48 Perusahaan Besar Jerman Bersatu Mengaku Bersalah : Dulu Mendukung Rezim Nazi

EtIndonesia. Pada Kamis (8/5), menandai genap 80 tahun sejak kekalahan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II. Dalam sebuah langkah yang sangat jarang terjadi, sebanyak 48 perusahaan besar asal Jerman menerbitkan pernyataan bersama, secara terbuka mengakui peran penting mereka dalam mendukung kejahatan rezim Nazi. Mereka menegaskan bahwa dunia usaha harus menunjukkan “sikap dan keberanian” untuk bersama-sama menjaga demokrasi Jerman. Deklarasi ini dipandang sebagai langkah historis penting dunia bisnis Jerman dalam menghadapi masa lalu mereka.

Pernyataan bersama ini diprakarsai oleh raksasa kimia Jerman Bayer, BASF, Evonik, dan Siemens, dan ditandatangani oleh 48 perusahaan besar lainnya—termasuk Adidas, BMW, Volkswagen, Lufthansa, Allianz, dan Deutsche Bahn. Perusahaan-perusahaan ini merupakan pilar utama ekonomi Jerman saat ini.

Menurut laporan dari Central News Agency, dalam pernyataan tersebut secara jelas disebutkan bahwa perusahaan-perusahaan Jerman di masa lalu ikut memperkuat dan menopang kekuasaan Nazi, dan mengakui bahwa “banyak perusahaan dan pengambil keputusan saat itu terjebak demi kepentingan mereka sendiri.”

Pernyataan itu menyoroti bahwa tanpa kegagalan kolektif dari para pemangku kebijakan politik, militer, hukum, dan ekonomi pada tahun 1930-an, rezim Nazi tidak mungkin bisa berkuasa pada 1933.

Para penandatangan menekankan bahwa mereka memikul tanggung jawab untuk terus mengingatkan dunia akan kejahatan era Nazi, karena sejarah itu menjadi peringatan abadi atas rapuhnya demokrasi. Dalam pernyataan tersebut, kalangan bisnis menegaskan komitmen mereka untuk melawan kebencian, diskriminasi, dan antisemitisme, dan menekankan bahwa bagian sejarah ini “tidak boleh dan tidak akan ditutup begitu saja.”

Pernyataan itu juga memberi peringatan keras terhadap bangkitnya kekuatan sayap kanan ekstrem di berbagai belahan dunia. Meskipun tidak menyebut nama partai tertentu secara langsung, dokumen tersebut menegaskan bahwa demokrasi bergantung pada partisipasi aktif warga dan keberanian untuk bersuara. Mereka menyinggung bahwa masyarakat masa lalu terlalu sering memilih untuk diam dan berpaling, dan menggarisbawahi bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab moral atas masa lalu, masa kini, dan masa depan.

CEO Bayer, Bill Anderson, mengatakan bahwa pada Januari lalu, dia bersama para CEO dari BASF dan Siemens menghadiri acara peringatan pembebasan kamp konsentrasi Auschwitz. Dari pengalaman itu, muncul ide untuk memulai inisiatif bersama ini dan mengundang perusahaan-perusahaan besar lainnya untuk bergabung.

Perlu dicatat, Bayer, BASF, dan Evonik adalah penerus dari konglomerat kimia IG Farben yang terkenal pada era Nazi. Perusahaan ini tumbuh pesat dengan mengakuisisi bisnis milik orang Yahudi yang disita secara paksa, dan menjadi industri kimia dan farmasi terbesar di Eropa saat itu serta donatur utama rezim Nazi.

Di bawah sistem kediktatoran Nazi, IG Farben secara masif menggunakan kerja paksa dan tahanan kamp konsentrasi, dan menjadi pihak yang memimpin pembangunan Monowitz (Auschwitz III)—kamp konsentrasi pertama yang dibangun berdasarkan rancangan swasta. Anak perusahaannya memproduksi Zyklon B, gas beracun yang digunakan secara luas di kamar gas kamp konsentrasi, menyebabkan kematian massal.

Pasca-perang, banyak pimpinan perusahaan Jerman diadili oleh pengadilan militer karena mengeksploitasi tahanan dan buruh paksa, namun sebagian besar tidak menunjukkan penyesalan, bahkan menyebut pengadilan itu sebagai “keadilan para pemenang” atau menggambarkan diri mereka sebagai korban.

Contohnya adalah mantan pimpinan perusahaan baja ThyssenKrupp, Alfried Krupp von Bohlen und Halbach, yang telah menjadi anggota Partai Nazi sejak sebelum 1933, tetapi tidak pernah benar-benar mengakui kesalahannya hingga akhir hayat.

Fakta bahwa banyak pemimpin industri yang terlibat dalam ekonomi perang tidak pernah benar-benar mempertanggungjawabkan peran mereka, membuat pernyataan kolektif kali ini dianggap sangat langka dan penting. Ini menandai langkah berani kalangan bisnis Jerman dalam menghadapi sejarah kelamnya secara terbuka.

Tanggal 8 Mei 1945 adalah hari ketika Nazi Jerman menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang menandai akhir dari Perang Dunia II di Eropa. Di Jerman, hari ini diperingati sebagai momen refleksi atas tanggung jawab sejarah terhadap kejahatan rezim Nazi, serta peringatan bagi para korban yang menderita akibat sistem penindasan negara.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS