Parade Berdarah 9 Mei? 20 Pemimpin Dunia Terancam di Moskow!

EtIndonesia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy secara terbuka memperingatkan bahwa partisipasi dalam parade militer Rusia pada Hari Kemenangan, 9 Mei mendatang di Moskow, dapat membawa risiko besar. Dalam pernyataannya, Zelenskyy menegaskan bahwa siapa pun yang menghadiri acara tersebut harus siap menanggung konsekuensinya secara pribadi.

“Siapa pun yang ikut dalam parade itu, tanggung sendiri risikonya—nyawa ada di tangan masing-masing,” ujar Zelenskyy dalam konferensi pers terbaru.

Kekhawatiran Keamanan dan Respons Internasional

Peringatan dari Zelenskyy muncul setelah Juru Bicara Presiden Rusia mengumumkan bahwa sekitar 20 kepala negara dan pemerintahan diperkirakan akan hadir dalam parade tersebut. Menanggapi hal ini, Kementerian Luar Negeri Ukraina menyarankan agar para pemimpin dunia mempertimbangkan kembali rencana mereka untuk menghadiri acara di Moskow.

“Dari sudut pandang keamanan, kami tidak menyarankan Anda mengunjungi Rusia pada 9 Mei. Jika Anda ragu, jangan tanya kami. Ini sepenuhnya adalah keputusan terkait keselamatan pribadi Anda,” demikian pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri Ukraina.

Beberapa negara Asia telah mengonfirmasi kehadiran mereka, termasuk Presiden Tiongkok, Xi Jinping, Presiden Vietnam, dan Presiden Laos. Namun, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un memutuskan untuk tidak hadir, meskipun sebelumnya dilaporkan telah mengirimkan pasukan untuk mendukung Rusia. Keputusan ini diduga karena kekhawatiran terhadap keselamatannya.

Pembatalan dan Ketidakhadiran Pemimpin Dunia

Perdana Menteri India, Narendra Modi awalnya dijadwalkan hadir, namun kemudian menggantikan dirinya dengan Menteri Pertahanan India. Namun, Menteri Pertahanan tersebut juga membatalkan perjalanannya. Presiden Serbia, Aleksandar Vučić dan Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico juga secara bersamaan mengumumkan bahwa mereka jatuh sakit dan tidak dapat menghadiri parade.

Situasi ini menempatkan Presiden Tiongkok, Xi Jinping dalam posisi sulit, karena telah lebih dahulu mengumumkan kehadirannya. Pembatalan mendadak dapat menimbulkan spekulasi dan tekanan diplomatik.

Permintaan Tiongkok dan Strategi Ukraina

Media melaporkan bahwa Pemerintah Tiongkok secara diam-diam meminta Ukraina untuk tidak menyerang Moskow selama parade berlangsung. Namun, analis menilai bahwa kemungkinan serangan langsung dari Ukraina cukup kecil, mengingat kehadiran banyak pemimpin dunia dalam acara tersebut. Zelenskyy diduga menggunakan strategi perang psikologis untuk menekan Rusia tanpa melakukan serangan fisik.

Partisipasi Ukraina dalam Parade di London

Sementara itu, Ukraina mengirimkan pasukannya untuk berpartisipasi dalam parade militer memperingati Hari Kemenangan Eropa di London pada 5 Mei 2025, yang menandai 80 tahun kemenangan Sekutu di Eropa selama Perang Dunia II. Langkah ini dianggap sebagai upaya Ukraina untuk menarik perhatian internasional dan mengalihkan fokus dari parade Rusia.

Dukungan Militer AS dan Serangan Ukraina

Pada 3 Mei 2025, Amerika Serikat mengumumkan paket bantuan militer tambahan senilai 315 juta dolar untuk Ukraina, termasuk dukungan untuk jet tempur F-16. Bantuan ini diberikan setelah peringatan dari presiden AS, Donald Trump kepada kedua belah pihak untuk segera menghentikan perang.

Pada hari yang sama, militer Ukraina melancarkan serangan menggunakan drone udara dan laut di Laut Hitam, menargetkan Jembatan Kerch yang menghubungkan Rusia dengan Semenanjung Krimea. Dalam serangan ini, sebuah drone laut Ukraina berhasil menembak jatuh jet tempur Rusia Su-30, mencetak rekor baru dalam sejarah militer.

Perubahan Sikap AS terhadap Konflik

Pada 2 Mei 2025, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengumumkan bahwa Amerika Serikat tidak lagi berperan sebagai mediator dalam konflik Rusia-Ukraina. Pernyataan ini menandai perubahan signifikan dalam pendekatan diplomatik AS terhadap perang yang telah berlangsung selama tiga tahun.

Wakil Presiden AS, JD Vance, menyatakan bahwa konflik ini tidak akan selesai dalam waktu dekat, dan bahwa kesepakatan damai hanya dapat dicapai oleh kedua belah pihak. Senator Marco Rubio menambahkan bahwa AS tidak boleh membuang sumber dayanya untuk negosiasi yang tidak membuahkan hasil.

Langkah CIA dalam Merekrut Informan Tiongkok

Pada 1 Mei 2025, CIA merilis dua video berbahasa Mandarin yang ditujukan untuk merekrut informan dari dalam Partai Komunis Tiongkok. Video pertama ditujukan kepada pejabat tinggi, menawarkan “jalan keluar” dari intrik internal, sementara video kedua mengajak pejabat tingkat bawah untuk menghubungi CIA melalui dark web dengan jaminan keamanan bagi diri dan keluarga mereka.

Kesimpulan:

Ketegangan antara Ukraina dan Rusia semakin meningkat menjelang peringatan Hari Kemenangan Rusia pada 9 Mei. Peringatan dari Presiden Zelenskyy, pembatalan kehadiran beberapa pemimpin dunia, serta dukungan militer tambahan dari Amerika Serikat menunjukkan dinamika geopolitik yang kompleks dan terus berkembang. Sementara itu, langkah CIA dalam merekrut informan dari Tiongkok menambah dimensi baru dalam persaingan intelijen global.

FOKUS DUNIA

NEWS