Mantan Pejabat PKT : AS Melancarkan Serangan Besar, Banyak Pejabat Tinggi Partai Komunis Ingin Membelot

Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) pada 1 Mei secara langka merilis dua video berbahasa Mandarin yang secara terbuka mengajak para pejabat Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk membelot. Ini memicu perhatian luas publik. Mantan pejabat tinggi PKT, Du Wen, mengatakan bahwa dengan langkah besar ini dari AS, diyakini banyak pejabat tinggi PKT ingin membelot

EtIndonesia. CIA mempublikasikan dua video berbahasa Mandarin di platform media sosial, masing-masing menyoroti kegelisahan pejabat tinggi PKT karena konflik internal, serta ketidakpuasan pegawai level bawah terhadap sistem PKT. Video itu mendorong para pejabat membelot dan memberikan informasi rahasia PKT kepada CIA untuk mengubah hidup mereka.

Ini bukan pertama kalinya CIA melakukan hal serupa. Oktober tahun lalu, CIA juga merilis video dalam berbagai bahasa untuk merekrut informan dari empat negara yang disebut sebagai “poros kejahatan”: Tiongkok, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Video tersebut mengajarkan cara berkomunikasi aman dengan CIA dan mendorong berbagi intelijen.

AS Membutuhkan Informasi Tingkat Tinggi dari PKT

Dalam suasana tegang perang dagang AS-Tiongkok, langkah CIA ini menarik perhatian internasional. Mantan Kepala Kantor Penasihat Hukum Pemerintah Daerah Mongolia Dalam, Du Wen, mengatakan kepada Epoch Times bahwa jika CIA dapat menjamin keamanan keluarga para pejabat PKT, maka diyakini banyak dari mereka akan membelot secara berkelompok.

Du Wen adalah mantan Direktur Eksekutif Kantor Penasihat Hukum Pemerintah Daerah Otonomi Mongolia Dalam (NTD)

Menurut Du Wen, langkah CIA kali ini memiliki dua tujuan: pertama, AS benar-benar membutuhkan intelijen dari PKT; kedua, ini adalah bentuk perang psikologis.

Ia menyatakan bahwa AS benar-benar perlu memahami Tiongkok karena PKT kini menggunakan pola pikir perang melawan AS. Sejak Perang Korea, belum pernah ada ketegangan seintens ini. Namun, sejak serangan 11 September 2001, fokus strategi AS beralih ke Timur Tengah dan terorisme, sementara PKT menggunakan seluruh sumber daya terbaiknya untuk melawan intelijen AS.

Pada 2010, jaringan intelijen utama CIA di Beijing sempat dibongkar.

Du Wen menambahkan, “Saya sering berhubungan dengan pihak AS dan mendapati bahwa mereka sangat kurang memahami PKT. Bahkan para akademisi ternama masih mempertanyakan apakah PKT adalah rezim otoriter atau otoritatif, padahal jelas itu adalah kediktatoran.”

CIA Memberi Jalan Keluar bagi Pejabat PKT

Banyak analis melihat bahwa video CIA tidak menekankan nilai-nilai demokrasi AS atau seruan revolusi, melainkan langsung menyentuh titik sensitif bagi pejabat di bawah rezim Xi Jinping—bagaimana menyelamatkan diri dan keluarga mereka. CIA bahkan menyampaikan bahwa membelot ke AS adalah bentuk ‘mengabdi’ pada tanah air, suatu strategi psikologis yang memicu keraguan terhadap sistem PKT di kalangan pejabat yang gelisah.

Du Wen menjelaskan bahwa video CIA juga merupakan strategi psikologis dalam permainan kekuatan antara AS dan Tiongkok. Menurutnya, tekanan antikorupsi yang ekstrem membuat pejabat hidup dalam ketakutan, bahkan di antara sesama pejabat.

“CIA memanfaatkan efek ketakutan dari pembersihan internal PKT,” katanya.

