EtIndonesia. Baru-baru ini, The Washington Post mengklaim bahwa USAID menghentikan operasinya, berdampak besar pada “organisasi berita independen” di Ukraina dan Rusia yang bergantung pada bantuan lembaga tersebut. Laporan ini menarik ejekan dari Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE), Elon Musk, yang meragukan kemandirian media-media tersebut.
Setelah pelantikan Presiden Trump pada Januari 2025 lalu, dia menandatangani perintah eksekutif yang meminta semua bantuan luar negeri AS untuk dihentikan selama 90 hari guna menilai efektivitas dan konsistensi dengan kebijakan luar negeri pemerintahan saat ini.
Pada tanggal 7 Februari, Trump menyatakan di platform media sosial bahwa penggunaan dana USAID “sepenuhnya tidak dapat dijelaskan” dan banyak di antaranya adalah “tindakan penipuan” dengan tingkat korupsi “belum pernah terjadi sebelumnya” dan bahwa lembaga tersebut seharusnya ditutup.
The Washington Post melaporkan bahwa penghentian operasi USAID berdampak besar pada “organisasi berita independen” di Ukraina dan Rusia yang bergantung pada bantuan lembaga tersebut.
Elon Musk, Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah AS (DOGE), merespons dengan skeptis: “Media independen, itu membuat saya tertawa.”
Menurut data dari Layanan Penelitian Kongres AS (CRS), USAID mengelola sekitar 40 miliar dolar dana pada tahun fiskal 2023, memberikan bantuan ke sekitar 130 negara, dengan Ukraina sebagai negara penerima bantuan terbesar.
NGO Ukraina “Detector Media” mengklaim bahwa mereka “menghadapi risiko kehilangan tiga puluh tahun hasil kerja. Status negara, nilai-nilai demokratis, dan posisi pro-Barat Ukraina menghadapi ancaman yang semakin besar.”
Natalya Ligachova, kepala “Detector Media,” mengatakan kepada The Washington Post bahwa “lebih dari 50% media setidaknya sebagian bergantung pada bantuan AS.”
Organisasi dan Media Oposisi Rusia
Menurut laporan The Washington Post, selain media independen Ukraina, beberapa organisasi dan media Rusia yang mengasingkan diri juga bergantung pada bantuan asing sebagai sumber dana utama mereka, sebagian besar bantuan berasal dari Washington.
Aktivis oposisi Rusia, Andrei Pivovarov, menyatakan: “Hal ini tampaknya mempengaruhi sebagian besar media (oposisi) dan proyek publik Rusia… Dalam waktu dekat, ini tidak hanya akan menyebabkan pembatalan kegiatan, tetapi juga penutupan beberapa proyek.”
Menurut laporan RT Today dan The Moscow Times, yang berbasis di Amsterdam dan dianggap sebagai “organisasi yang tidak diinginkan” oleh Rusia, mengutip sumber yang mengatakan bahwa hingga 90 organisasi Rusia yang beroperasi di luar Rusia telah kehilangan bantuan AS, banyak di antaranya mungkin terpaksa menghentikan operasi sepenuhnya.
RT News, atau sebelumnya Russia Today menyebutkan bahwa sebelum pemerintahan Trump menyerang USAID, pejabat Rusia telah berulang kali menuduh AS melancarkan perang informasi terhadap Rusia, termasuk menggunakan media liberal yang didanai asing untuk menentang Rusia. Setelah konflik Rusia-Ukraina meletus pada tahun 2022, Rusia mengambil langkah-langkah sangat keras untuk mengekang penyebaran rumor terkait militer Rusia, dengan pelanggar dapat dihukum hingga 15 tahun penjara.
Baru-baru ini, Musk telah memulai audit terhadap USAID, menuduhnya sebagai “organisasi kriminal” yang mendanai pengembangan senjata biologis. Trump menyebut lembaga itu “dikelola oleh sekelompok radikal gila” dan mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan nasib masa depan lembaga tersebut.
Jurnalis konservatif Ian Miles Cheong di media sosial X menuturkan bahwa USAID telah memberikan puluhan juta dolar kepada The New York Times selama lima tahun terakhir, yang memicu kontroversi besar.
Menurut postingan Cheong, Departemen Kesehatan dan Layanan Publik AS adalah donor terbesar, memberikan 26,9 juta dolar, diikuti oleh National Science Foundation, yang memberikan 19,15 juta dolar. Menariknya, hanya pada Agustus 2024 saja, Pemerintah AS memberikan dana sebesar 4,1 juta dolar kepada The New York Times.
Cheong menyatakan kekhawatirannya tentang dana tersebut, mengisyaratkan bahwa dana tersebut digunakan untuk mendukung surat kabar yang sedang kesulitan, yang publikasinya sesuai dengan beberapa agenda politik, seperti pro-Ukraina, anti-Trump, dan anti-Elon Musk.
Baru-baru ini, Trump dan Musk telah melancarkan serangan bergantian terhadap USAID, dengan Musk mengumumkan bahwa dia sedang berusaha untuk menutup lembaga tersebut dan mengkritiknya sebagai “organisasi kriminal” yang mendanai pengembangan senjata biologis.
Trump menyebut lembaga itu “dikelola oleh sekelompok radikal gila” dan menyatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan nasib masa depan lembaga tersebut.
Reuters melaporkan pada Jum’at (7/2), bahwa Trump telah merencanakan pemotongan besar-besaran terhadap staf USAID, yang awalnya memiliki lebih dari 10.000 karyawan, dan setelah pemotongan hanya akan menyisakan 294 orang, termasuk 12 orang dari Biro Afrika dan 8 dari Biro Asia.(jhn/yn)