Tak Tahan Lagi, Trump  Siap Terjun Langsung ke Mediasi Rusia-Ukraina

Etindonesia. Ketika Rusia dan Ukraina telah menyatakan kesediaan untuk mengadakan dialog langsung di Turki, pertanyaan terbesar masih menggantung di udara: Apakah Presiden Rusia, Vladimir Putin akan hadir? Di tengah ketidakpastian tersebut, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada hari Senin (12 Mei) secara terbuka menyatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk secara pribadi menghadiri pertemuan damai Rusia-Ukraina yang dijadwalkan berlangsung pada hari Kamis (15/5) di Turki, guna mendorong tercapainya kesepakatan gencatan senjata.

Sesuai agenda sebelumnya, Trump dijadwalkan melakukan kunjungan ke Timur Tengah minggu ini, dengan rencana mengunjungi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Meskipun jadwalnya sangat padat, Trump menyatakan bahwa Turki tidak terlalu jauh dari lokasi turnya, dan bila kehadirannya bisa memberikan dampak positif, dia siap terbang langsung ke Turki secara mendadak.

“Saya sendiri belum yakin akan berada di mana hari Kamis nanti, karena saya memiliki terlalu banyak pertemuan,” ujar Trump kepada wartawan. “Tapi saya memang sedang mempertimbangkan untuk terbang ke sana. Jika saya merasa bisa membantu menciptakan kemajuan nyata, saya mungkin akan hadir secara langsung.”

Trump juga menambahkan :“Saya merasa pertemuan hari Kamis itu bisa menghasilkan sesuatu yang baik. Saya yang mengupayakan agar pertemuan ini bisa terjadi, dan sekarang prosesnya sedang berjalan. Saya percaya baik Putin maupun Zelenskyy akan hadir.”

Sejak dilantik pada Januari tahun ini, Trump terus mendesak Rusia dan Ukraina untuk menghentikan pertempuran dan mencari solusi damai.

Putin Tolak Ultimatum Eropa, Ajukan Perundingan Baru

Pada 9 Mei lalu, Ukraina bersama empat negara Eropa—Jerman, Prancis, Inggris, dan Polandia—mengirimkan sebuah ultimatum kepada Putin, menuntut gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari. Namun, pada hari Senin (12/5), Kremlin dengan tegas menyatakan penolakan terhadap usulan tersebut.

Menariknya, sehari sebelumnya, pada hari Minggu, Putin justru mengabaikan proposal Eropa tersebut dan malah mengajukan kembali dimulainya perundingan Rusia-Ukraina di Turki, yang sebelumnya sempat tertunda.

Menanggapi hal ini, Trump pun segera memposting pernyataan yang mendesak Zelenskyy untuk ikut hadir dalam perundingan di Turki. Zelenskyy akhirnya menyatakan kesediaannya untuk datang, asalkan ada gencatan senjata tanpa syarat lebih dulu sebagai syarat awal agar perundingan bisa berjalan dengan baik.

Zelenskyy Sambut Trump, Minta Putin Tidak Menghindar

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy menyambut baik pernyataan Trump. Dalam unggahan di platform X (sebelumnya Twitter), dia mengatakan: “Saya baru saja mendengar pernyataan Presiden Trump—itu adalah pernyataan yang sangat penting. Saya mendukung usulan gencatan senjata total tanpa syarat, dan juga mendukung dialog langsung dengan Presiden Putin. Saya akan hadir di Turki. Saya berharap pihak Rusia tidak menghindari pertemuan ini.”

Zelenskyy menegaskan bahwa bila Trump benar-benar hadir secara pribadi:“Itu adalah ide yang sangat tepat. Kita bisa mengubah banyak hal.”

Dia juga memuji Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan sebagai sosok yang memiliki kapasitas untuk memimpin pertemuan tingkat tertinggi ini.

Prancis dan Eropa Desak Gencatan Senjata Sebelum Pertemuan

Sementara itu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron bersikeras bahwa pertemuan antara Putin dan Zelenskyy harus didahului oleh gencatan senjata. 

Kantor Kepresidenan Prancis mengeluarkan pernyataan resmi: “Presiden sangat menekankan pentingnya gencatan senjata agar pertemuan tingkat tertinggi Rusia-Ukraina bisa dilangsungkan pada 15 Mei.”

Pernyataan tersebut juga mengonfirmasi bahwa Macron telah berdiskusi dengan para pemimpin Jerman, Inggris, Polandia, serta Presiden Trump dan Presiden Zelenskyy.

Eropa Perkuat Tekanan Diplomatik dan Ancam Sanksi Baru

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer dijadwalkan mengadakan KTT dengan para pemimpin Uni Eropa (UE) pekan ini. Pada hari Senin (12/5), Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, telah menerima rekan-rekannya dari Prancis, Italia, Jerman, Spanyol, Polandia, dan perwakilan UE. Fokus pertemuan ini adalah membahas dukungan lebih besar terhadap Ukraina serta kerja sama pertahanan kawasan secara menyeluruh.

Dalam pernyataannya, Menlu Lammy menyatakan: “Kita sedang menghadapi salah satu momen terpenting bagi keamanan kolektif benua kita dalam satu generasi. Tantangan yang kita hadapi hari ini menyangkut masa depan Ukraina dan nasib seluruh Eropa.”

Dia juga menyebut bahwa Inggris berencana memberlakukan sanksi tambahan terhadap individu atau entitas yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina. 

Para pemimpin dari Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia sebelumnya telah berkunjung ke Kyiv pada akhir pekan, menyatakan dukungan mereka terhadap usulan gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari, serta mengancam Putin dengan sanksi baru yang “besar-besaran” jika tidak mematuhi.

Ukraina Tuding Rusia Langgar Usulan Gencatan Senjata

Pihak Ukraina pada hari Senin menuduh Rusia melanggar proposal gencatan senjata, dengan meluncurkan lebih dari 100 drone pada malam sebelumnya. 

Menurut laporan AFP, Angkatan Udara Ukraina mengatakan: “Sejak pukul 11 malam tanggal 11 Mei, musuh telah meluncurkan 108 drone Shahed dan tipe lainnya.” 

Hingga pukul 08:30 pagi pada Senin, 55 drone berhasil ditembak jatuh.

Akibat serangan udara Rusia di wilayah Odessa, satu orang terluka dan sejumlah rumah warga rusak. Sementara itu, infrastruktur rel kereta api di Donetsk juga dilaporkan rusak berat, menyebabkan seorang masinis terluka.Perusahaan Kereta Api Nasional Ukraina, Ukrzaliznytsia, menyatakan pada hari Senin bahwa proposal gencatan senjata telah diabaikan oleh Rusia, dan serangan terhadap infrastruktur transportasi terus berlanjut.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS