Ancaman Pembunuhan Terhadap Presiden Sahabat Trump, Ekuador Masuk Status Siaga Tertinggi

EtIndonesia. Pemerintah Ekuador mengumumkan bahwa negara saat ini berada dalam status siaga tertinggi, setelah intelijen mengungkap adanya rencana pembunuhan terhadap Presiden Daniel Noboa, yang baru saja terpilih kembali dalam pemilu.

Ancaman Serius terhadap Presiden Noboa, Ekuador Siaga Penuh

Mengutip AFP melalui kantor berita Central News Agency pada 20 April, Noboa memenangkan pemilu putaran kedua pada 13 April, namun pesaing utamanya dari kubu kiri, Luisa Gonzalez, menuduhnya melakukan “kecurangan yang keterlaluan”. Noboa dijadwalkan akan dilantik pada 24 Mei mendatang.

Laporan intelijen militer yang beredar di media sosial menyebut bahwa ada pembunuh bayaran yang masuk ke Ekuador dari Meksiko dan negara lain dengan tujuan melakukan “serangan teroris” terhadap Noboa.

Dalam pernyataan resmi pada pagi hari 19 April waktu setempat, Kementerian Dalam Negeri Ekuador menyatakan:“Kami mengecam dengan keras dan tidak akan mentoleransi adanya niat untuk menghilangkan nyawa Presiden Republik, otoritas negara, atau pejabat publik mana pun. Negara saat ini berada dalam status siaga tertinggi.”

Pemerintah menuding bahwa “kelompok kriminal bekerja sama dengan faksi politik yang kalah dalam pemilu” dalam upaya konspirasi ini, meskipun tak menyebutkan nama pihak mana pun secara eksplisit.

Tegangan Diplomatik: Meksiko dan Kolombia Belum Akui Kemenangan Noboa

Komisi Pemilihan Umum Ekuador dan pengamat internasional membantah adanya kecurangan dalam pemilu. Namun, Meksiko dan Kolombia hingga kini belum secara resmi mengakui kemenangan Noboa.

Ketegangan meningkat setelah insiden diplomatik setahun lalu, ketika polisi Ekuador memaksa masuk ke Kedutaan Besar Meksiko di Quito untuk menangkap mantan Wakil Presiden Jorge Glas, yang saat itu sedang berlindung di sana. Meksiko memutuskan hubungan diplomatik dengan Ekuador sebagai respons atas tindakan itu.

Menanggapi tuduhan terbaru, Kementerian Luar Negeri Meksiko membantah negaranya terlibat atau menjadi sumber masalah internal di Ekuador.

Noboa Menang Telak, Kubu Kiri Ajukan Permintaan Penghitungan Ulang

Dalam pemilu 13 April, Daniel Noboa mengalahkan Luisa Gonzalez dengan selisih 12 persen suara. Hasil awal menunjukkan Noboa meraih 56% suara, sedangkan Gonzalez memperoleh 44%, dengan 90% suara telah dihitung.

Gonzalez menyatakan keterkejutannya atas hasil tersebut dan menyatakan akan menuntut penghitungan ulang.

Sementara itu, Noboa menyebut kemenangannya sebagai “kemenangan bersejarah” dan berkata kepada para pendukungnya:“Tidak ada keraguan siapa pemenangnya.”

Kampanye pemilu kali ini berfokus pada dua isu utama: kemerosotan ekonomi dan meningkatnya kekerasan geng narkoba. Dulu dikenal sebagai salah satu negara teraman di Amerika Latin, Ekuador kini menjadi salah satu negara paling berbahaya, akibat kekerasan yang merajalela.

Sahabat Trump, Noboa Ingin Hancurkan Geng Kriminal dengan “Tangan Besi”

Daniel Noboa adalah putra dari raja bisnis pisang, dikenal memainkan gitar, dan membangun karier politiknya dengan janji penegakan hukum yang keras untuk memberantas kejahatan dan geng narkoba.

Dia telah mengerahkan militer ke jalanan, menangkap pemimpin kartel narkoba, serta meminta dukungan pasukan khusus dari Amerika Serikat.

Kekacauan dan kekerasan yang merajalela membuat investor dan turis asing menjauh, memperburuk krisis ekonomi, dan meningkatkan angka kemiskinan Ekuador hingga mencapai 28%.

Kemenangan Noboa diperkirakan akan semakin mengintensifkan kebijakan keamanan dalam negeri dan memperkuat hubungan politiknya dengan Preseiden AS, Donald Trump.

Foto Bersama Trump dan Potensi Kerja Sama Militer

Pada malam kemenangan 13 April, Noboa membagikan foto bersama istrinya dan Donald Trump di platform sosial X (sebelumnya Twitter), meskipun tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai isi pertemuan tersebut.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa kantor Presiden Noboa menyebut pertemuan itu bersifat pribadi dan bersahabat, serta akan merilis poin-poin penting dari pembicaraan dalam waktu dekat.

Pada Januari lalu, pasangan Noboa juga menghadiri pelantikan Trump di Washington, menandakan kedekatan politik yang mulai terbentuk.

Laporan media lokal bulan ini menyebut bahwa pejabat Ekuador telah menyampaikan kepada sekutu Trump bahwa mereka tertarik mendirikan pangkalan militer AS di Ekuador, serta ingin menandatangani perjanjian perdagangan bebas bilateral serupa dengan perjanjian AS-Kolombia dan AS-Peru.Lebih lanjut, Noboa juga mengumumkan aliansi strategis dengan Erik Prince, pendiri perusahaan militer swasta Blackwater, untuk bersama-sama memerangi kriminalitas dan terorisme narkoba yang merajalela di negaranya. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS