Pada 20 Mei, Israel melanjutkan perluasan serangannya ke Jalur Gaza. Sementara itu, semakin banyak bantuan internasional mulai masuk ke Gaza. Sebagai sekutu, Inggris menyatakan ketidakpuasan terhadap aksi militer terbaru Israel dan bahkan mengumumkan sanksi terhadap permukiman Israel di Tepi Barat. Menteri Luar Negeri Israel menanggapi dengan pernyataan keras.
EtIndonesia. Pada Selasa 20 Mei, Israel kembali meluncurkan serangan ke Jalur Gaza. Asap tebal terlihat membubung di langit wilayah tersebut.
Militer Israel menyatakan bahwa putaran serangan terbaru ini bertujuan untuk menyelamatkan para sandera yang masih ditahan oleh Hamas dan menghancurkan kekuatan bersenjata kelompok militan tersebut.
Video yang dirilis oleh militer Israel menunjukkan bahwa mereka tengah melancarkan operasi berskala besar di Gaza.
Dalam sebuah pernyataan, militer Israel menyebutkan bahwa dalam 24 jam terakhir, Angkatan Udara Israel telah menyerang lebih dari 100 target milik Hamas.
Menurut pejabat kesehatan Palestina, serangan udara Israel dari Senin malam hingga Selasa dini hari menewaskan sedikitnya 60 orang.
Sementara itu, setelah Israel mengizinkan sejumlah bantuan masuk secara terbatas, truk bantuan pertama telah tiba di Gaza.
Dalam sebuah video, terlihat beberapa truk bantuan melintasi titik perbatasan Kerem Shalom, memasuki wilayah Gaza.
Di hari yang sama, pemerintah Inggris mengkritik aksi militer Israel di Gaza. Inggris mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan negosiasi perjanjian perdagangan bebas dengan Israel dan akan memberlakukan sanksi baru terhadap permukiman Israel di Tepi Barat.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan: “Israel baru-baru ini mengumumkan akan mengizinkan jumlah dasar makanan masuk ke Gaza, tetapi ini sama sekali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.”
Sehari sebelumnya, Inggris, Prancis, dan Kanada mengeluarkan pernyataan bersama, mendesak Israel untuk menghentikan pertempuran di Gaza dan memungkinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut.
Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, pada Selasa menegaskan bahwa Israel tidak akan menerima campur tangan pihak luar dalam urusan keamanannya.
“Ini adalah negara yang bangga, negara yang merdeka, sedang berjuang demi kelangsungan hidupnya. Kami tidak akan menerima adanya pihak asing yang mengatur soal keamanan nasional kami,” ujarnya.
Di hari yang sama, Perdana Menteri Qatar, yang sedang menjadi mediator dalam perundingan gencatan senjata Gaza, menyatakan dalam forum ekonomi bahwa beberapa minggu terakhir belum ada kemajuan berarti dalam negosiasi antara Israel dan Hamas.
“Kedua pihak memiliki perbedaan mendasar: satu pihak ingin menggunakan perjanjian parsial untuk mencapai kesepakatan menyeluruh, sementara pihak lainnya hanya menginginkan kesepakatan satu kali untuk mengakhiri perang dan membebaskan seluruh sandera,” kata Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed Al-Thani.
Pemerintah Israel menyatakan bahwa tujuan militer mereka adalah menguasai seluruh wilayah Gaza untuk memaksa Hamas membebaskan semua sandera, serta memastikan bantuan kemanusiaan tidak jatuh ke tangan milisi Hamas. (Hui/asr)
Laporan disusun oleh jurnalis NTD, Zhao Fenghua.