Israel Hancurkan Bandara Sanaa, Gaza Diambang Pengosongan Total: Operasi ‘Tank Titik Nol’ Dimulai!”

EtIndonesia. Ketegangan di kawasan Timur Tengah meningkat drastis setelah Angkatan Udara Israel menggempur sasaran militer Houthi di Yaman untuk hari kedua berturut-turut. Salah satu target utama yang dihancurkan adalah Bandara Internasional Sanaa, yang kini dikabarkan “hancur total” akibat serangan udara besar-besaran.

Menurut laporan dari sejumlah sumber militer dan media internasional, jet tempur dan helikopter Houthi dilenyapkan dalam serangan tersebut, bersama dengan beberapa pembangkit listrik utama di wilayah ibu kota Yaman itu.

Bandara Sanaa Luluh Lantak

Frasa “hancur total” bukan sekadar kiasan. Berdasarkan video yang beredar luas di media sosial dan saluran berita, kekuatan ledakan yang menghantam bandara sangat besar, memicu dugaan kuat bahwa Israel menggunakan bom penghancur bunker berdaya ledak tinggi. Gedung terminal, pesawat-pesawat sipil, hingga kantor administrasi bandara semuanya rata dengan tanah.

Serangan ini menandai eskalasi baru dalam konflik Israel-Houthi, meskipun secara geografis Israel dan Yaman tidak berbatasan langsung. Namun secara strategis, kedua pihak tetap terhubung melalui Laut Merah, yang menjadi jalur vital perdagangan dan pergerakan militer.

Dinamika Laut Merah dan “Penyerahan Diam-diam” Houthi

Dalam pertemuan terbaru antara Donald Trump dan Perdana Menteri Kanada yang berlangsung di Gedung Putih, Trump mengungkap bahwa kelompok Houthi telah mengirimkan pesan kepada Amerika Serikat. Mereka menyatakan akan menghentikan serangan terhadap kapal dagang dan militer di Laut Merah dan Teluk Aden.

Pernyataan ini disambut publik dengan skeptisisme. Banyak yang menganggap bahwa Houthi tidak sepenuhnya menyerah, melainkan sedang memainkan strategi klasik. Seperti sindiran populer di dunia maya yang berbunyi: “Walau bebek sudah empuk, mulut tetap keras”—mengacu pada sikap keras kepala yang tetap dipertahankan meski dalam kondisi terjepit.

Trump menambahkan bahwa AS akan menghentikan serangan terhadap Houthi jika komitmen itu dijalankan. Namun warganet justru menyindir, menyebut bahwa Trump hanya sedang “memainkan Houthi”, karena Israel kini telah mengambil alih penuh eskalasi militer dengan kekuatan yang lebih agresif.

Perlu dicatat bahwa sebagian besar jet tempur dan bom pintar yang digunakan Israel dalam serangan ini adalah buatan Amerika Serikat—menguatkan dugaan bahwa langkah Israel mendapat restu, atau setidaknya dukungan diam-diam dari Washington.

Israel Umumkan Operasi Militer Baru di Gaza: “Tank Titik Nol”

Namun konflik tak berhenti di Yaman. Pada saat bersamaan, Israel secara resmi mengumumkan peluncuran rencana strategis besar di Jalur Gaza yang diberi nama Operasi Tank Titik Nol (Keystone Tank Operation). Rencana ini terdiri dari tiga tahap besar dan dapat mengubah peta geopolitik kawasan secara permanen.

Tahap 1: Evakuasi Total Warga Gaza

Israel merencanakan evakuasi total sekitar dua juta penduduk Gaza ke wilayah selatan, di mana akan dibangun kamp-kamp tenda. Pemerintah Israel menyatakan bahwa kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, listrik, dan obat-obatan akan disediakan.

Tahap 2: Penghancuran Menyeluruh

Setelah evakuasi selesai, seluruh infrastruktur di Gaza—baik sipil maupun militer—akan dihancurkan total. Fokus utama operasi ini adalah penghapusan seluruh kekuatan Hamas, termasuk jaringan bawah tanahnya yang rumit dan tersembunyi.

Tahap 3: Rekonstruksi dan Pendudukan Militer Permanen

Pasca penghancuran dan eliminasi Hamas, wilayah Gaza akan dibangun kembali namun berada di bawah kendali militer Israel secara permanen. Proses rekonstruksi ini disebut akan dilakukan dalam kerangka kontrol keamanan yang ketat, untuk mencegah bangkitnya kembali kekuatan militan.

Rencana Lama Trump yang Kini Dijalankan Israel

Secara ideologis dan strategis, “Operasi Tank Titik Nol” sangat mirip dengan rencana lama yang pernah diusulkan oleh Donald Trump. Kala itu, Trump mengusulkan relokasi penduduk Gaza ke negara-negara Arab tetangga. Namun, Israel menilai bahwa pendekatan tersebut terlalu kompleks secara diplomatik dan logistik.

Sebagai alternatif, Israel memilih untuk memindahkan penduduk sementara ke selatan Gaza, sambil mempersiapkan penghapusan kekuatan Hamas dan perombakan total struktur kawasan. Nantinya, nasib penduduk Gaza dan masa depan wilayah tersebut akan ditentukan sepenuhnya oleh Israel dan sekutunya.

Ultimatum Israel kepada Hamas

Sumber militer Israel mengonfirmasi bahwa ultimatum tegas telah dikirimkan kepada Hamas. Jika negosiasi pembebasan sandera tidak membuahkan hasil sebelum kunjungan Trump ke Timur Tengah minggu depan, maka “Operasi Tank Titik Nol” akan segera diluncurkan tanpa kompromi.

Langkah ini dipandang sebagai pesan keras bahwa waktu bagi Hamas semakin habis. Dalam pandangan analis militer, Israel tidak lagi berniat melakukan perundingan jangka panjang, melainkan memilih jalur militer total untuk menyelesaikan konflik Gaza secara sepihak.

Analisis dan Implikasi

Dengan dua front konflik terbuka—di Yaman melawan Houthi dan di Gaza melawan Hamas—Israel kini berada di garis depan operasi militer besar-besaran yang bisa memicu ketegangan regional lebih luas. Keterlibatan teknologi militer AS, pernyataan Trump yang ambigu, serta rencana pendudukan Gaza secara permanen berpotensi menimbulkan reaksi keras dari dunia Arab dan komunitas internasional.

Apakah dunia akan diam? Ataukah babak baru konflik Timur Tengah akan segera dimulai?

FOKUS DUNIA

NEWS