Setelah kematian mendadak mantan Perdana Menteri Partai Komunis Tiongkok, Li Keqiang, mantan jurnalis kantor berita Xinhua, Gu Wanming, pernah menulis surat terbuka yang menyerukan penyelidikan atas penyebab kematian Li. Kini, muncul laporan bahwa Gu Wanming telah dijatuhi hukuman penjara oleh pihak berwenang dan kehilangan tunjangan pensiun.
ETIndonesia. Pada 27 Oktober 2023, pihak berwenang Tiongkok mengumumkan bahwa Li Keqiang meninggal akibat serangan jantung mendadak saat sedang “beristirahat” di Shanghai, dalam usia 68 tahun. Kematian mendadaknya memicu spekulasi luas, dengan banyak yang menduga bahwa ia mungkin menjadi korban persaingan politik internal Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Pada 30 Oktober 2023, Gu Wanming, yang merupakan anggota PKT dan lulusan jurusan jurnalisme Universitas Fudan serta mantan jurnalis Xinhua yang sudah pensiun, menerbitkan surat terbuka yang mempertanyakan kematian Li Keqiang. Ia menyoroti bahwa perjalanan Li ke Shanghai pasti telah mendapat persetujuan dari pemerintah pusat, karena tanpa izin tersebut, ia tidak akan bisa meninggalkan Beijing dan memasuki Shanghai.
Dalam suratnya, Gu mengungkapkan keanehan dalam kematian Li, di mana Li tiba di Shanghai pada 25 Oktober untuk “beristirahat”, tetapi hanya dalam sehari, yakni pada 26 Oktober, ia tiba-tiba meninggal dunia. Menurutnya, kematian Li terjadi pada sore atau malam hari, tetapi pengumuman resmi baru dibuat pada 27 Oktober pukul 00.10. Ia menilai kecepatan kejadian ini sangat mencurigakan dan banyak fakta yang belum dijelaskan secara transparan.
Surat terbuka tersebut menyerukan lima tuntutan:
- Menunda kremasi jenazah Li Keqiang sampai penyelidikan dilakukan.
- Membentuk tim investigasi gabungan untuk mencari tahu penyebab kematian Li.
- Menyelidiki semua individu yang terlibat dan menetapkan tanggung jawab mereka.
- Melakukan autopsi terhadap jenazah.
- Membentuk panitia pemakaman untuk memberikan penghormatan yang layak kepada Li Keqiang.
Surat itu juga menyinggung adanya “konspirator, oportunis, dan koruptor dalam PKT” yang ingin menyingkirkan Li Keqiang untuk merebut kekuasaan. Oleh karena itu, Gu menegaskan bahwa kebenaran tentang kematian Li harus diungkap dan pelaku harus dihukum.
Surat terbuka ini segera menarik perhatian luas dan menjadi bahan diskusi di berbagai platform. Banyak pengamat menilai bahwa Presiden Xi Jinping tidak mungkin mengizinkan penyelidikan atas kematian Li maupun upacara peringatan besar-besaran untuknya.
Gu Wanming Dikabarkan Dihukum Penjara dan Kehilangan Pensiun
Pada 9 Februari 2025, seorang komentator independen, Cai Shenkun, menulis di platform X bahwa Gu Wanming telah membayar harga mahal atas kritiknya terhadap kematian Li Keqiang. Ia dikabarkan telah dijatuhi hukuman penjara dan kehilangan hak pensiun.
Dalam unggahannya, Cai juga membagikan dokumen pemberitahuan dari Biro Kepegawaian Xinhua yang bertanggal 10 Desember 2024. Dokumen itu menunjukkan bahwa pada November 2024, Gu Wanming dijatuhi hukuman satu tahun penjara dengan tuduhan “memicu keributan dan mencari masalah” (picking quarrels and provoking trouble). Berdasarkan peraturan terkait, ia juga kehilangan hak pensiun dan tidak lagi diakui sebagai pensiunan pegawai Xinhua.
Banyak orang menanggapi kabar ini dengan komentar tajam, seperti:
- “Tuduhan ‘memicu keributan’ adalah pasal karet yang bisa diterapkan kepada siapa saja yang tidak sejalan dengan pemerintah.”
- “Menghukum orang yang mempertanyakan kematian Li Keqiang justru semakin mencurigakan.”
Spekulasi tentang Kematian Li Keqiang
Setelah kematian Li Keqiang, Yaita Akio, kepala biro Taipei dari Sankei Shimbun Jepang, menulis di Facebook bahwa wafatnya Li pada usia 68 tahun, tanpa beban pekerjaan kenegaraan yang berat, terasa terlalu mendadak. Ia juga menyoroti bahwa kematian Li terjadi di tengah pergolakan besar dalam pemerintahan Tiongkok, termasuk pemecatan Menteri Luar Negeri Qin Gang dan Menteri Pertahanan Li Shangfu, serta pembersihan besar-besaran dalam Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat.
Yaita menyatakan bahwa meskipun tidak ada bukti bahwa Li Keqiang tewas akibat pembunuhan politik, banyak orang akan tetap berspekulasi demikian. Ia berpendapat bahwa bahkan jika Li memang meninggal karena sebab alami, pemerintah PKT yang sering menutupi fakta membuat masyarakat lebih cenderung percaya pada teori konspirasi. Dalam hal ini, Xi Jinping akan sulit menghapus kecurigaan publik, bahkan jika ia “melompat ke Sungai Kuning sekalipun”.
Kematian Li Keqiang dan Perebutan Kekuasaan di Tiongkok
Insiden ini juga menandai berakhirnya faksi “Tuanpai” dalam PKT, yang sebelumnya dipimpin oleh mantan Presiden Hu Jintao. Sebelumnya, pada Kongres Nasional PKT ke-20, Hu secara paksa dikeluarkan dari aula kongres, menunjukkan semakin kuatnya kendali Xi Jinping.
Sejak Kongres ke-20 PKT, ekonomi Tiongkok mengalami kemerosotan, dan persaingan internal semakin sengit. Banyak pejabat tinggi yang sebelumnya dekat dengan Xi Jinping, seperti Qin Gang dan Li Shangfu, tiba-tiba dicopot. Selain itu, lebih dari sepuluh pejabat tinggi di militer dan industri pertahanan juga disingkirkan.
Sejak Juli tahun lalu, beredar banyak rumor mengenai melemahnya posisi Xi Jinping dan masalah kesehatannya. Hingga kini, pertemuan pleno keempat Komite Sentral PKT yang seharusnya diadakan pada musim gugur 2024 masih belum diumumkan, yang semakin memperkuat dugaan adanya kekacauan internal dalam rezim.
Para pengamat menilai bahwa perpecahan dalam elite politik Tiongkok semakin terlihat, menandakan bahwa perebutan kekuasaan di dalam PKT sedang berlangsung. (Hui)
Sumber : NTDTV.com