Waspada: Obat Anti-Pembengkakan Bisa Melemahkan Efek Pengobatan Kanker Otak

EtIndonesia. Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa kortikosteroid yang umum digunakan untuk mengontrol pembengkakan otak pada pasien kanker ternyata dapat melemahkan efektivitas pengobatan mereka.

Para ilmuwan menemukan bahwa deksametason, obat yang biasa diberikan kepada pasien tumor otak, secara signifikan menekan fungsi sistem imun, yang berpotensi menyebabkan terapi imun tidak lagi efektif.

Selain untuk menangani pembengkakan akibat kanker otak, deksametason juga digunakan untuk mengobati berbagai penyakit lainnya seperti peradangan, alergi, radang sendi, dan penyakit kulit.

Mengatasi Pembengkakan dengan Mengorbankan Sistem Imun

Deksametason, yang merupakan salah satu kortikosteroid kuat yang umum diberikan secara intravena, selama ini menjadi standar terapi untuk mengatasi pembengkakan berbahaya pada pasien kanker otak. Namun, penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature mengungkap keraguan terhadap keamanan praktik ini.

Tim peneliti dari Kanada dan Amerika Serikat menemukan bahwa meskipun deksametason memang efektif mengurangi pembengkakan, obat ini menciptakan kondisi tidak menguntungkan bagi sistem imun tubuh untuk melawan kanker.

Dalam studi ini, para ilmuwan menganalisis sel-sel tumor otak guna memahami bagaimana kanker memengaruhi respons imun. Mereka memfokuskan perhatian pada sel mieloid, bagian penting dari sistem pertahanan tubuh terhadap glioma, sejenis tumor otak ganas.

Hasilnya menunjukkan bahwa sel-sel imun dalam tumor otak tersebar di lokasi tertentu sesuai fungsinya. Mereka mengidentifikasi dua jenis sel imun yang bersifat imunosupresif (menekan sistem imun): satu ditemukan di area jaringan mati, dan satu lagi berhubungan langsung dengan pengobatan anti-pembengkakan menggunakan deksametason. Temuan ini memberikan bukti langsung tentang hubungan mekanistik antara pengobatan deksametason dan penurunan fungsi imun.

Para peneliti menulis bahwa mengaktifkan sistem imun tubuh untuk melawan tumor otak adalah harapan terbaik untuk kesembuhan, namun justru tumor menciptakan lingkungan di mana sistem imun menjadi lemah dan penuh sel yang menghambat fungsinya.

Pasien yang menerima deksametason menunjukkan respons imun yang jauh lebih lemah, dan efek ini semakin parah seiring meningkatnya dosis obat.

Menurut dr. Charles Couturier, ahli bedah saraf dan ilmuwan dari Montreal Neurological Institute (The Neuro) yang fokus pada kanker otak,

“Semua kortikosteroid memiliki efek menekan sistem imun. Deksametason adalah obat utama yang digunakan untuk pasien kanker otak, dan efeknya sangat kuat.”

Dalam eksperimen laboratorium, ketika sel mieloid normal diberi paparan deksametason, sel-sel tersebut langsung berubah menjadi imunosupresif, dan efek ini bertahan bahkan beberapa minggu setelah penghentian obat.

Praktik Pemberian Obat Harus Lebih Hati-hati

“Penelitian ini memang fokus pada kanker otak,” kata dr. Couturier. “Namun temuan ini juga bisa diterapkan pada berbagai jenis kanker lainnya.”

Dia menjelaskan bahwa karakteristik sel mieloid yang ditemukan dalam studi ini juga dijumpai pada berbagai tumor lain, termasuk yang juga merespons deksametason.

“Setiap kali hendak meresepkan deksametason, dokter sebaiknya bertanya: apakah pasien benar-benar membutuhkannya?” ujar dr. Couturier.
“Kita harus bisa menyeimbangkan antara kebutuhan untuk mengurangi pembengkakan dan menjaga sistem imun tetap sehat. Kita butuh alternatif pengobatan yang tidak merusak sistem kekebalan.”

Dia juga mengkritisi kebiasaan di banyak rumah sakit yang secara otomatis memberikan deksametason kepada semua pasien kanker otak, tanpa pertimbangan individual.

“Sudah saatnya kita mulai bertanya: apakah pasien ini benar-benar perlu obat ini? Banyak dari mereka sebenarnya tidak,” tambahnya.

Kortikosteroid Tetap Penting, Tapi Penggunaannya Harus Tepat

Meski kini ada bukti bahwa penggunaan deksametason pada pasien kanker otak berisiko mengganggu efektivitas terapi, kortikosteroid tetap menjadi obat penting untuk mengatasi banyak penyakit lainnya.

Kortikosteroid adalah obat anti-inflamasi yang sangat kuat, yang membantu meredakan pembengkakan, nyeri, dan gejala peradangan lainnya. Obat ini banyak digunakan dalam pengobatan asma, radang sendi, ruam kulit, serta berbagai penyakit autoimun.

Obat ini tersedia dalam berbagai bentuk: topikal (salep, tetes mata, tetes telinga), oral, maupun injeksi, tergantung pada kebutuhan terapi dan luasnya dampak yang diinginkan.

Kesimpulan

Penelitian terbaru memberikan peringatan serius kepada dunia medis bahwa obat yang umum digunakan untuk mengurangi pembengkakan pada kanker otak dapat secara tidak langsung memperburuk prognosis pasien dengan cara melemahkan sistem imun mereka.

Meskipun kortikosteroid tetap penting dalam dunia kedokteran, pendekatan dalam meresepkannya, terutama untuk pasien kanker otak, perlu ditinjau ulang dan dipersonalisasi. Prioritas utama ke depan adalah mengembangkan alternatif pengobatan yang dapat mengurangi pembengkakan tanpa menurunkan fungsi kekebalan tubuh.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS