EtIndonesia. Konflik bersenjata antara India dan Pakistan saat ini menunjukkan tanda-tanda benar-benar di luar kendali. Setelah kelompok teroris yang didukung Pakistan melakukan serangan di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Sebagai balasannya, India memutus pasokan air dari bendungan yang mengalir ke Pakistan, dan kedua belah pihak mulai saling menembak di pos militer perbatasan.
Namun, situasi kini meningkat lebih lanjut—dan kembali melibatkan air. Dua negara bertetangga yang sudah memiliki dendam turun-temurun, ditambah perseteruan agama, menciptakan kebencian yang rumit dan nyaris mustahil diurai.
Pada tanggal 26 April, setelah Pakistan dengan keras memprotes pemutusan aliran air, India tiba-tiba mengubah taktik: bukan lagi memblokir air, tapi malah melepaskan air dalam jumlah besar dari bendungan. Semua gerbang bendungan yang sebelumnya tertutup kini dibuka penuh. Akibatnya, volume air Sungai Indus melonjak drastis dan menyebabkan banjir besar.
Lahan pertanian Pakistan yang sebelumnya kering berubah menjadi lautan air. Perekonomian Pakistan yang memang sudah rapuh—dengan cadangan devisa hanya 8 miliar dolar AS—diperkirakan menderita kerugian sekitar 10 miliar dolar AS akibat gagal panen. Ditambah lagi biaya militer akibat konflik ini, Pakistan kini berada di ambang keruntuhan ekonomi total.
Yang mengejutkan, Menteri Pertahanan Pakistan menyatakan secara terbuka: “Senjata nuklir kami bukan untuk pajangan. Mereka dibuat untuk India.”
Ini bukan ancaman main-main, karena Pakistan tidak pernah menandatangani perjanjian PBB yang melarang penggunaan senjata nuklir sebagai serangan pertama.
Baik India maupun Pakistan masing-masing memiliki lebih dari 100 hulu ledak nuklir. Jika keduanya benar-benar berperang habis-habisan, konsekuensinya jauh lebih dahsyat dibanding perang Rusia-Ukraina saat ini.
Pertempuran Meletus: Senjata Berat dan Jet Tempur Dikerahkan
Pasukan Pakistan kini mengerahkan tank dan artileri medan dalam jumlah besar, melintasi jalan raya, rel kereta, hingga jalur tanah pedesaan menuju perbatasan. Sementara itu, pada malam 27-28 April, pertempuran resmi pecah. Pasukan Pakistan lebih dulu menyerang pos India, yang kemudian dibalas oleh militer India dengan tembakan meriam artileri. Bahkan, militer India sempat meneriakkan yel-yel penyemangat sebelum menembak.
Serangan balasan India menghancurkan pos Pakistan dan menimbulkan korban jiwa di pihak musuh. Malam harinya, wilayah posisi Pakistan terbakar hebat. Di latar belakang, suara tembakan terus terdengar.
Pakistan juga disebut memiliki jaringan terowongan bawah tanah yang menyimpan banyak senjata. Mereka bahkan menyombongkan bahwa pasukan India tidak akan mampu menembus pertahanan mereka.
Sementara itu, jet tempur Angkatan Udara Pakistan mulai terbang dari pangkalan Saidu Sharif pada 28 April. Di sisi lain, India segera mengerahkan sistem pertahanan udara S-400 yang mereka beli dari Rusia untuk menangkal ancaman dari udara.
Kekuatan Militer: Siapa yang Unggul?
Jika perang skala penuh pecah, bagaimana perbandingan kekuatan militer kedua negara?
- India: 1,45 juta personel aktif, anggaran pertahanan > 80 miliar dolar, 4600+ tank, 810 jet tempur, 2 kapal induk.
- Pakistan: 650.000 personel, anggaran pertahanan ± 7 miliar dolar, 3600+ tank, 300 jet tempur, tidak memiliki kapal induk.
Dari sisi konvensional, India unggul mutlak, terutama di udara dan laut. Namun, Pakistan kini memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir, sedikit lebih banyak dari India yang memiliki 160.
Krisis Internal: Jenderal Pakistan Menghilang?
Di tengah meningkatnya ketegangan, militer Pakistan menghadapi gejolak internal. Wakil Kepala Staf Operasi Angkatan Laut Pakistan, Laksamana Muda Karachi, dilaporkan menghilang. Keluarganya sudah meninggalkan Pakistan dan terbang ke London pagi ini.
Jika berita ini benar, maka kaburnya petinggi militer bisa menjadi pukulan telak terhadap moral pasukan Pakistan.
Tradisi Putus: Upacara Penurunan Bendera Dihentikan
Mulai minggu ini, upacara penurunan bendera yang rutin digelar di perbatasan Wagah dibatalkan. Tradisi ini sudah berlangsung lebih dari 60 tahun sebagai simbol persaingan kedua negara. Biasanya disertai gerakan militer dramatis seperti tendangan tinggi dan sorakan. Namun sejak 2010, kedua negara sepakat untuk meredam tensi dalam upacara itu dengan senyuman dan jabat tangan.
Upacara ini bahkan menjadi objek wisata internasional. Kini, hilangnya tradisi ini memperkuat tanda-tanda bahwa perang tinggal menunggu waktu.
Persekutuan Global: Tiongkok, Turki, Israel, dan Amerika
Meski belum ada deklarasi perang resmi, garis pertempuran global mulai terlihat jelas:
- Tiongkok diam-diam memberi izin Pakistan untuk menggunakan citra satelit mata-mata Tiongkok.
- Turki kemungkinan akan mendukung Pakistan karena solidaritas agama.
- Israel sudah menyatakan akan mendukung India, dan PM Netanyahu menjadi salah satu pemimpin pertama yang melakukannya.
Pertanyaannya kini, apakah Trump akan turun tangan sebagai penengah? Ataukah dia akan memilih pihak? Inilah yang paling diperhatikan dunia internasional saat ini.