Ragam berita kali ini adalah :
- AS kembali menjatuhkan sanksi pada perusahaan Tiongkok yang mengimpor minyak Iran
- Temu memangkas besar-besaran anggaran iklan di AS, peringkat unduhan anjlok
- Hakim federal menilai Trump menghina pengadilan dalam kasus deportasi penerbangan
- Tiga pejabat tinggi Pentagon diselidiki atas kebocoran informasi
- Peramal yang akurat memprediksi gempa Myanmar meramal Jepang akan diguncang gempa tahun ini
Laporan Kongres AS: DeepSeek adalah Alat Baru PKT
EtIndonesia. Komite Khusus DPR Amerika Serikat tentang Partai Komunis Tiongkok pada Rabu (16/4) merilis laporan yang menyatakan bahwa DeepSeek—perusahaan rintisan AI dari Tiongkok—menjadi ancaman serius bagi keamanan nasional AS. Laporan itu menuduh DeepSeek:
- Mengumpulkan data pengguna untuk pemerintah PKT
- Memanipulasi hasil AI secara diam-diam untuk menyebarkan propaganda PKT
- Menggunakan teknik ilegal untuk membangun model AI yang mungkin mencuri teknologi dari perusahaan AS
- Menyalurkan data pengguna ke China Mobile—yang memiliki hubungan dengan militer Tiongkok dan telah dilarang beroperasi di AS
DeepSeek, yang berbasis di Hangzhou, merilis model open-source R1 pada Januari 2025. Model ini dilaporkan mengungguli OpenAI dalam beberapa pengujian, bahkan sempat menjadi aplikasi gratis nomor satu di App Store wilayah AS.
Seorang eksekutif tinggi AI di AS mengatakan kepada komite bahwa anggapan AS unggul 18 bulan dalam bidang AI adalah keliru, dan kenyataannya keunggulan itu hanya sekitar 3 bulan.
AS Kembali Jatuhkan Sanksi terhadap Perusahaan Tiongkok yang Impor Minyak Iran
Pada 16 April, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi lanjutan terhadap ekspor minyak Iran. Sanksi ini dilaksanakan oleh Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) dan menargetkan:
“Armada Bayangan” Iran
Perusahaan terkait, termasuk perusahaan independen pengilangan minyak asal Tiongkok, yaitu Shandong Shengxing Chemical Co., Ltd.
Perusahaan tersebut, menurut catatan, sejak Maret 2020 hingga Januari 2023 menerima minyak mentah Iran senilai lebih dari 1 miliar dolar AS melalui armada kapal bayangan.
Shandong Shengxing juga mentransfer lebih dari 800 juta dolar AS kepada China Oil and Petroleum Company Limited (COPC), yang dituduh sebagai perusahaan kedok untuk Pasukan Quds dari Garda Revolusi Iran (IRGC-QF). COPC diduga melakukan pencucian uang miliaran dolar melalui sistem keuangan AS, dan sebanyak 108 juta dolar AS telah disita oleh Departemen Kehakiman AS.
OFAC juga menjatuhkan sanksi tambahan pada sejumlah perusahaan dan kapal yang menjadi bagian dari jaringan pengangkutan minyak Iran ke Tiongkok.
Ini adalah kali kedua OFAC menjatuhkan sanksi kepada kilang minyak Tiongkok. Pada 20 Maret, Shandong Shouguang Luqing Petrochemical Co. dan CEO-nya Wang Xueqing disanksi karena membeli minyak Iran senilai 500 juta dolar AS.
Tiongkok diketahui sebagai pembeli utama minyak Iran, dan sering menggunakan perdagangan dalam yuan serta jaringan perantara untuk menghindari sanksi AS. Menurut Bloomberg, Tiongkok memanfaatkan kapal tanker tua untuk mentransfer minyak Iran di lepas pantai Malaysia, dengan volume senilai miliaran dolar setiap tahun.
Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent, menyatakan: “Setiap kilang, perusahaan, atau broker yang memilih membeli atau membantu perdagangan minyak Iran akan menghadapi risiko serius. AS berkomitmen untuk menindak semua pihak yang mendukung rantai pasok minyak Iran, yang dimanfaatkan oleh rezim Iran untuk mendanai agen dan mitra terorisnya.”
Sanksi tersebut akan membekukan aset para pihak yang terkena sanksi di AS, dan siapa pun yang bertransaksi dengan mereka juga dapat dikenakan hukuman perdata atau pidana.
OFAC menegaskan bahwa tujuan dari sanksi ini adalah untuk mengubah perilaku, bukan sekadar hukuman.
【Temu Pangkas Besar Pengeluaran Iklan di AS, Peringkat Unduhan Anjlok】
Setelah pemerintahan Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap Tiongkok dan memutuskan untuk mengenakan pajak atas paket kecil, Temu—versi internasional dari Pinduoduo—telah mengurangi pengeluaran iklannya secara signifikan di Amerika Serikat. Akibatnya, peringkat aplikasinya di App Store Apple pun anjlok drastis.
