EtIndonesia. Situasi di Jalur Gaza kembali memanas setelah Hamas melepaskan enam warga Israel berdasarkan kesepakatan gencatan senjata. Langkah tersebut awalnya merupakan bagian dari negosiasi untuk meredakan ketegangan, namun pejabat Israel segera mengumumkan bahwa rencana semula untuk membebaskan ratusan tahanan Palestina, termasuk para tahanan lain yang ditahan pada hari yang sama, telah ditunda. Menurut laporan AFP, pejabat Israel belum memberikan penjelasan rinci terkait penundaan ini.
Klaim Pelanggaran Kesepakatan Gencatan Senjata
Dalam pernyataan yang dikeluarkan, seorang juru bicara Hamas bernama Abdel Latif al-Qanou menuduh Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati bersama. Tuduhan ini muncul di tengah desas-desus bahwa rencana pertukaran tahanan melibatkan hingga 620 orang, termasuk sejumlah narapidana dengan hukuman berat. Informasi tersebut dikemukakan oleh Asosiasi Tahanan Palestina, sebuah organisasi non-pemerintah yang mencatat bahwa di antara tahanan yang dijadwalkan untuk dibebaskan, terdapat beberapa tokoh militer dan politik Hamas yang dikenal memiliki pengaruh signifikan di kalangan tahanan serta hubungan erat dengan kelompok ekstremis di luar penjara. Beberapa di antaranya bahkan pernah memimpin operasi-operasi militer Hamas di Tepi Barat.
Tegasnya Komitmen Pemerintah Israel
Menanggapi situasi ini, Perdana Menteri Netanyahu menegaskan komitmennya untuk terus mengambil tindakan tegas guna mengembalikan semua sandera yang ditahan oleh kelompok-kelompok bersenjata. Dia menyatakan bahwa tidak akan ada kompromi dalam upaya penyelamatan sandera, sehingga seluruh langkah strategis akan terus dijalankan demi keamanan negara. Selain itu, dua pejabat Israel mengungkapkan bahwa pertemuan konsultasi keamanan kemungkinan akan digelar pada malam hari ini untuk mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya.
Pertukaran Jenazah yang Menimbulkan Kontroversi
Di sisi lain, Hamas semula dijadwalkan untuk mengembalikan tiga jenazah pada hari Kamis, yakni jenazah Shiri Bibas, seorang ibu beserta kedua putranya, dan Livhitz, penduduk Kibbutz Ne’oz. Namun, situasi menjadi semakin kompleks ketika identitas jenazah keempat yang awalnya diduga milik Shiri Bibas ternyata merupakan jenazah seorang wanita Palestina yang tidak dikenal dari Gaza. Menanggapi hal ini, Hamas mengakui terjadi kekeliruan dalam pengelompokan jenazah.
Pada Jumat malam, organisasi tersebut menyerahkan jenazah kelima kepada Palang Merah, yang kemudian diserahkan kepada Pasukan Pertahanan Israel di Jalur Gaza. Penanggung jawab, kemudian mengonfirmasi bahwa jenazah tersebut benar milik Shiri Bibas, meskipun hingga saat ini belum ada bukti yang jelas mengenai penyebab kematiannya, termasuk dugaan akibat ledakan.
Kesimpulan
Keterlambatan pembebasan tahanan dan kontroversi seputar pertukaran jenazah semakin menambah kompleksitas situasi di Jalur Gaza. Kedua belah pihak masih menunjukkan sikap tegas dan saling menuduh pelanggaran kesepakatan, sehingga ketidakpastian politik dan keamanan di kawasan ini masih terus berlangsung. Pemerintah Israel dan Hamas diharapkan segera mengadakan pertemuan konsultasi guna mencari solusi yang dapat meredakan ketegangan dan meminimalisir risiko konflik yang lebih besar di masa depan.