EtIndonesia. Putra Wakil Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), Michael Gloss, dikabarkan tewas dalam pertempuran di medan perang Rusia-Ukraina.
Menurut laporan The Guardian, Gloss bergabung dengan pasukan sukarelawan Rusia pada September 2023, menjalani pelatihan selama tiga bulan bersama rekan-rekannya dari Nepal, sebelum akhirnya diterjunkan ke garis depan di Ukraina timur.
Namun, pada April tahun lalu, Gloss — yang saat itu baru berusia 21 tahun — gugur dalam pertempuran sengit di wilayah Soledar, Ukraina Timur, setelah terkena serangan artileri dan mengalami kehilangan darah parah.
Sebelum Tewas, Gloss Tinggalkan Jejak di Media Sosial Rusia
The Guardian juga mengungkapkan bahwa sebelum kematiannya, Gloss aktif menggunakan media sosial Rusia, VKontakte, untuk membagikan pandangannya.
Dalam salah satu unggahannya, dia menyatakan bahwa dia melarikan diri dari rumah untuk menjelajahi dunia, serta menyuarakan kebenciannya terhadap fasisme.
Akun media sosialnya bahkan memperlihatkan bendera Rusia dan Palestina, sebagai bentuk pernyataan sikap politiknya.
Gloss diketahui pernah berkunjung ke Rusia dalam misi kemanusiaan membantu korban gempa bumi, sebelum akhirnya pada September 2023 resmi bergabung dengan sukarelawan Rusia.
Setelah menjalani pelatihan militer tiga bulan, dia ditugaskan sebagai anggota pasukan serbu di garis depan Ukraina timur.
Namun tragis, dalam pertempuran di Soledar, dia terkena tembakan artileri berat. Karena pendarahan yang tidak terkendali, Gloss akhirnya meninggal dunia di medan perang.
Alasan Ideologis dan Pengaruh Teori Konspirasi
Seorang teman dekat Gloss mengatakan kepada media bahwa Gloss sangat kecewa dengan dukungan Amerika Serikat terhadap Israel dalam konflik di Gaza.
Kekecewaan ini disebut sebagai salah satu faktor yang mendorongnya untuk bergabung dengan militer Rusia.
Temannya menambahkan :”Dia ingin melawan Amerika dalam perang, namun menurut saya dia sangat dipengaruhi oleh video-video teori konspirasi.”
Keluarga Tidak Tahu Dia Turun ke Medan Perang
Laporan juga menyebutkan bahwa orangtua Gloss memang mengetahui bahwa anak mereka bergabung dengan pasukan sukarelawan Rusia.
Namun, mereka tidak mengetahui bahwa Gloss benar-benar turun ke medan pertempuran di Ukraina.
Keluarga Gloss baru menerima kabar tentang kematiannya pada Juni tahun lalu, yang membuat mereka sangat terpukul.
Saat upacara pemakaman yang diadakan pada Desember 2024, pihak keluarga dalam surat kematian hanya menyebutkan bahwa Gloss “meninggal di Eropa Timur,” tanpa secara eksplisit menyebut keterlibatan Rusia atau Ukraina.
Pihak CIA mengeluarkan pernyataan singkat, menegaskan bahwa kematian Michael Gloss bukan merupakan isu keamanan nasional Amerika Serikat, melainkan sebuah tragedi keluarga. CIA juga menyatakan rasa belasungkawa yang mendalam atas kejadian ini.(jhn/yn)