Temu sebelumnya menginvestasikan banyak uang untuk iklan TV dan Facebook di AS, mempromosikan produk seperti pakaian, perhiasan, peralatan rumah tangga, dan elektronik dengan harga sangat murah. Strategi ini terbukti efektif, menjadikan Temu sebagai salah satu aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di AS dalam dua tahun terakhir. Namun, seiring memanasnya perang tarif antara AS dan Tiongkok, unduhan Temu di App Store turun 62% dalam beberapa hari terakhir.
Menurut analisis dari SimilarWeb, sejak 11 April, pengeluaran iklan online Temu telah turun 77%. Iklan-iklan Temu yang dulu ramai di Google dan Facebook—menampilkan produk seperti pisau cukur alis seharga 50 sen dan kaus seharga 5 dolar—nyaris lenyap. Sebuah perusahaan pemasaran menemukan bahwa pada 5 April, Temu menyumbang 20% dari tayangan iklan Google Shopping di AS. Namun seminggu kemudian, angka tersebut turun menjadi nol.
Mulai 2 Mei, AS akan memberlakukan pajak 120% dari nilai deklarasi atau 100 dolar AS per paket untuk paket kecil bernilai di bawah 800 dolar. Mulai 1 Juni, tarif ini akan naik lagi menjadi 120% atau 200 dolar AS per paket.
Shein, peritel fesyen cepat asal Tiongkok yang juga mengandalkan pengiriman lintas laut dari Tiongkok seperti Temu, berencana menaikkan harga untuk mengimbangi tarif baru ini. Kedua perusahaan telah mengumumkan di situs web mereka bahwa harga akan naik dalam waktu dekat.
Menurut data dari Sensor Tower, aplikasi Temu saat ini berada di peringkat 69 dalam daftar unduhan aplikasi gratis di AS, padahal sebelumnya selalu masuk 10 besar. Shein berada di peringkat 42, turun dari peringkat 15 bulan lalu. Sementara itu, saham Pinduoduo yang terdaftar di AS telah anjlok 22% sejak awal April. Shein sendiri adalah perusahaan swasta.
【Hakim Federal: Trump Hina Pengadilan dalam Kasus Deportasi】
Hakim federal distrik Washington, James Boasberg, pada Rabu menyatakan bahwa ada alasan kuat untuk meyakini bahwa pejabat pemerintahan Trump sengaja mengabaikan perintah pengadilan yang melarang deportasi imigran Venezuela ke El Salvador. Mereka dapat menghadapi tuntutan pidana penghinaan terhadap pengadilan.
Kasus ini bermula pada 15 Maret, ketika pemerintahan Trump menggunakan Undang-Undang Musuh Asing tahun 1798 untuk mengatur penerbangan yang mendeportasi lebih dari 200 imigran Venezuela. Malam itu, mereka tiba di El Salvador dan dikurung di sebuah penjara besar dengan keamanan tinggi. Hakim Boasberg mengeluarkan perintah larangan sementara malam itu juga, memerintahkan agar pesawat yang sudah terbang kembali ke AS. Namun Gedung Putih menyatakan bahwa pesawat sudah meninggalkan wilayah udara AS dan tidak bisa kembali.
Hakim Boasberg menyatakan bahwa pemerintah bertindak dengan sengaja atau ceroboh dalam mengabaikan perintahnya. Ia menekankan bahwa pengadilan tidak sembarangan dalam menyimpulkan hal ini, dan telah memberikan cukup waktu kepada pihak berwenang untuk memperbaiki atau menjelaskan tindakan mereka—namun tanggapan yang diberikan tidak memuaskan. Ia menegaskan kembali bahwa konstitusi tidak membenarkan pelanggaran terhadap perintah pengadilan, apalagi oleh pejabat yang telah bersumpah menjunjung hukum.
Boasberg mengatakan bahwa ia akan memberi kesempatan terakhir kepada pemerintah untuk memberikan penjelasan. Jika tidak, proses hukum selanjutnya akan ditempuh.
Gedung Putih menyatakan akan segera mengajukan banding atas keputusan Boasberg, dan menegaskan bahwa Presiden Trump berkomitmen untuk menjaga keselamatan rakyat AS dari ancaman teroris dan imigran ilegal yang kriminal.
Konflik antara pemerintahan Trump dan Hakim Boasberg terus memanas sejak insiden deportasi tersebut. Boasberg berulang kali menuduh pejabat Departemen Kehakiman menyembunyikan informasi mengenai penerbangan deportasi dan mengabaikan perintah darurat untuk menghentikan pengusiran itu.