Ia menyatakan bahwa banyak pejabat sangat tidak puas dengan Xi Jinping, tetapi hanya bisa marah dalam hati karena masih harus pura-pura loyal.

“Saya bertemu banyak pejabat—yang masih aktif maupun yang sudah jatuh—semuanya benci Xi. Tapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Dia masih berkuasa.”

Du Wen mengisahkan seorang teman pejabat setingkat wakil kepala kejaksaan provinsi yang mengeluh bahwa pekerjaannya hanya dipenuhi pertemuan dan pelajaran politik, tanpa waktu untuk memproses kasus. Semua hal harus dilakukan sendiri, tak bisa diwakilkan sekretaris, dan terus diawasi.

“Akan Ada Banyak Pejabat Tinggi Membelot”

Sejak masa “reformasi dan keterbukaan”, banyak pejabat tinggi PKT kabur ke luar negeri. Pada tahun 2011, media resmi melaporkan bahwa dalam 30 tahun terakhir, sekitar 4.000 pejabat kabur dengan rata-rata membawa RMB.100 juta per orang.

Dalam beberapa tahun terakhir, pelarian pejabat lebih terkait dengan penindakan politik rezim Xi. Untuk mencegah pelarian, pemerintah menarik paspor pejabat dan memeriksa koneksi luar negeri mereka, bahkan guru sekolah dasar dan menengah pun tak luput.

Du Wen menyebut bahwa saat ini seluruh sistem partai dan militer sedang diperiksa: siapa yang memiliki anak di luar negeri, paspor, dan hubungan asing.

Maret lalu, Du Wen bahkan membuat video YouTube berjudul “Panduan Kabur bagi Pejabat PKT.”

“Saya bisa bilang, jika CIA bisa mengatur keluarga para pejabat ini dengan baik, maka saya yakin akan ada gelombang besar pejabat tinggi yang membelot,” katanya.

Namun, ia mengakui bahwa secara teknis pelarian sangat sulit. Kebanyakan pejabat tua tidak bisa menggunakan teknologi untuk berkomunikasi aman, seperti menggunakan dark web. Banyak dari mereka menyimpan uang di rumah atau rumah sewaan karena tak bisa memindahkannya ke luar negeri, dan anak-anak mereka pun tak bisa keluar.

“Masalahnya sekarang, berapa banyak pejabat yang bisa diterima AS? Yang ingin lari banyak, tapi yang punya informasi berharga sangat sedikit,” ujarnya.

Informasi yang dicari adalah data militer, teknologi senjata, strategi pertahanan, bukan laporan ekonomi dari pejabat lokal seperti wakil gubernur provinsi. Bahkan informasi ekonomi pun perlu dianalisis oleh tim riset khusus.

Du Wen juga mengatakan bahwa sekarang banyak pejabat sengaja menghindari AS dan memilih kabur ke Australia, Selandia Baru, atau Kanada karena khawatir terlalu mencolok jika ke AS.

Runtuhnya PKT Butuh Kekuatan Eksternal

Menanggapi strategi CIA ini, Du Wen mengatakan dalam video YouTube-nya bahwa ini adalah “langkah mematikan terhadap Xi.”

Menurutnya, “benteng paling mudah runtuh dari dalam.” Ancaman terbesar bagi PKT berasal dari internal karena hanya orang dalam yang tahu kelemahannya.

Namun, ia menyatakan bahwa saat ini belum ada jalan keluar nyata, dan mengutip sejarah bahwa perubahan rezim di Tiongkok selalu dipicu oleh kekuatan luar.

Kata kuncinya, menurut Du Wen, adalah sikap pemerintah AS—apakah akan terus bersikap lunak dan permisif, atau mengambil sikap tegas demi tanggung jawab terhadap dunia dan rakyatnya sendiri. (Hui)

Dikutip dari The Epoch Times

FOKUS DUNIA

NEWS