Kebijakan Penangkapan Imigran Ilegal di AS Diperluas ke Keluarga dan Anak-anak

EtIndonesia. Kini perubahan kebijakan pemerintahan Trump terkait penangkapan dan deportasi imigran ilegal. Saat ini, pemerintah telah menghentikan penggunaan pesawat militer untuk mendeportasi imigran ilegal, tetapi memperluas cakupan penangkapan mereka.

Sebelumnya, di bawah kebijakan imigrasi yang ketat dari pemerintahan Trump, pemerintah menggunakan pesawat angkut militer seperti C-17 untuk mengirim kembali imigran ilegal yang dianggap “kriminal” ke negara asal mereka atau ke fasilitas seperti Teluk Guantánamo. Namun, penerbangan militer ini sangat mahal dan tidak efisien. Misalnya, tiga penerbangan deportasi ke India masing-masing menghabiskan sekitar 3 juta dolar AS, sementara beberapa penerbangan ke Guantánamo hanya membawa belasan orang, dengan biaya rata-rata 20.000 dolar AS per orang.

Sebagai perbandingan, pesawat khusus yang digunakan oleh US Immigration and Customs Enforcement (ICE) hanya memerlukan biaya sekitar 8.500 dolar AS per jam, sementara penerbangan internasional berbiaya sekitar 17.000 dolar AS per jam. Karena alasan biaya, pemerintah AS menghentikan program deportasi menggunakan pesawat militer setelah penerbangan terakhir pada 1 Maret 2025. Pejabat Pentagon menyatakan bahwa penghentian ini bisa diperpanjang atau bahkan berlaku permanen.

Di saat yang sama, pemerintah berencana memperluas cakupan penangkapan imigran ilegal. Menurut laporan NBC dan dokumen internal pemerintah yang diperoleh CBS, ICE mulai menangkap keluarga dan anak-anak yang telah menerima perintah deportasi di seluruh AS. Keluarga-keluarga ini akan ditahan di dua pusat penahanan yang baru diaktifkan kembali di Texas, yakni di Karnes City dan Dilley.

Selain itu, sumber lain mengungkapkan bahwa ada operasi lain yang sedang berlangsung, yaitu mencari anak-anak yang memasuki AS sendirian dan telah dibebaskan ke keluarga di AS sambil menunggu jadwal sidang pengadilan imigrasi.

Pemerintahan Trump juga telah mencabut kebijakan sebelumnya yang melarang penegakan hukum imigrasi di lokasi sensitif seperti sekolah, gereja, dan rumah sakit.

Hingga saat ini, krisis imigrasi ilegal di AS telah mengalami perubahan besar. Jumlah orang yang menyeberang secara ilegal menurun drastis, dan jumlah penangkapan pada Februari mencatatkan angka terendah dalam beberapa dekade terakhir. (Hui)

Sumber : NTDTV.com

FOKUS DUNIA

NEWS