Pada 16 April, Colin Carroll, kepala staf Wakil Menteri Pertahanan AS Stephen Feinberg, dikenakan cuti administratif karena sedang diselidiki terkait kebocoran informasi. Ia dikawal keluar dari Pentagon pada hari yang sama.
Ini merupakan pejabat tinggi ketiga di Pentagon yang dikenakan cuti administratif dalam dua hari terakhir karena dugaan membocorkan informasi kepada media.
Sebelumnya, Dan Caldwell, penasihat senior Menteri Pertahanan Pete Hegseth, dan Darin Selnick, wakil kepala staf, juga diperintahkan menjalani cuti administratif.
Menurut pejabat Departemen Pertahanan, Carroll saat ini sedang dalam proses penyelidikan, namun belum ada rincian lebih lanjut yang diumumkan.
Pentagon tidak mengungkapkan informasi spesifik apa yang dibocorkan oleh ketiga pejabat tersebut. Namun menurut laporan dari Politico, kebocoran itu mencakup informasi mengenai proyek Terusan Panama, kunjungan Elon Musk ke Pentagon, dan penempatan kapal induk kedua ke Laut Merah, serta hal-hal lain.
Pada Maret lalu, Departemen Pertahanan mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan penyelidikan terhadap sejumlah kebocoran informasi keamanan nasional yang tidak sah, dan mungkin akan menggunakan alat pendeteksi kebohongan (poligraf) untuk mengidentifikasi pelakunya.
Kepala staf Pentagon, Joe Kasper, dalam sebuah memo menulis bahwa penyelidikan akan segera dimulai dan hasilnya akan diserahkan langsung ke Menteri Pertahanan. Siapa pun yang terbukti membocorkan informasi akan dikenakan tuntutan pidana.
Colin Carroll diketahui sebagai anggota cadangan Marinir AS, dan baru-baru ini bekerja di Anduril, sebuah perusahaan kontraktor pertahanan yang mengembangkan sistem senjata otonom. Sementara Caldwell dan Selnick sebelumnya bekerja dalam kelompok advokasi “Concerned Veterans for America” yang dipimpin oleh Hegseth.
【Peramal yang Meramal Gempa Myanmar Kini Prediksi Jepang Akan Mengalami Gempa Tahun Ini】
Pada 28 Maret, Myanmar dilanda gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,2, yang menyebabkan lebih dari 3.500 orang tewas. Seorang peramal asal Thailand, Mor Plai, sempat meramalkan sejak Desember tahun lalu bahwa akan terjadi gempa besar di Myanmar pada Maret atau April, yang bahkan berdampak sampai ke Bangkok. Karena ramalannya yang tepat, ia kini mendapat sorotan besar.
Baru-baru ini, Mor Plai kembali membuat prediksi bahwa Jepang akan mengalami gempa besar pada Juli atau Agustus tahun ini. Namun ia menambahkan bahwa dampaknya akan lebih kecil dibanding gempa dahsyat 11 Maret 2011.
Warganet menelusuri kembali ramalan-ramalan Mor Plai sebelumnya, termasuk peringatan tentang virus pada tahun 2019 (yang kemudian diikuti oleh pandemi COVID-19), serta banjir dan gejolak politik di Thailand. Diketahui bahwa Mor Plai sejak kecil memiliki kemampuan spiritual, bisa melihat roh, dan sejak usia 17-18 tahun bisa melihat dewa serta menangkap penglihatan ramalan melalui asap dupa.
Ia juga pernah meramalkan secara akurat hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 dan gempa di Myanmar. Menurutnya, puing-puing MH370 mungkin baru akan ditemukan dalam 40-50 tahun ke depan.
Banyak peramal dan ahli spiritual dari berbagai negara juga memprediksi bahwa bencana alam seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi mungkin terjadi di Jepang pada Juli tahun ini. Mor Plai pun sejalan dengan prediksi tersebut. Ia mengatakan kemungkinan akan terjadi letusan gunung berapi bawah laut antara Jepang dan Indonesia, bahkan mungkin berdampak pada Gunung Fuji. Namun, ia menegaskan tidak melihat abu vulkanik dalam penglihatannya, dan bahwa dampaknya akan jauh lebih ringan dibanding 11 Maret.
Meski begitu, Mor Plai menekankan bahwa sistem mitigasi bencana Jepang sangat baik, sehingga meskipun bencana terjadi, jumlah korban seharusnya relatif sedikit. Ia juga mengingatkan bahwa penurunan niat perjalanan ke Jepang karena kekhawatiran akan gempa mungkin bisa mengurangi korban jiwa, namun hal ini dapat menyebabkan bencana lain muncul di akhir tahun, sehingga jumlah korban tetap akan mencapai angka tertentu yang dianggap telah ditentukan oleh takdir. (Hui)
Sumber : NTDTV.com