EtIndonesia. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy untuk pertama kalinya secara terbuka menuduh Tiongkok terlibat dalam pemberian bantuan militer kepada Rusia, termasuk penyediaan senjata dan bahan peledak. Dalam konferensi pers yang digelar di Kyiv, Zelenskyy menyatakan bahwa pemerintah Ukraina telah mengantongi intelijen yang menunjukkan bahwa Tiongkok memproduksi senjata di wilayah Rusia, dan berjanji akan mengungkap lebih banyak detail dalam waktu dekat.
Tiongkok Dituduh Terlibat Langsung dalam Perang Rusia-Ukraina
Perang antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung lebih dari tiga tahun. Selama ini, Tiongkok menjalin hubungan ekonomi erat dengan Rusia namun berusaha menjaga citra netral dalam konflik tersebut. Namun, tuduhan Zelenskyy menandai pergeseran besar: Tiongkok dituduh secara langsung memasok senjata ke Rusia, yang berarti telah melenceng jauh dari klaim netralitasnya.
Zelenskyy mengatakan bahwa Ukraina telah memperoleh informasi intelijen yang menunjukkan Tiongkok memasok senjata ke Rusia, secara khusus menyebut “artileri”, meskipun dia tidak merinci apakah yang dimaksud adalah peluru artileri, sistem senjata, atau keduanya. Dia juga menambahkan bahwa Tiongkok diduga terlibat dalam produksi senjata di dalam wilayah Rusia, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pernyataan ini disampaikan pada malam hari waktu Beijing. Hingga kini, Pemerintah Tiongkok belum memberikan tanggapan resmi, dan Reuters juga belum mendapatkan respons dari pihak berwenang Tiongkok atas permintaan komentar. Sebelumnya, Tiongkok secara konsisten membantah keterlibatannya dalam konflik Rusia-Ukraina.
Hubungan antara Ukraina dan Tiongkok mulai memanas setelah Ukraina menangkap dua warga negara Tiongkok yang bertempur di pihak Rusia pada bulan ini.
Reuters: Perwira Militer Tiongkok Hadir di Garis Belakang Rusia
Menurut laporan Reuters, dua pejabat intelijen AS dan satu mantan pejabat intelijen Barat mengungkap bahwa lebih dari 100 warga Tiongkok yang kini bertempur di Ukraina untuk pihak Rusia adalah tentara bayaran dan tidak memiliki hubungan langsung dengan Pemerintah Tiongkok.
Namun, menurut sumber intelijen tersebut, terdapat perwira militer Tiongkok yang secara resmi diizinkan oleh Beijing untuk berada di belakang garis depan Rusia, dengan tujuan mempelajari taktik dan pengalaman militer dari konflik ini.
Sebelumnya, militer Ukraina mengumumkan telah menangkap seorang tentara Tiongkok yang bertempur bersama pasukan Rusia di Ukraina Timur. Pada tanggal 9 April, Zelenskyy menyatakan bahwa sekitar 155 warga negara Tiongkok berada di wilayah Ukraina membantu Rusia, dan salah satu tahanan bahkan mengaku belum pernah memegang senjata sebelum dikirim ke medan perang.
Berdasarkan laporan dari Kyiv Independent yang merujuk pada dokumen intelijen Ukraina dan hasil interogasi awal dari dinas keamanan, diketahui bahwa hingga awal April 2025, sedikitnya 163 warga Tiongkok telah bergabung dengan militer Rusia. Beberapa dokumen bahkan memuat foto dan data paspor dari 13 orang di antaranya.
Zelenskyy menambahkan: “Kami sedang mengumpulkan intelijen tambahan, dan kami percaya jumlahnya bisa lebih banyak. Kami juga sedang menyelidiki apakah perekrutan mereka dilakukan atas instruksi langsung dari Beijing.”
UE Memberi Sanksi Kepada Entitas dan Individu Tiongkok untuk Pertama Kalinya
Pada 16 Desember 2024, Uni Eropa mengumumkan putaran ke-15 sanksi terhadap Rusia, yang untuk pertama kalinya mencakup entitas dan individu asal Tiongkok.
Total 84 entitas dan individu masuk dalam daftar sanksi baru tersebut (terdiri dari 30 entitas dan 54 individu), termasuk 7 dari Tiongkok.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, menyatakan:
“Kami telah menyetujui paket sanksi ke-15 terhadap Rusia. Sanksi ini menargetkan ‘armada bayangan’ dan pejabat Korea Utara, serta untuk pertama kalinya, perusahaan-perusahaan Tiongkok yang memproduksi drone untuk Moskow juga ikut dikenai sanksi. Pesannya jelas: Anda tidak bisa mendukung perang di Eropa tanpa konsekuensi.”
UE menuduh Rusia menggunakan “armada bayangan” untuk menghindari pembatasan harga minyak dan sanksi perdagangan lainnya.
Dalam sanksi terbaru ini, entitas dan individu yang ditambahkan ke dalam daftar disebut telah membantu Rusia dalam memproduksi komponen pesawat, drone, mesin, produk elektronik, dan komponen teknologi tinggi militer lainnya.
Dari tujuh entitas dan individu asal Tiongkok yang dikenai sanksi:
- 1 orang dan 2 perusahaan diduga membantu Rusia menghindari sanksi dengan memfasilitasi transaksi terlarang
- 4 perusahaan lainnya dituduh memasok komponen sensitif seperti suku cadang drone dan mikroelektronik kepada perusahaan militer Rusia
David O’Sullivan, pejabat khusus Uni Eropa untuk sanksi, dan pejabat Ukraina menyebut bahwa Tiongkok adalah jalur utama bagi Rusia untuk memperoleh teknologi asing.Komisi Eropa menegaskan bahwa entitas dan individu tersebut harus bertanggung jawab atas tindakan yang merusak integritas wilayah, kedaulatan, dan kemerdekaan Ukraina. (jhn/yn)