Wakil Presiden Amerika Serikat JD Vance tiba di Paris pada Senin, memulai perjalanan internasional pertamanya sejak menjabat.
ETIndonesia. Vance dijadwalkan untuk menyampaikan pidato pada Selasa di Artificial Intelligence (AI) Action Summit, sebuah pertemuan besar yang dihadiri oleh para pemimpin dunia, CEO teknologi, dan pakar dari lebih dari 100 negara.
Wakil presiden menyatakan bahwa ia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengadakan diskusi terbuka dengan para pemimpin dunia mengenai kecerdasan buatan (AI) dan geopolitik.
“Saya pikir ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh beberapa pemimpin yang hadir di KTT AI ini untuk, secara jujur—mengakhiri konflik Rusia-Ukraina, membantu kita secara diplomatis di sana—jadi kami akan fokus pada pertemuan-pertemuan tersebut di Prancis,” kata Vance kepada Breitbart News.
Pada minggu pertamanya menjabat, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang bertujuan untuk memperkuat posisi Amerika Serikat sebagai pemimpin global dalam bidang AI. Dalam perintah tersebut, Trump mencabut perintah eksekutif tahun 2023 yang sebelumnya ditandatangani oleh mantan Presiden Joe Biden, yang bertujuan untuk menetapkan standar baru dalam keamanan dan keselamatan AI, melindungi privasi pengguna, serta mempromosikan kesetaraan dan hak sipil.
“Amerika Serikat telah lama berada di garis depan inovasi kecerdasan buatan (AI), didorong oleh kekuatan pasar bebas, institusi penelitian kelas dunia, dan semangat kewirausahaan,” demikian bunyi perintah tersebut. “Untuk mempertahankan kepemimpinan ini, kita harus mengembangkan sistem AI yang bebas dari bias ideologis atau agenda sosial yang direkayasa. Dengan kebijakan Pemerintah yang tepat, kita dapat memperkuat posisi kita sebagai pemimpin global dalam AI dan memastikan masa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyat Amerika.”
Para pembuat kebijakan di KTT AI sejauh ini telah membahas dampak perkembangan pesat teknologi AI terhadap keamanan global, ekonomi, dan tata kelola pemerintahan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam pertemuan tersebut, mengakui bahwa regulasi dapat menghambat inovasi AI. “Kami akan menyederhanakan,” kata Macron. “Sangat jelas bahwa kita harus menyelaraskan kembali dengan seluruh dunia.”
Kepala urusan digital Uni Eropa, Henna Virkkunen, juga berjanji bahwa blok tersebut akan menyederhanakan aturannya agar AI dapat berkembang lebih pesat.
KTT besar ini berlangsung di tengah meningkatnya perhatian terhadap chatbot AI buatan perusahaan teknologi Tiongkok, DeepSeek. Chatbot ini menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di Amerika Serikat, menimbulkan kekhawatiran keamanan yang sama seperti platform berbagi video populer asal Tiongkok, TikTok.
Penelitian yang dilakukan oleh The Epoch Times terhadap aplikasi ini juga menemukan bahwa chatbot tersebut menyensor tanggapan yang mengkritik rezim Tiongkok dan mempromosikan pandangan yang sejalan dengan ideologi Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Setelah menghadiri KTT AI, Vance akan melanjutkan tur diplomatiknya ke Jerman, di mana ia akan menghadiri Munich Security Conference dan mendesak sekutu Eropa untuk meningkatkan komitmen mereka terhadap NATO dan Ukraina.
Reuters berkontribusi dalam artikel ini.
Sumber: NTD News