Penjualan Pelabuhan oleh Li Ka-shing Memicu Kemarahan Beijing, CK Hutchison Tiba-Tiba Keluarkan Pernyataan

 Perusahaan milik orang terkaya Hong Kong, Li Ka-shing, yaitu CK Hutchison Holdings (dikenal sebagai “Chang He”), baru-baru ini mengeluarkan pernyataan mendadak, menegaskan bahwa transaksi penjualan pelabuhan yang tengah menjadi sorotan itu akan dilaksanakan sepenuhnya sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku, dan tidak akan dilakukan secara ilegal.

EtIndonesia Pada 12 Mei 2025, CK Hutchison merilis pernyataan melalui situs resminya bahwa semula mereka berencana memaparkan rincian transaksi pelabuhan tersebut dalam rapat umum tahunan pemegang saham pada 22 Mei. Namun, karena meningkatnya pertanyaan dari para pemegang saham dan media belakangan ini, perusahaan merasa perlu menyatakan secara tegas: “Transaksi ini tidak akan dilakukan dalam kondisi yang melanggar hukum atau tidak sesuai aturan.”

Dalam pernyataan itu dijelaskan bahwa syarat-syarat terkait telah diumumkan pada 4 Maret 2025, yang menyebut: “Penyelesaian transaksi tergantung pada terpenuhinya sejumlah kondisi, termasuk persetujuan dari otoritas hukum dan pengawas, tidak adanya pelanggaran hukum atau larangan hukum, diperolehnya persetujuan dari pemegang saham perusahaan, serta syarat-syarat lain yang dianggap wajar dan lazim sebagaimana disepakati dalam dokumen akhir.”

CK Hutchison, yang berbasis di Hong Kong, mengumumkan pada  Maret bahwa mereka akan menjual seluruh bisnis pelabuhannya — mencakup 43 pelabuhan di 23 negara — kepada konsorsium investasi yang dipimpin oleh perusahaan AS, BlackRock. Transaksi ini termasuk dua pelabuhan utama yang terletak di kedua sisi Terusan Panama.

Karena posisi strategis Terusan Panama yang sangat penting, Presiden AS Donald Trump berkali-kali menyatakan keinginannya untuk mengambil kembali kendali atas terusan tersebut. Ia menekankan bahwa Amerika Serikat menyerahkan Terusan Panama kepada Panama, bukan kepada Partai Komunis Tiongkok (PKT), dan kini AS ingin mengambil kembali kendali tersebut.

Setelah Li Ka-shing mengumumkan penjualan pelabuhan-pelabuhan tersebut, media pro-Beijing seperti Ta Kung Pao secara beruntun menerbitkan artikel yang menuduh Li Ka-shing sebagai “pengkhianat negara.” Rezim PKT bahkan memulai penyelidikan antimonopoli atas transaksi ini.

Pengamat menilai bahwa transaksi ini telah memberikan setidaknya dua pukulan besar terhadap PKT. Di satu sisi, hal ini mengguncang ambisi “Belt and Road Initiative” (Inisiatif Sabuk dan Jalan) yang digagas oleh Beijing. Di sisi lain, PKT kehilangan salah satu kartu tawar penting yang dapat digunakan untuk menghadapi pemerintahan Trump.

Menurut laporan The Wall Street Journal pada 19 Maret, sumber menyebut bahwa Sekretaris Jenderal PKT, Xi Jinping, sangat marah atas transaksi ini. Pemerintah PKT sebelumnya berencana menggunakan isu pelabuhan di Terusan Panama sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi dengan pemerintahan Trump. Namun, karena transaksi oleh Li Ka-shing ini, rencana tersebut akhirnya gagal total.  (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS