Penyerahan Sandera yang ‘Memalukan’ oleh Hamas,  Israel Tunda Pembebasan 620 Tahanan

Kelompok bersenjata Palestina, Hamas, pada Sabtu (22 Februari), membebaskan enam sandera Israel sesuai dengan perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza. Sebagai gantinya, Israel dijadwalkan membebaskan lebih dari 600 tahanan Palestina. Namun demikian, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kemudian mengumumkan penundaan pembebasan tahanan Palestina, menuntut agar Hamas tidak lagi melakukan “upacara penghinaan” saat menyerahkan sandera Israel.

EtIndonesia. Menurut organisasi non-pemerintah Palestinian Prisoners’ Club, Israel awalnya dijadwalkan membebaskan 620 orang, sebagian besar adalah penduduk Gaza yang ditahan selama perang Israel-Hamas.

Pada  22 Februari, keluarga Palestina di Tepi Barat (West Bank) dan Jalur Gaza (Gaza Strip) menunggu sepanjang malam untuk menyambut keluarga mereka yang ditahan, namun mereka belum juga dibebaskan.

Juru bicara Hamas, Abdel Latif al-Qanou, melalui pernyataan resminya mengatakan, “Penjajah (Israel) tidak mematuhi jadwal pembebasan gelombang ke-7 tahanan dan orang-orang yang ditahan, ini adalah pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian (gencatan senjata).” Dia menuduh Netanyahu menggunakan taktik penundaan.

Pada hari yang sama, Netanyahu menegaskan bahwa Israel “akan terus mengambil tindakan tegas untuk membawa pulang semua sandera.” Dua pejabat Israel mengungkapkan bahwa Netanyahu dijadwalkan mengadakan pertemuan keamanan malam itu untuk memutuskan langkah selanjutnya terkait perjanjian gencatan senjata dengan Hamas.

Setelah pertemuan tersebut, kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan bahwa Israel memutuskan untuk menunda pembebasan ratusan tahanan Palestina yang dijadwalkan pada  22 Februari. Keputusan ini diambil karena Hamas terus melanggar perjanjian, termasuk melakukan upacara yang dianggap sebagai penghinaan terhadap sandera Israel dan memanfaatkan mereka untuk propaganda. Israel menegaskan bahwa pembebasan tahanan Palestina akan ditunda hingga Hamas memastikan pembebasan sandera berikutnya tanpa mengadakan “upacara penghinaan.”

Penolakan Hamas Terhadap Permintaan Palang Merah untuk Pembebasan Tertutup

Sejak perjanjian gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada 19 Januari, Hamas telah mengatur upacara seremonial untuk membebaskan 25 sandera Israel. Dalam upacara tersebut, anggota Hamas bertopeng dan bersenjata otomatis mengawal sandera ke atas panggung, memaksa mereka melambaikan tangan kepada warga Gaza yang berkumpul untuk menyaksikan. Bahkan, beberapa sandera dipaksa berbicara melalui mikrofon.

Selama upacara, sandera Israel memegang “sertifikat pembebasan” yang diberikan oleh Hamas, sebelum diserahkan kepada petugas Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Palang Merah kemudian menyerahkan sandera tersebut kepada militer Israel.

Palang Merah telah berulang kali meminta agar pembebasan sandera dilakukan secara tertutup, tetapi permintaan ini ditolak oleh Hamas.

Sebuah video yang dirilis oleh Hamas memperlihatkan dua sandera Israel yang masih ditahan sedang duduk di dalam mobil, menyaksikan upacara pembebasan enam sandera pada  22 Februari. Namun, kantor berita AFP tidak dapat memverifikasi keaslian video tersebut.

Pengumuman mendadak Israel untuk menunda pembebasan tahanan Palestina telah meningkatkan ketidakpastian terhadap kelanjutan perjanjian gencatan senjata ini.

Peringatan AS Terhadap Hamas

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, memperingatkan bahwa Hamas akan “dihancurkan” jika tidak segera membebaskan semua sandera Israel yang masih mereka tahan. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS