EtIndonesia. Situasi politik internal Partai Komunis Tiongkok (PKT) sedang bergejolak, dan perebutan kekuasaan di kalangan elit terus meningkat. Baru-baru ini, sebuah foto yang menunjukkan Xi Jinping bersama anggota Komisi Militer Pusat (CMC) ke-20 setelah Kongres Nasional ke-20 PKT viral di internet, memicu spekulasi. Bersamaan dengan itu, kabar bahwa Xi akan lengser juga menyebar luas di dunia maya.
Foto tersebut diambil pada 8 November 2022, saat Xi Jinping menginspeksi Pusat Komando Operasi Gabungan Komisi Militer Pusat. Dalam foto itu, Xi dan para anggota baru CMC mengenakan seragam militer kamuflase. Kantor berita resmi Xinhua kemudian secara khusus mempublikasikan foto “keluarga besar” ini, dan CCTV juga menayangkan rekaman video terkait.
Urutan tokoh dalam foto dari kiri ke kanan: He Weidong (Wakil Ketua CMC), Liu Zhenli (anggota CMC), Xi Jinping (Ketua CMC dan Panglima Pusat Komando Gabungan), Zhang Shengmin (anggota CMC), Li Shangfu (anggota CMC), Zhang Youxia (Wakil Ketua CMC), dan Miao Hua (anggota CMC).
Namun, hanya dalam waktu dua tahun lebih, separuh dari enam petinggi militer itu telah terjerat kasus korupsi. Mantan Menteri Pertahanan Li Shangfu dan Kepala Departemen Politik CMC, Miao Hua, telah diselidiki.
Setelah sidang “Dua Sesi” PKT tahun ini, Wakil Ketua CMC He Weidong belum juga tampil di publik, keberadaannya menjadi misteri. Menurut laporan Financial Times (10 April), beberapa sumber menyebut He Weidong telah dicopot karena korupsi dan sedang ditahan untuk diinterogasi. Pencopotannya dinilai lebih serius dibanding penonaktifan Miao Hua.
Pengamat politik di AS, Chen Pokong, mengatakan kepada Epoch Times bahwa kekuasaan militer Xi Jinping kini melemah, karena dua sekutunya—Miao Hua dan He Weidong—telah dilengserkan. Dia menduga Xi berniat menggunakan mereka untuk melancarkan kudeta dan merebut kembali kekuasaan militer, namun rencana itu digagalkan oleh Zhang Youxia. Ini merupakan inti dari dinamika politik saat ini.
Chen Pokong menyebut, dari tujuh anggota CMC, kini hanya tersisa empat. Di luar Xi yang hanya menjabat sebagai Ketua CMC secara nominal, tiga lainnya merupakan loyalis Zhang Youxia. Zhang adalah Wakil Ketua Pertama CMC; Zhang Shengmin adalah Sekretaris Komisi Disiplin Militer; Liu Zhenli, Kepala Staf Gabungan, merupakan bawahan Zhang sejak Perang Vietnam. Tiga orang ini membentuk faksi militer paling kuat dan menguasai kekuasaan militer de facto. Artinya, kendali militer telah berpindah dari tangan Xi.
Sejak Rapat Pleno Ketiga PKT Juli 2023, kabar bahwa Xi telah kehilangan kekuasaan kerap terdengar. Rapat Pleno Keempat PKT yang seharusnya digelar musim gugur 2024 ditunda hingga kini, menunjukkan betapa sengitnya pertarungan internal elit partai.
Pada 5 Mei 2025, pengamat independen Cai Shenkun mengungkap dalam program medianya bahwa Rapat Pleno Keempat akan membawa perubahan besar dalam struktur kepemimpinan. Dia mengatakan, dengan situasi internasional dan domestik yang semakin memburuk, PKT sudah berada di ujung jalan. Ditambah lagi dengan kondisi kesehatan Xi yang menurun, para sesepuh partai tak tahan lagi dan tengah melakukan tekanan kolektif untuk menggulingkannya. Bahkan, sosok penggantinya dikabarkan sudah ditentukan.
Sejak Juli 2023, sedikitnya belasan jenderal tinggi dan pejabat tinggi industri pertahanan yang merupakan orang dekat Xi telah diselidiki, termasuk dua komandan Pasukan Roket dan mantan Menteri Pertahanan Li Shangfu serta Wei Fenghe. Banyak pejabat militer juga dilaporkan menghilang atau sedang diselidiki.
Pada 30 April 2025, Miao Hua secara resmi dicopot dari jabatannya sebagai anggota Kongres Rakyat Nasional ke-14.
Dalam wawancara dengan New Tang Dynasty TV, pembawa acara Jingyuan Talks, Tang Jingyuan, menyebut posisi Miao Hua sangat sensitif, terutama karena kedekatannya dengan Xi. Dicopotnya Miao dari jabatan legislatif berarti dia akan segera diumumkan secara resmi sebagai tersangka dan ditahan.
Profesor hukum liberal yang tinggal di luar negeri, Yuan Hongbing, menyatakan bahwa dari hari pertama penahanannya, Miao Hua telah menyerahkan lebih dari 80 nama dalam laporan pengakuannya. Bersama tiga sekretarisnya yang juga ditahan, mereka telah memberikan lebih dari 1.300 nama pejabat militer PKT yang terlibat. Hal ini menimbulkan kepanikan besar dalam tubuh militer PKT.
Chen Pokong menyimpulkan bahwa ini membuktikan ketidakmampuan Xi dalam memimpin dan menilai orang, serta menunjukkan betapa rumitnya perebutan kekuasaan dalam tubuh militer. Akibatnya, kampanye anti-korupsi yang digalakkan Xi justru berbalik menghantam dirinya sendiri. Saat ini, Xi tak lagi menguasai militer dan tak bisa berbuat banyak.
Akademisi Australia, Li Yuanhua, menyebut Xi Jinping kemungkinan adalah pemimpin terakhir rezim PKT. Menurutnya, kejatuhan PKT tinggal menunggu waktu, hanya kurang satu pemicu. Dia menyatakan bahwa keruntuhan PKT adalah kehendak langit. Apakah Xi masih berkuasa atau tidak, itu tidak mengubah fakta bahwa kehancuran PKT sudah ditakdirkan. Xi hanya mempercepat proses tersebut.(hui/yn)