Pada Selasa (11 Maret), dua sesi tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok (CPPCC) resmi ditutup. Pengamat luar menilai bahwa target ekonomi tahun 2025 yang diumumkan dalam pertemuan tersebut menyoroti kesulitan yang semakin besar dalam ekonomi dan ketenagakerjaan di Tiongkok. Selain itu, Ketua Komite Tetap NPC, Zhao Leji, absen dari upacara penutupan karena infeksi saluran pernapasan, memicu spekulasi bahwa wabah pandemi di Tiongkok semakin serius dan tak lagi bisa disembunyikan.
EtIndonesia. Dua sesi tahunan Partai Komunis Tiongkok (PKT) berakhir pada 10 dan 11 Maret. Dalam pertemuan ini, berbagai target ekonomi diumumkan, termasuk pertumbuhan PDB sebesar 5% tahun ini, peningkatan rasio defisit fiskal menjadi 4%, serta penurunan indeks harga konsumen (CPI) menjadi sekitar 2%. Target ini menimbulkan keraguan di kalangan pengamat luar.
Menurut data dari Biro Statistik Nasional Tiongkok pada Februari, baik konsumsi maupun produksi mengalami penurunan, sementara tekanan deflasi tetap tinggi.
Pengamat menilai bahwa kesulitan ekonomi di Tiongkok masih berlanjut. Dengan situasi ekonomi global yang tidak menguntungkan serta restrukturisasi industri domestik, target pertumbuhan 5% tampaknya sulit tercapai.
“Setelah perang dagang AS-Tiongkok kembali memanas, ekonomi tahun ini hanya akan semakin buruk. Angka pertumbuhan ekonomi yang diumumkan dalam pertemuan NPC hanyalah angka untuk konsumsi publik. Target 5% hanya ditetapkan untuk mempertahankan ekspektasi, tetapi tidak memiliki makna besar,” ujar pengamat politik yang berbasis di AS, Zheng Haochang.
Sementara itu, analis politik Tang Jingyuan berpendapat: “Target ekonomi ini pada dasarnya sama dengan tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa PKT hanya berusaha menjaga stabilitas dan mencegah ekonomi dari kemerosotan besar atau kehilangan kendali. Kita semua bisa melihat bahwa ada kemungkinan terjadi perombakan peta kekuasaan di kalangan elit PKT.”
Dua sesi ini juga membahas masalah ketenagakerjaan bagi kaum muda. Data resmi PKT menunjukkan bahwa jumlah lulusan universitas tahun ini diperkirakan mencapai 12,22 juta orang, meningkat 430 ribu dibandingkan tahun lalu dan mencetak rekor tertinggi.
Selain itu, Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial Tiongkok juga menekankan bahwa jumlah pekerja dari populasi yang telah keluar dari kemiskinan harus dipertahankan di atas 30 juta orang. Ini menunjukkan bahwa situasi ketenagakerjaan tahun ini sangat sulit.
Zheng Haochang mengomentari: “Selain masalah lulusan universitas yang langsung menganggur setelah lulus, ada juga tantangan besar untuk memberi makan populasi yang baru saja keluar dari kemiskinan. Jika kedua masalah ini digabungkan, beban ini benar-benar bisa menjadi pukulan telak bagi PKT yang sudah seperti unta sakit ini.”
Perhatian publik juga tertuju pada absennya Ketua Komite Tetap NPC, Zhao Leji, dari upacara penutupan. Pada awal acara, Wakil Ketua NPC, Li Hongzhong, mengumumkan bahwa Zhao tidak dapat hadir karena infeksi saluran pernapasan dan ia akan menggantikannya untuk memimpin pertemuan.
Pengamat luar umumnya percaya bahwa ini menunjukkan parahnya situasi pandemi di Tiongkok saat ini. Hal Ini juga mengkonfirmasi bahwa pandemi COVID-19 di Tiongkok sebenarnya tidak pernah benar-benar berakhir. Faktor ini juga menjadi salah satu alasan utama mengapa ekonomi Tiongkok terus merosot.
Zheng Haochang kembali mengomentari: “Jika bukan karena sakit parah atau penyakit yang sangat menular, dia pasti akan tetap tampil untuk menjaga citra. Saya kira Xi Jinping pasti sangat marah. Bagaimana mungkin pejabat tinggi seperti ini begitu ceroboh sampai membocorkan rahasia negara tentang pandemi?” (Hui)
Sumber : NTDTV.com