Inggris Pertama Kali Gunakan Drone dalam Operasi Perang Elektronik “StormShroud”

Pada Jumat (2 Mei), Inggris resmi mengoperasikan sistem drone canggih buatan dalam negeri yang dinamakan “StormShroud”. Drone ini akan diintegrasikan dengan pesawat tempur generasi ke-4 dan ke-5 seperti Typhoon dan F-35, untuk menjalankan taktik inovatif dalam mengacaukan radar musuh. Tujuannya adalah memungkinkan Inggris menyerang target tanpa terdeteksi, sekaligus meningkatkan kelangsungan hidup dan daya gempur pesawat tempur. Ini adalah pertama kalinya Angkatan Udara Inggris menggunakan drone dalam operasi perang elektronik tingkat tinggi.

EtIndonesia. “StormShroud” diproduksi di Inggris oleh Tekever, perusahaan yang berkantor pusat di Portugal dan memiliki anak perusahaan di Inggris. Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan bahwa “StormShroud” dirancang berdasarkan banyak pengalaman dari perang di Ukraina, dan menekankan kemampuan drone ini untuk segera dikerahkan dari pabrik langsung ke medan tempur.

 Platform yang digunakan adalah Tekever AR3, yang efektivitasnya sudah terbukti dalam peperangan di Ukraina. Dalam proyek “StormShroud”, Tekever AR3 dilengkapi dengan alat pengacau sinyal canggih bernama BriteStorm, yang dapat mengganggu radar jarak jauh dan menyebarkan banyak target palsu untuk mengecoh musuh.

Menurut pihak Ukraina, dari seluruh korban yang ditimbulkan kepada pasukan Rusia dalam upaya melawan invasi ilegal, sekitar 75% disumbangkan oleh sistem tanpa awak. Namun, seorang mantan pejabat tinggi Ukraina yang kini masih terlibat dalam pengadaan persenjataan, menyampaikan dalam sebuah forum di London bahwa tingginya kontribusi sistem drone ini juga disebabkan oleh kurangnya pasokan peluru artileri di pihak Ukraina.

Pada Maret tahun lalu, Angkatan Udara Inggris merilis strategi Platform Kolaboratif Otonom (Autonomous Collaborative Platform, ACP). “StormShroud” adalah peluncuran pertama dari serangkaian ACP yang direncanakan untuk diadopsi. Militer Inggris mendorong integrasi cerdas antara sistem drone dan pesawat tempur berawak, untuk memanfaatkan teknologi dan inovasi dalam mengoptimalkan kekuatan tempur, efisiensi sumber daya manusia, dan mengurangi risiko bagi pilot.

Menurut situs resmi Tekever, Tekever AR3 memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat secara vertikal (VTOL), tetapi fitur ini bisa dihilangkan untuk meningkatkan fleksibilitas operasional. Tanpa VTOL, ketahanan terbang sistem ini bisa meningkat dari 8 jam menjadi 16 jam. 

Tekever AR3 dikenal fleksibel, andal, dan berbiaya operasional rendah—cocok untuk penggunaan komersial maupun misi militer seperti pengintaian, pengawasan, dan akuisisi target (ISTAR). (Hui)

Sumber: Central News Agency

FOKUS DUNIA

NEWS