Laporan dari Provinsi Hebei, Tiongkok :  Semua Jenazah Tak Dapat Dikremasi, Peti Mati Terjual Habis Hingga Banyak Tempat Melakukan Penguburan Jenazah

EtIndonesia. Epidemi kembali menyebar di Tiongkok, menyebabkan rumah sakit dan krematorium di berbagai daerah, termasuk Hebei, penuh sesak dengan pasien. Di Shijiazhuang, peti mati dilaporkan habis terjual, harganya melonjak drastis, sementara pabrik yang memproduksi peti mati dan guci abu bekerja lembur untuk memenuhi permintaan. 

Untuk mengurangi tekanan terhadap kremasi, pemerintah akhirnya mengizinkan penguburan jenazah di beberapa wilayah yang sebelumnya melarang praktik tersebut, termasuk Henan, Anhui, dan Jiangxi.

Warga di berbagai daerah di Hebei mengungkapkan bahwa rumah sakit dan krematorium penuh sesak, sementara peti mati menjadi barang langka dengan harga yang meroket.


“Rumah sakit besar penuh sesak seperti pasar, krematorium tidak bisa mengatasi jumlah jenazah yang harus dikremasi. Ini seperti kiamat. Banyak anak muda yang meninggal, tetapi lebih banyak lagi yang berusia lanjut dan paruh baya. Bibi saya baru saja meninggal hari Sabtu lalu karena COVID-19, efek samping dari vaksin. Media dikendalikan sehingga tidak boleh membahas hal ini,” kata Seorang warga desa di Tangshan, Hebei, bermarga Hua yang dilaporkan, Kamis (18/2/2025). 

Sementara itu, Wang, warga Shijiazhuang, Hebei, mengatakan: “Banyak yang meninggal dunia, terutama yang sudah tua. Biasanya, peti mati seharga RMB. 4.000 , tetapi sekarang harganya naik menjadi RMB.12.000 yuan. Pagi harganya RMB.12.000 , tetapi jika Anda datang sore hari, mungkin sudah naik jadi RMB.13.000 . Karena banyak yang meninggal, pasokan peti mati sulit didapat, jadi harganya mahal.”

Seorang pekerja pabrik peti mati di Zhejiang, bernama Xiao Chen, mengungkapkan bahwa banyak pabrik baru dibangun dalam dua tahun terakhir untuk memproduksi peti mati dan guci abu yang dikirim ke seluruh negeri. Semua pekerja harus lembur untuk memenuhi permintaan.

“Kami sangat sibuk membuat peti mati, harus lembur dan menambah tenaga kerja. Ada sekitar tujuh hingga delapan pabrik baru yang dibangun dalam dua tahun terakhir. Banyak yang meninggal, termasuk orang dewasa muda. Kakak teman saya yang berusia sekitar 48 tahun meninggal di asrama pabrik,” kata Xiao Chen.

Sementara itu, Li, seorang warga Xiamen yang bekerja di industri pariwisata, mengatakan bahwa banyak orang meninggal di berbagai daerah, termasuk di kampung halamannya di Henan. Akibat tingginya angka kematian, pemerintah akhirnya mengizinkan kembali pemakaman tanah di Henan, Anhui, dan Jiangxi, yang sebelumnya dilarang.

“Sejak sebelum Tahun Baru hingga sekarang, banyak orang yang meninggal. Saya mengenal puluhan orang yang telah tiada, termasuk saudara, teman, rekan kerja, dan pelanggan kami. Banyak dari mereka masih berusia 40-an tahun, dengan gejala seperti paru-paru putih dan masalah jantung. Krematorium telah menambah tungku pembakaran, tetapi sekarang di banyak tempat, pemakaman tanah sudah diizinkan,” ujar Li.

Tingginya Angka Kematian 

Li juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang meninggal dunia sebagian besar adalah mereka yang mempercayai propaganda pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT). Dia juga melihat banyak orang yang kondisi fisiknya melemah, mengalami penuaan dini, dan menderita berbagai penyakit meskipun masih muda. Ia menduga hal ini akibat efek samping dari vaksin COVID-19 yang diberikan secara paksa oleh pemerintah.

“Sekarang, begitu orang terserang flu, mereka sulit sembuh. Sebenarnya ini masih COVID-19, tetapi mereka mengganti namanya menjadi flu musiman (H1N1). Gejala dan obat yang digunakan tetap sama. Organisasi jahat ini (pemerintah PKT) terus menyebarkan propaganda, dan banyak orang yang mempercayainya, sehingga mereka akhirnya terkena karmanya. Namun, kini semakin banyak orang yang sadar akan kenyataan,” kata Li. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS