Ke Mana Perginya 1,4 Miliar Penduduk Tiongkok?  Netizen dari Berbagai Daerah Unggah Video yang Mempertanyakannya

EtIndonesia. Banyak video yang beredar di internet menunjukkan bahwa banyak provinsi dan kota besar di Tiongkok, termasuk kota-kota setingkat munisipalitas, mengalami penurunan populasi secara signifikan. Kota-kota menjadi sepi, desa-desa terasa sunyi. Semakin banyak warga Tiongkok yang meragukan data populasi negara itu: Ke mana perginya semua orang?

Badan Statistik Nasional Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengklaim data pada 17 Januari 2025, yang menyatakan bahwa pada akhir tahun 2024, populasi Tiongkok mencapai 1,408 miliar jiwa, berkurang 1,39 juta jiwa dibandingkan akhir tahun 2023, dengan tingkat pertumbuhan alami negatif sebesar -0,99%.

Menurut data resmi, penurunan populasi hanya sedikit. Namun, masyarakat merasa sebaliknya. Video-video yang diunggah oleh netizen dari berbagai daerah memperlihatkan pusat perbelanjaan, jalanan, dan tempat-tempat yang dulu ramai kini sepi. Bahkan selama perayaan Tahun Baru Imlek, kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou juga terlihat sepi, kecuali rumah sakit yang tetap dipadati orang.

Berikut adalah beberapa pertanyaan dari para netizen:

  • Netizen dari Beijing:
    “Apakah kalian merasa bahwa penduduk Beijing semakin berkurang tahun ini? Biasanya, setelah liburan Tahun Baru Imlek, banyak orang kembali ke kota, tetapi tahun ini banyak rumah yang tidak laku disewakan, dan jalanan juga terasa lebih sepi.”
  • Netizen dari Shanghai:
    “Tahun baru sudah lewat, tapi ke mana perginya orang-orang Shanghai? Di kereta bawah tanah jumlah penumpang semakin sedikit, pusat perbelanjaan juga sangat sepi, bahkan banyak toko di jalan pejalan kaki yang dulu ramai sekarang tutup.”
  • Netizen dari Guangzhou:
    “Apakah kalian merasa bahwa kota sebesar Guangzhou kini semakin sepi? Pusat perbelanjaan dan jalanan hampir tidak ada orang. Saya sudah lama bekerja di bidang pinjaman di Guangzhou, dan memang terasa jelas bahwa populasi kota ini semakin berkurang. Tapi ke mana perginya semua orang?”
  • Netizen dari Suzhou:
    “Lihatlah jalan-jalan di kota ini, dulu penuh sesak dengan orang, sekarang hampir tidak ada orang. Pusat perbelanjaan dan alun-alun sepi, bahkan pedagang kaki lima pun kesulitan mendapat pelanggan. Jumlah pekerja juga semakin berkurang. Jadi, ke mana perginya orang-orang ini?”
  • Netizen dari Jinan:
    “Dengan populasi 9 juta jiwa, Jinan seharusnya ramai. Tapi sekarang, jalanan dan toko-toko sepi. Ke mana perginya semua orang?”
  • Netizen dari Zhuhai:
    “Apakah kalian merasa bahwa populasi Zhuhai semakin berkurang? Lihat saja, pusat perbelanjaan dan jalanan kosong. Gongbei, yang dulunya ramai, sekarang sepi. Ke mana semua orang pergi?”
  • Netizen dari Wuhan:
    “Dalam beberapa tahun terakhir, saya merasa jumlah orang di Wuhan semakin berkurang. Dulu, di bundaran Guanggu, naik bus atau kereta saat musim mudik itu sangat sulit, bahkan harus memanjat jendela untuk naik kereta. Tapi sekarang, naik transportasi umum sangat mudah karena penumpangnya sedikit. Ke mana semua orang pergi?”

Bukan hanya kota-kota besar, desa-desa di Tiongkok juga mengalami fenomena “kekosongan desa” yang semakin parah.

  • Netizen dari desa:
    “Saat Tahun Baru Imlek, kota-kota memang biasanya sepi karena banyak orang pulang ke desa. Tapi sepupu saya yang tinggal di desa mengatakan bahwa desa pun sekarang sepi. Jadi, dengan populasi 1,4 miliar jiwa, ke mana perginya orang-orang ini? Jika mereka tidak ada di kota atau desa, lalu ke mana mereka semua pergi? Bukankah mereka seharusnya tetap terlihat di suatu tempat?”

Sejak pandemi COVID-19 merebak pada tahun 2020, jumlah kematian di Tiongkok diperkirakan sangat besar, tetapi pemerintah terus menutupi angka sebenarnya. Pada tahun 2023, Kementerian Urusan Sipil Tiongkok merilis data statistik triwulan keempat tahun 2022, tetapi data mengenai jumlah kremasi jenazah yang biasanya diumumkan justru hilang dari laporan tersebut. Kementerian tersebut juga tidak memberikan penjelasan terkait penundaan atau alasan mengapa data pemakaman tidak dipublikasikan.

Beberapa analis berpendapat bahwa pemerintah tidak berani secara tiba-tiba mengumumkan angka kematian yang sebenarnya. Sebaliknya, mereka berusaha membagi angka tersebut selama beberapa tahun ke depan untuk menghindari guncangan sosial yang besar.

Selama pandemi COVID-19, berapa banyak orang yang sebenarnya meninggal di Tiongkok? Model AI Grok 3 dari perusahaan xAI milik Elon Musk memperkirakan, berdasarkan data resmi Tiongkok, ada sekitar 150 juta hingga 200 juta orang yang hilang. 

Pendiri Falun Gong, Master  Li Hongzhi, bahkan telah mengungkapkan dua tahun lalu bahwa selama lebih dari tiga tahun pandemi, pemerintah Tiongkok terus menutupi fakta bahwa sekitar 400 juta orang telah meninggal dunia akibat pandemi, dan jumlah korban diperkirakan mencapai 500 juta orang ketika pandemi berakhir.

Sejak awal pandemi, Li Hongzhi telah menyampaikan dalam esainya yang berjudul “Rasional” pada Maret 2020 bahwa, “Sesungguhnya wabah itu sendiri justru datang ditujukan pada hati – moralitas manusia yang telah rusak – karma yang telah membesar. …. Manusia seharusnya dengan tulus bertobat kepada Dewa, “diri saya ada kesalahan di mana, mohon diberikan kesempatan untuk berubah”, ini barulah caranya, ini barulah obat mujarab.” 

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS