ErabaruNews – Produsen obat penghilang rasa sakit berbasis opioid merek OxyContin, Purdue, mengatakan akan berhenti mempromosikan obat opioid kepada dokter. Purdue telah mengurangi lebih dari separuh staf penjualannya dan akan berhenti mengirim mereka ke kantor dokter untuk mempromosikan produk opioid mereka.
Sebaliknya, staf penjualan yang tersisa akan fokus pada pemasaran obat lain, seperti dikutip NTDTV dari Fox News. Keputusan tersebut muncul setelah serangkaian tuntutan hukum yang menyalahkan pembuat obat tersebut karena membantu memicu epidemi opioid di Amerika Serikat.
“Kami telah merestrukturisasi dan secara signifikan mengurangi operasi komersial kami dan tidak akan lagi mempromosikan opioid kepada resep dokter,” kata perusahaan tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh the Times.
“Ke depan, pertanyaan dan permintaan informasi tentang produk opioid kami akan ditangani melalui komunikasi langsung dengan departemen urusan medis kami.”
Dr. Andrew Kolodny, direktur riset kebijakan opioid di Brandeis University, mengatakan kepada the Times bahwa keputusan tersebut terlambat.
“Jin sudah keluar dari botol,” kata Kolodny, menurut the Times. “Jutaan orang Amerika sekarang kecanduan opioid karena kampanye yang digunakan oleh Purdue dan produsen opioid lainnya bahwa opioid memiliki kinerja lebih baik.”
OxyContin adalah obat penghilang rasa sakit berbasis opioid terlaris di dunia. Menurut Fox News, promosi Purdue untuk produk tersebut meminimalkan risiko yang terkait dengan obat penghilang rasa sakit opioid. Mereka bahkan bergembar-gembor bahwa obat mereka lebih aman dari obat penghilang rasa sakit lainnya.
Kolodny mengatakan bahwa Purdue masih menggunakan strategi yang sama untuk memasarkan opioid di negara lain.
“Jika terjadi seperti di Amerika Serikat, negara-negara lain akan menghadapi masalah yang sama dengan yang kita hadapi saat ini,” katanya kepada the Times.
Kolodny juga berpikir bahwa perubahan dalam pemasaran tidak akan berdampak jika pembuat opioid lainnya tidak mengikuti untuk berhenti berproduksi.
OxyContin telah menjadi lumbung uang bagi Purdue. Puluhan miliar dolar mengalir ke rekening mereka selama dua dekade terakhir.
Akhirnya, lebih dari 7 juta orang Amerika telah menyalahgunakan OxyContin sejak diperkenalkan pada tahun 1996. Mereka menggunakannya sebagai candu layaknya narkoba.
“Keluarga Sackler dan perusahaan pribadi mereka, Purdue Pharma, membangun kerajaan mereka dengan kehidupan ratusan ribu pekerja,” tulis fotografer Nan Goldin, mantan pecandu OxyContin, di majalah Artforum.
Keluarga itu telah menggunakan banyak kekayaannya untuk mendukung institusi seni. Purdue sebelumnya melakukan upaya untuk mengurangi penyalahgunaan opioid dengan membuat pilnya lebih sulit ditelan.
Namun, pecandu malah lebih kreatif dalam menggunakannya. Termasuk dengan penggunaan jarum suntik, disedot melalui hidung, serta dicampur pada rokok. Selain itu, sebagian pecandu akhirnya berpindah menjadi pengguna heroin. (NTDTV/waa)