Xi Jinping Kunjungi Malaysia, Sepanjang Pertemuan Membaca Naskah dengan Menunduk – Tayangan Resmi Picu Spekulasi “Sindiran Halus” dari Media Partai

Baru-baru ini, pemimpin Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi Jinping, melakukan kunjungan ke Malaysia. Publik mencatat bahwa selama pertemuannya dengan Raja Malaysia, Xi terlihat menunduk dan membaca naskah dari buku kecil sepanjang waktu, layaknya “boneka tali”. Tayangan ini justru disiarkan oleh media resmi PKT, sehingga menimbulkan spekulasi luas.

EtIndonesia. Kunjungan Xi ke Malaysia berlangsung dari 15 hingga 17 April. Pada  16 April pagi, Raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Ibrahim, menerima Xi di Istana Negara.

Cuplikan eksklusif yang ditayangkan oleh CCTV (stasiun televisi negara PKT) menunjukkan Xi terus menunduk membaca dari buku kecilnya, sementara Raja Malaysia beberapa kali melirik ke arah Xi dengan ekspresi bingung. Cuplikan ini cepat menyebar ke seluruh dunia dan memicu diskusi luas.

Pada 18 April, kanal independen “Tang Qing Membahas Isu Terkini” mengatakan bahwa kunjungan Xi ke Malaysia belum sempat memberi pernyataan penting, tapi sudah menjadi topik panas. Bukan karena ia mengeluarkan pernyataan mengguncang dunia, melainkan karena ia terus membaca naskah dari awal hingga akhir, sementara Raja Malaysia tampak canggung — momen itu disebut sebagai “kematian sosial”.

Menurut Tang Qing, Malaysia adalah mitra penting PKT di Asia Tenggara. Tahun lalu, volume perdagangan bilateral mencapai 212 miliar dolar AS, dan Malaysia adalah salah satu dari sedikit negara yang memiliki “surplus perdagangan” terhadap Tiongkok — menunjukkan betapa pentingnya hubungan ini bagi PKT. Namun, dalam pertemuan dengan negara “sahabat lama” ini, Xi bahkan tidak berani berbicara santai tanpa naskah, yang membuat orang merasa… kurang nyaman.

Tang Qing menambahkan, dulu Xi masih bisa berbicara spontan di acara seperti ini, tapi kini bahkan ucapan diplomatis paling sederhana pun harus dibaca dari naskah. Apakah ini karena ada pihak yang khawatir ia akan “bicara salah”? Mungkinkah seluruh tim penulis naskah telah mengambil alih sepenuhnya kendali komunikasi publik Xi untuk memastikan semua kata tetap dalam “bingkai aman”?

Ia juga mempertanyakan, jika basa-basi diplomatik pun harus dibaca dari teks, seberapa besar ruang bicara bebas yang masih dimiliki Xi? Apakah ini menunjukkan bahwa kekuasaannya dalam sistem sedang “dikunci dan diborgol”? Apakah ini menguatkan rumor bahwa ia sedang kehilangan kekuasaan?

Pada hari yang sama, komentator independen Cai Shenkun menyatakan dalam program medianya bahwa sebenarnya cuplikan video itu sengaja dimanfaatkan oleh CCTV untuk menyindir Xi dan sekaligus mempermalukan Cai Qi (Kepala Kantor Umum PKT). Xi membaca setiap kata dari naskah, sementara Raja Malaysia hanya bisa menatapnya dengan bingung — padahal itu kalimat sederhana dalam bahasa Mandarin yang bahkan anak kecil bisa hafal. Tapi Xi harus membaca sambil terus melihat ke bawah. Apakah ini berarti ia tak bisa bicara bebas dalam pertemuan luar negeri?

Cai Shenkun menjelaskan, pekerjaan propaganda PKT dikelola oleh Cai Qi. Semua informasi tentang Xi harus melalui persetujuannya, dan media seperti Xinhua, People’s Daily, dan CCTV seringkali harus menunggu perintah Cai — kadang ditunda, diedit, atau bahkan dihapus, membuat para petinggi media merasa frustasi.

Ia menduga bahwa kali ini, karena Cai Qi sangat sibuk mengatur perjalanan Xi ke Asia Tenggara — termasuk mengatur keamanan dan menyusun naskah pidato — ada kemungkinan tayangan yang biasanya akan dihapus malah “sengaja” ditayangkan, dengan tujuan menyindir Xi dan mempermalukan Cai Qi.

Sebelum kedatangan Xi ke Malaysia, keamanan lokal juga ditingkatkan.

Pada 13 April, Bernama melaporkan bahwa polisi Malaysia menerapkan penutupan jalan bertahap di 17 ruas di Kuala Lumpur dan mengerahkan sekitar 378 polisi untuk mengamankan kunjungan Xi. 

Pada 14 April, otoritas mengumumkan penutupan dan pengendalian terhadap 136 ruas jalan dan lokasi di wilayah Kuala Lumpur dan Selangor, termasuk jalan antara Bandara Internasional Kuala Lumpur Terminal 1 ke Hotel DoubleTree Hilton Putrajaya, serta jalur dari hotel ke Istana Negara dan ke kediaman resmi Perdana Menteri.

Malaysia adalah negara anggota inisiatif “Sabuk dan Jalan” (Belt and Road Initiative) dan sangat bergantung pada investasi dari PKT. Para pengamat menilai, karena perang dagang dengan AS terus meningkat, PKT kini dalam posisi sulit, dan kunjungan Xi bertujuan untuk merangkul negara-negara kecil di Asia Tenggara guna bersama-sama menghadapi tekanan Amerika.

Ekonom Taiwan, Sun Guoxiang, menyampaikan kepada Epoch Times bahwa Perdana Menteri Malaysia awalnya hanya mengharapkan “pemberian besar” dari PKT, namun kini justru menjadi tempat PKT meminta bantuan. Perubahan ini mencerminkan posisi internasional PKT yang semakin terdesak.

The Wall Street Journal juga melaporkan bahwa kesibukan diplomatik PKT saat ini sesungguhnya merupakan upaya untuk mengalihkan perhatian dari krisis dalam negeri yang belum terselesaikan.

Sejak Sidang Pleno Ketiga Partai pada Juli 2024, rumor mengenai melemahnya kekuasaan Xi serta masalah kesehatannya terus bermunculan. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS