Putin Temui Utusan Trump Lagi, Wali Kota Kyiv: Ukraina Mungkin Harus Relakan Wilayah Demi Perdamaian

EtIndonesia. Saat perundingan damai antara Rusia dan Ukraina memasuki fase baru, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengusulkan sebuah kerangka perdamaian yang diduga mencakup pengakuan resmi atas Krimea sebagai bagian dari Rusia. Merespons hal ini, Vitali Klitschko, Wali Kota Kyiv, mengungkapkan dalam wawancara dengan BBC bahwa Ukraina mungkin tidak memiliki pilihan selain menyerahkan sebagian wilayah untuk mencapai kesepakatan damai.

Usai Serangan Mematikan di Kyiv, Klitschko: Ukraina Mungkin Harus Melepas Wilayah demi Perdamaian

Dalam wawancara dengan program “Today” di BBC Radio 4 pada 24 April, Klitschko — yang bertanggung jawab atas ibu kota Ukraina — menyebut Kyiv sebagai “jantung” dari negara yang dilanda perang ini.

Dia mengungkapkan bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mungkin terpaksa memilih “solusi yang menyakitkan” untuk menghentikan perang.

“Salah satu skenario adalah… melepaskan wilayah. Ini tidak adil, tapi demi perdamaian — bahkan jika hanya untuk sementara — mungkin itu bisa menjadi solusinya,” ujar Klitschko.

Ini merupakan pertama kalinya seorang pejabat senior Ukraina secara terbuka menyatakan kemungkinan menyerahkan wilayah, setelah Zelenskyy selama ini secara konsisten menolak opsi tersebut. Meski demikian, Klitschko menegaskan bahwa rakyat Ukraina “tidak akan pernah menerima pendudukan Rusia”.

Terkait perdebatan panas antara Zelenskyy dan Trump di Gedung Putih pada bulan Februari, Klitschko mengomentari bahwa dalam membahas isu-isu penting, sebaiknya para pemimpin tinggi tidak berdebat di depan kamera.

Saat ini, Zelenskyy masih menolak mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia — sikap yang membuat Trump menuduh Zelenskyy menghambat proses perdamaian, seraya menekankan bahwa Ukraina sebenarnya telah “kehilangan Krimea bertahun-tahun lalu.”

Hubungan politik Klitschko dan Zelenskyy memang dikenal penuh ketegangan, dengan Klitschko beberapa kali menuduh Zelenskyy dan timnya berupaya melemahkan otoritasnya. Saat ditanya apakah Zelenskyy pernah membahas secara rinci skenario perdamaian dengannya, Klitschko menjawab lugas: “Tidak,” dan menambahkan bahwa Zelenskyy mengurus hal-hal tersebut sendiri.

Meski demikian, mantan juara tinju dunia berusia 53 tahun ini tetap menegaskan: “Rakyat Ukraina tidak akan pernah menerima pendudukan Rusia.”

Putin Akan Bertemu Lagi dengan Utusan Trump

Utusan khusus Gedung Putih, Steve Witkoff, dijadwalkan kembali bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin hari Jumat (25/4), untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kemungkinan tercapainya kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.

Mengutip berbagai laporan media asing, Steve Witkoff akan kembali bertemu Putin untuk membahas parameter utama kesepakatan damai. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov pada 24 April juga menyatakan bahwa Kremlin siap mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat terkait Ukraina.

Pertemuan ini berlangsung setelah serangan rudal dan drone Rusia ke Kyiv pada dini hari 24 April yang menewaskan 12 orang dan melukai lebih dari 80 lainnya — salah satu serangan paling mematikan di ibu kota Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.

Sejak invasi Rusia pada 2022, Moskow kini menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina.

Trump: “Tidak Menguasai Seluruh Ukraina” adalah Konsesi Besar dari Putin

Pada pagi hari 24 April, Presiden Trump mengungkapkan ketidakpuasan atas serangan Rusia ke Kyiv, bahkan sempat menyerukan kepada Putin untuk menghentikan serangan melalui unggahan di Truth Social dengan pesan: “Vladimir, STOP!”

Namun, saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih setelah bertemu dengan Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Støre, Trump memberikan komentar mengejutkan. 

Ketika ditanya apa yang ditawarkan Rusia dalam negosiasi damai, Trump menjawab:
“Menghentikan perang.”

Trump kemudian menambahkan:  “Tidak menguasai seluruh negara (Ukraina) — itu adalah konsesi yang cukup besar.”

Dalam wawancara di Ruang Oval, saat CNN menanyakan perihal pesannya di Truth Social, Trump memperingatkan bahwa jika Rusia tidak menghentikan serangan, “sesuatu akan terjadi.”

Selama beberapa pekan terakhir, pemerintahan Trump aktif mendorong proses perundingan damai, meski Trump sendiri mengaku semakin tidak sabar dengan lambatnya kemajuan.

Trump menegaskan bahwa ia masih percaya Putin serius ingin mencapai kesepakatan damai, dan menyatakan bahwa Moskow telah menunjukkan “konsesi besar” dengan tidak mencoba menguasai seluruh Ukraina.

Menurut informasi dari seorang pejabat yang mengetahui negosiasi tersebut, kerangka perdamaian yang diajukan Amerika di Paris pekan lalu mencakup syarat di mana AS secara de facto mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia.

Pada 23 April, Trump secara terbuka mengecam Zelenskyy, menuduhnya menghalangi proses perdamaian.

Kini, perhatian dunia tertuju pada pertemuan penting antara Steve Witkoff dan Vladimir Putin yang dijadwalkan berlangsung pada Jum’at, 25 April. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS