EtIndonesia. Anak berusia 11 tahun yang menderita distrofi otot menentang gravitasi setelah melepaskan kruk dan melakukan gerakan breakdance yang sulit
Seorang anak laki-laki difabel berusia 11 tahun di Tiongkok menarik perhatian media sosial setelah melepaskan kruknya dan menampilkan gerakan rumit dalam sebuah kompetisi tari jalanan.
Li Junhao, yang berasal dari Bozhou, Provinsi Anhui di Tiongkok tengah, dibesarkan oleh orang tua yang juga penyandang disabilitas setelah didiagnosis menderita distrofi otot bawaan sejak lahir, yang menyebabkan pengecilan otot dan kelainan pada sendi-sendi di kakinya.
Sebuah video viral yang diunggah pada 9 April memperlihatkan Li dengan percaya diri melemparkan kruknya, mengangkat tubuhnya ke posisi handstand, lalu meluncur ke dalam serangkaian gerakan breakdance yang penuh tantangan.
Selama penampilannya, Li menopang tubuhnya sepenuhnya dengan lengan dan otot inti, melakukan gerakan di mana kakinya berayun di udara dalam gerakan melingkar.

Dalam posisi seperti push-up, dia menjaga agar kakinya tidak menyentuh lantai sambil memantul dan memutar seluruh tubuhnya mengikuti irama musik.
Li mengakhiri penampilannya dengan pose “freeze” ikonik, di mana dia menyeimbangkan seluruh tubuhnya hanya dengan satu lengan, menentang gravitasi, memukau penonton, dan mendapat tepuk tangan meriah dari kerumunan.
Masa kecil Li diwarnai dengan banyaknya rawat inap di rumah sakit.
Menurut ayahnya, Li telah menjalani empat operasi besar di berbagai kota dan menahan rasa sakit yang luar biasa.
“Bahkan di saat-saat terburuknya, dia tetap berkata ‘Aku harus bisa berdiri!’” ujar sang ayah.
Pelatih breakdance Li, Qiu Yu, mengatakan bahwa Li berlatih selama dua jam setiap malam di hari sekolah, dan hingga tujuh jam saat akhir pekan.
“Dia tidak pernah mengeluh lelah, dan tak pernah mengatakan tidak mau berlatih. Dia lebih rajin dan tangguh dibandingkan anak-anak lain yang pernah saya latih,” kata Qiu kepada Yangtze Evening Post.
Kerja keras Li membuahkan banyak prestasi di atas panggung.
Pada tahun 2023, dia berhasil masuk 32 besar dalam kompetisi breakdance tingkat nasional di Chuzhou, Anhui, dan tahun lalu, dia meraih Penghargaan Penampilan Terbaik di Biennale Seni Nasional ke-5 untuk Pemuda Difabel di Beijing.
Ketangguhan Li juga berasal dari keluarganya.
Ayahnya, yang hanya memiliki ketajaman penglihatan sebesar 0,01, dan ibunya, yang juga menderita distrofi otot bawaan, tidak pernah menyerah menghadapi tantangan hidup.

Mereka menjalankan sebuah usaha pijat tradisional Tiongkok dan telah membantu banyak penyandang disabilitas lain mempelajari keterampilan kerja, yang membuat mereka meraih berbagai penghargaan di tingkat kota.
Li juga memiliki cita-cita besar.
“Aku ingin menjadi penari breakdance profesional dan suatu hari tampil di panggung Asian Games!” ujarnya.
Kisah Li telah menyentuh hati banyak orang di media sosial Tiongkok.
Seseorang menulis: “Bisakah kamu bayangkan seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk bisa menari seperti itu?”
Yang lain berkata: “Anak kecil di atas panggung itu, melihat betapa keras usahanya, membuatku meneteskan air mata sekaligus merasa hancur hati.”
“Kisahnya mengingatkan kita bahwa tidak ada yang mustahil jika kita punya mimpi,” tambah pengguna lain..(yn)
Sumber:scmp