Pentagon Tambah Investasi dan Gandeng Sekutu, “Kubah Emas” Hadapi Ancaman Tiongkok dan Rusia

Pada  Selasa (13 Mei), Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (DIA) memperingatkan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan Rusia tengah secara aktif mengembangkan rudal nuklir luar angkasa dan senjata hipersonik generasi baru. 

Dalam sepuluh tahun mendatang, ancaman global diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Presiden Trump bersama Kongres sedang mendorong program jaringan pertahanan rudal “Golden Dome” (Kubah Emas), serta meningkatkan investasi pada rudal pertahanan buatan perusahaan Raytheon guna memperkuat kemampuan pertahanan bersama dengan negara-negara sekutu.

EtIndonesia. Peringatan yang dikeluarkan oleh Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (DIA) pada Selasa 13 Mei menyebutkan Tiongkok dan Rusia sedang mengembangkan rudal nuklir luar angkasa serta senjata hipersonik canggih. Skala dan kompleksitas ancaman ini diperkirakan akan meningkat secara cepat dalam dekade mendatang.

Sebagai tanggapan atas jenis ancaman rudal baru ini, pemerintahan Trump mendorong program prioritas dalam kebijakan pertahanan nasional yaitu jaringan pertahanan rudal “Golden Dome”.

Grafik resmi menunjukkan bahwa pada tahun 2035, Tiongkok kemungkinan akan mengerahkan hingga 700 hulu ledak nuklir dengan rudal balistik antarbenua (ICBM), Rusia dari 350 menjadi 400, Korea Utara meningkat hingga 50, dan Iran dari 0 menjadi 60.

Selain itu, rudal jelajah serang darat (Land Attack Cruise Missile) milik Tiongkok diperkirakan akan meningkat dari 1.000 menjadi 5.000 unit, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) bisa mencapai sedikitnya 132 unit, dan sistem rudal “Partial Orbital Bombardment System” (FOBS) bisa mencapai hingga 60 unit. Rusia juga menunjukkan tren peningkatan dalam tiga jenis senjata ini, menandakan bahwa Tiongkok dan Rusia sedang memperluas kemampuan serangan mereka secara menyeluruh.

AS memperkirakan bahwa sebelum tahun 2035, Tiongkok akan mengerahkan hingga 4.000 senjata hipersonik, jauh meningkat dibandingkan dengan 600 unit saat ini.

Hingga kini, rencana “Golden Dome” yang mengusung konsep pertahanan berlapis belum mengumumkan struktur rinci, jadwal, atau total anggarannya. Kantor Anggaran Kongres AS (CBO) memperkirakan biaya jangka panjang sistem ini bisa mencapai setidaknya 542 miliar dolar AS.

Pada hari yang sama, Departemen Pertahanan AS meningkatkan nilai investasi pada program rudal pertahanan udara SM-3 (Standard Missile-3) yang dikembangkan oleh kontraktor Raytheon, dari 1,198 miliar dolar AS menjadi 3,332 miliar dolar AS.

Perluasan kontrak ini juga menunjukkan komitmen berkelanjutan AS terhadap integrasi pertahanan rudal bersama dengan sekutu seperti Jepang dan Korea Selatan.

Seiring dengan dilanjutkannya pengembangan jet tempur generasi keenam oleh Tiongkok, Kepala Staf Angkatan Udara AS, Jenderal David Allvin, pada Selasa (13 Mei) membagikan rincian terbaru mengenai program jet tempur F-47 dan pesawat tak berawak Cooperative Combat Aircraft (CCA) di media sosial, yang dinilai sangat penting bagi operasi di kawasan Indo-Pasifik.

Menurut grafik informasi, radius tempur F-47 akan melebihi 1.000 mil laut, jauh lebih besar dibandingkan F-22 Raptor yang memiliki jangkauan sekitar 590 mil laut dan direncanakan untuk digantikan. (Hui)

Laporan oleh Guo Yuexi, NTDTV

FOKUS DUNIA

NEWS