuhan, Amerika Serikat pasti akan mencari strategi terbaik untuk menghadapi ancaman PKT.
Meminta pertanggungjawaban Partai Komunis Tiongkok atas kejahatannya terhadap kemanusiaan dengan menganiaya Falun Gong tidak diragukan lagi merupakan pilihan yang sangat berpengaruh. Ini bukan hanya langkah besar untuk menegakkan keadilan dan mempertahankan nilai-nilai universal, tetapi juga strategi hebat yang dapat secara efektif melemahkan pengaruh internasional PKT.
Hal ini akan mendorong lebih banyak negara untuk bersatu melawan PKT, dan bahkan dapat memicu perpecahan internal di antara para pemimpin tertinggi PKT, yang pada akhirnya mengarah pada disintegrasi rezim PKT, sehingga mencapai efek strategis terbaik untuk mengalahkan musuh tanpa pertempuran.
Shen Liang mengatakan kepada Epoch Times, “Saya secara pribadi menyaksikan pengambilan organ dan penyiksaan. Itu sama sekali tidak manusiawi. Begitu terungkap, seluruh dunia akan menghancurkan PKT.”(lin/mgl)