EtIndonesia. Setelah empat hari saling serang yang menewaskan sedikitnya 60 orang dan memaksa ribuan warga mengungsi, India dan Pakistan akhirnya sepakat melakukan gencatan senjata pada 10 Mei dengan mediasi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Pada hari Senin (12 Mei), India menyatakan bahwa kedua negara mengalami “malam pertama yang tenang” dan mengumumkan pembukaan kembali 32 bandara. Para pemimpin militer dari kedua negara juga dijadwalkan membahas langkah-langkah selanjutnya.
Militer India mengatakan: “Di wilayah Kashmir dan sepanjang perbatasan India–Pakistan… semalam sebagian besar tetap tenang, tanpa laporan insiden apa pun. Ini adalah malam pertama yang damai dalam beberapa hari terakhir.”
Awalnya, masyarakat internasional meragukan efektivitas gencatan senjata tersebut, sebab tak lama setelah Trump mengumumkan gencatan senjata secara mengejutkan di media sosial, kedua pihak kembali saling menuduh melanggar perjanjian dalam hitungan jam.
Menurut laporan Central News Agency, kota perbatasan Poonch di wilayah Kashmir yang dikuasai India juga mengalami dua malam berturut-turut tanpa suara tembakan atau serangan artileri. Poonch merupakan salah satu daerah yang paling terdampak dalam konflik ini, dengan sedikitnya 12 warga tewas dan sekitar 60.000 penduduk kota itu mayoritas telah mengungsi.
Otoritas Pengelola Bandara India (Airports Authority of India, AAI) pada hari Senin mengumumkan dalam pernyataan bahwa 32 bandara domestik yang sebelumnya menghentikan layanan penerbangan sipil akibat konflik India–Pakistan kini dibuka kembali.
IndiGo, salah satu maskapai penerbangan terbesar di India, juga mengumumkan bahwa mereka akan secara bertahap mengaktifkan kembali rute-rute yang sempat dihentikan.
Otoritas bandara Pakistan telah lebih dahulu membuka kembali wilayah udara mereka sepenuhnya pada 10 Mei.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri India pada 10 Mei telah mengumumkan bahwa para kepala operasi militer India dan Pakistan dijadwalkan mengadakan pembicaraan pada pukul 12 siang waktu setempat pada 12 Mei. Namun, Pakistan belum memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar dari Reuters.(hui/yn)