AS Jatuhkan Sanksi pada Perusahaan Tiongkok, India, dan UEA atas Dugaan Pengiriman Minyak Iran ke Tiongkok

EtIndonesia. Departemen Keuangan AS pada Kamis (6/2) mengumumkan penerapan sanksi terhadap sejumlah perusahaan dan individu dari Tiongkok, India, serta Uni Emirat Arab (UEA). Sanksi ini dijatuhkan karena mereka diduga terlibat dalam pengiriman minyak Iran ke Tiongkok, yang melanggar peraturan sanksi internasional.

Dalam pengumuman resmi, Departemen Keuangan AS menyatakan bahwa jaringan internasional ini telah membantu Iran mengekspor minyak bernilai ratusan juta dolar ke Tiongkok. Minyak tersebut dikirim oleh Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan perusahaan front bernama Sepehr Energy.

Langkah “Tekanan Maksimal” AS terhadap Iran

Dua hari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menandatangani sebuah memorandum yang menginstruksikan pemulihan kebijakan “tekanan maksimal” terhadap Iran. Memorandum ini mengarahkan Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri AS untuk menurunkan ekspor minyak Iran hingga nol.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam pernyataan resminya menegaskan bahwa Iran menggunakan pendapatan dari ekspor minyak untuk mendanai program nuklir, produksi rudal balistik, serta drone, dan mendukung kelompok teroris di Timur Tengah.

“Amerika Serikat berkomitmen untuk secara agresif menindak setiap upaya Iran untuk mendapatkan dana bagi aktivitas jahatnya,” ujar Bessent.

Perusahaan yang Dikenai Sanksi

Sanksi AS menargetkan sejumlah perusahaan yang diduga terlibat dalam pengiriman minyak Iran ke Tiongkok, antara lain:

  • Marshal Ship Management Private Limited (berkantor pusat di India, tetapi memiliki kantor di UEA)
  • Ocean Dolphin Ship Management (berbasis di Hong Kong)
  • Gozoso Group (berbasis di Hong Kong)
  • Miletus Line (berbasis di Seychelles, Afrika)
  • Umbra Navi Ship Management Corp (berbasis di Kazakhstan tetapi terdaftar di Seychelles)

Dua Kapal Kargo Tiongkok Dibekukan karena Dugaan “Mencuci” Minyak Iran

Selain perusahaan, Departemen Keuangan AS juga membekukan dua kapal kargo Tiongkok yang diduga membantu Iran dalam “mencuci” asal-usul minyaknya sebelum dijual ke pasar internasional.

Dua kapal tersebut adalah:

  • CH BILLION – Berbendera Panama
  • STAR FOREST – Berbendera Hong Kong

Menurut Departemen Keuangan AS, hingga Januari 2025, kedua kapal ini masih digunakan untuk mengangkut minyak mentah Iran dari fasilitas penyimpanan di Tiongkok.

“Ini adalah bagian dari skema Iran di mana militer Iran mendapatkan keuntungan dari penjualan minyak yang diangkut oleh kapal-kapal ini,” bunyi pernyataan Departemen Keuangan AS.

AS juga menyoroti kemungkinan bahwa Tiongkok tidak hanya mengimpor minyak Iran, tetapi juga terlibat dalam operasi pengiriman dan penyimpanan minyak Iran, termasuk skema “pencucian minyak” untuk menghindari sanksi internasional.

Riwayat Pelanggaran Kapal-kapal Tiongkok

Departemen Keuangan AS menyebut bahwa kedua kapal ini memiliki riwayat panjang dalam melanggar sanksi AS terhadap Iran:

  • Pada Agustus 2024, kapal CH BILLION terlibat dalam operasi ship-to-ship transfer dengan kapal tanker milik National Iranian Tanker Company (NITC), HEDY, untuk menerima lebih dari 600.000 barel minyak mentah Iran.
  • Kapal STAR FOREST dalam beberapa tahun terakhir telah mengangkut minyak senilai lebih dari 100 juta dolar AS ke Tiongkok atas nama Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

Departemen Keuangan AS juga membekukan aset beberapa perusahaan yang mengoperasikan kapal-kapal ini, termasuk:

  • Young Folks International Trading Co., Ltd. (berbasis di Hong Kong) – pemilik terdaftar, operator, dan pengelola kapal CH BILLION.
  • Lucky Ocean Shipping Limited (berbasis di daratan Tiongkok) – operator dan pengelola kapal STAR FOREST.

Dengan langkah ini, aset perusahaan-perusahaan ini di AS akan dibekukan, dan individu atau entitas AS dilarang melakukan transaksi dengan mereka.

Dampak dan Tanggapan Internasional

Sanksi ini diperkirakan akan semakin memperburuk hubungan antara AS dan Tiongkok, terutama di tengah ketegangan yang sudah ada terkait perdagangan, geopolitik, serta dukungan Tiongkok terhadap Iran dan Rusia.

Pemerintah Tiongkok hingga saat ini belum memberikan tanggapan resmi terhadap sanksi baru ini, tetapi dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Beijing secara terbuka menolak kebijakan sanksi unilateral AS dan menegaskan bahwa hubungan dagang antara Tiongkok dan Iran tetap sah di bawah hukum internasional.

Sementara itu, Iran mengecam langkah ini dan menyebutnya sebagai “terorisme ekonomi” yang bertujuan untuk mencekik ekonomi negara tersebut.

Dengan kebijakan “tekanan maksimal” yang kembali diterapkan oleh pemerintahan Trump, situasi di Timur Tengah dan hubungan internasional AS diperkirakan akan terus memanas dalam beberapa bulan mendatang.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS