Tak Menunggu Amerika, Inggris dan Uni Eropa Lebih Dulu Bertindak! Menlu AS Beri Peringatan Keras: Jika Tak Ada Kemajuan Damai, Sanksi Baru Akan Dijatuhkan ke Rusia

EtIndonesia. Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio menyampaikan pernyataan tegas di hadapan Senat: jika negosiasi damai antara Ukraina dan Rusia tidak menunjukkan kemajuan, maka AS akan mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. Rubio juga membantah anggapan bahwa AS sedang melemahkan dukungan militernya terhadap Ukraina.

Menurut laporan Jin10 News Media pada hari Rabu  (21/5), pernyataan tersebut disampaikan saat Rubio memberikan kesaksian di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS. Dia ditanya apakah mendukung rancangan undang-undang baru yang tengah digagas oleh Senator Partai Republik,  Lindsey Graham, yang bertujuan menjatuhkan sanksi lebih keras kepada Rusia.

RUU tersebut mencakup ketentuan untuk mengenakan tarif hingga 500% pada produk yang diimpor dari negara-negara yang masih membeli minyak dan gas dari Rusia—upaya untuk secara langsung menekan pembiayaan perang Rusia.

Rubio menjawab, jika memang sudah jelas bahwa Rusia sama sekali tidak berminat pada perjanjian damai dan hanya ingin melanjutkan perang, maka kemungkinan besar AS akan mengambil langkah sanksi tersebut. Namun dia menambahkan bahwa Presiden Trump percaya, jika AS mulai mengancam dengan sanksi, Rusia justru akan menolak berdialog. Rubio menilai bahwa tetap menjalin komunikasi dengan Moskow dan mendorong mereka kembali ke meja perundingan tetaplah langkah yang bernilai.

Senator Demokrat Kecam Trump: “Putin Sedang Mempermainkan Anda”

Di sisi lain, anggota Komite dari Partai Demokrat melontarkan kritik tajam terhadap Presiden Trump. Mereka menyayangkan bahwa dalam percakapannya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, Trump tidak menggunakan kesempatan itu untuk menekan Moskow.

Senator Jeanne Shaheen mengatakan dengan tegas bahwa Putin tidak menunjukkan itikad untuk berunding secara serius demi mengakhiri konflik. Dia bahkan menuding bahwa Putin sedang mempermainkan Trump.

Rubio Membantah Trump Lemah terhadap Putin

Menanggapi tuduhan tersebut, Rubio membantah bahwa Trump bersikap lunak terhadap Putin, dan menegaskan bahwa AS masih memiliki posisi tawar yang kuat seperti pada masa pemerintahan sebelumnya. Dia menegaskan bahwa senjata-senjata AS masih mengalir ke Ukraina tanpa henti, bahwa Putin belum mendapatkan satu pun konsesi, dan tidak ada sanksi yang dicabut untuk Rusia.

Namun Rubio juga menekankan bahwa satu-satunya jalan keluar dari konflik ini adalah melalui perundingan damai, dan bahwa AS harus berupaya keras membawa kedua pihak kembali ke meja dialog.

Uni Eropa dan Inggris Bergerak Lebih Dulu

Sementara itu, Uni Eropa dan Inggris telah bergerak lebih awal dari AS. Pada hari Selasa (20/5) waktu setempat, kedua pihak mengumumkan rangkaian sanksi baru terhadap Rusia.

Kementerian Luar Negeri Inggris melansir paket sanksi baru yang menyasar sektor militer, energi, dan keuangan Rusia. Kapal-kapal bayangan (shadow fleet)—yaitu armada laut yang digunakan Rusia untuk menyelundupkan minyak secara ilegal—juga masuk dalam daftar target sanksi Inggris.

Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Kaja Kallas, menyatakan bahwa target sanksi kali ini mencakup hampir 200 kapal shadow fleet, serta berbagai perusahaan keuangan yang diduga membantu Rusia menghindari sanksi internasional.

Kallas juga menekankan bahwa AS perlu mengambil tindakan nyata. Jika Rusia terus menolak gencatan senjata, maka tindakan keras dari komunitas internasional sangat diperlukan. Ia menyerukan agar semua negara yang menyatakan ingin bertindak, benar-benar menepati ucapannya.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS