ErabaruNews – Presiden Korea Utara, Kim Jong-un baru-bari ini dikabarkan memperkuat pengawalan bagi dirinya. Diktator Korut itu menambah bahkan dua brigade pasukan pengawal khusus untuk mencegah ‘operasi pemenggalan kepala’ dari pihak Amerika Serikat.
Media Korea Selatan, ‘Chosun Ilbo’ pada 1 Maret 2018 memberitakan, Kim Jong-un baru-baru ini telah memperkuatan pasukan pengawalan pribadi. Selain pasukan pengawal yang telah ada, dia telah menambah dua brigade penjaga di dekat pasukan pengawal khusus yang selalu siaga di sampingnya.
Menurut laporan, keamanan keluarga Kim itu dilakukan oleh ratusan pasukan penjaga. Pasukan penjaga markas komando dan unit korps keamanan pribadi Kim Jong-un berbeda dengan Angkatan Perang Korea Utara. Angkatan Perang sendiri ditangani oleh Organisasi di bawah naungan Partai Buruh Korea Utara.
Sebelumnya, CIA pernah mengeluarkan ultimatum untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara dengan batas akhir bulan Maret tahun ini.
Selama upacara penutupan Olimpiade Musim Dingin, Kim Yong-chol, menteri Front Persatuan rezim Korea Utara mengutarakan, “Korea Utara memiliki kehendak untuk berdialog dengan Amerika Serikat.”
Kemudian pada 26 Februari, Presiden AS Trump menanggapinya dengan mengatakan, “Dialog hanya akan dilakukan jika memenuhi persyaratan, jika tidak dialog dengan DPRK tidak akan diadakan. Kita sedang menunggu dan melihat.”
Pernyataan Amerika itu dianggap sebagai penolakan dialog oleh Korea Utara.
Sumber yang relevan di Institut Penelitian Ilmu Pengetahuan Nasional Korea Selatan mengungkapkan bahwa kondisi ini mencerminkan bahwa Kim Jong-un sudah takut terhadap ‘operasi pemenggalan kepala’ AS-Korsel dan ‘operasi mimisan’.
Kedua operasi itu dikhawatirkan akan mengancam jiwanya. Dengan menambah kekuatan pengawalan diharapkan eksekusi pasukan khusus Korea Selatan dan Amerika Serikat tersebut dapat dipatahkan.
Sebelumnya, Financial Times dan Wall Street Journal pernah melaporkan bahwa Presiden Trump telah mempertimbangkan untuk melakukan ‘operasi mimisan’ (bloody nose). Operasi pasukan khusus itu untuk memberikan sedikit pelajaran kepada rezim diktator Kim Jong-un.
Rencana ‘operasi mimisan’ ini adalah menyerang sebuah target di Korea Utara yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sebuah survei yang dilakukan oleh sebuah wadah pemikir AS baru-baru ini menemukan, resiko konflik militer AS-Korea Utara paling tinggi akan terjadi pada tahun 2018.
Media Sankei Shimbun dari Jepang mengatakan bahwa Amerika Serikat telah mevonis bahwa Pyongyang menolak menyelesaikan masalah nuklir secara damai. Sehingga Trump memutuskan untuk meluncurkan ‘operasi pemenggalan kepala’ terhadap Kim Jong-un. Selain itu, perintah kesiagaan untuk perang pun sudah diturunkan.
Dilaporkan bahwa Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) menetapkan bulan Maret ini sebagai batas akhir penyelesaian masalah nuklir Korea Utara. CIA yakin bahwa hingga bulan Maret ini Korea Utara sudah memiliki kemampuan untuk memasukkan semua kota di AS ke dalam kisaran jangkauan rudal.
Oleh karenanya, Amerika harus mengambil langkah-langkah lebih awal. Laporan yang relevan tentang hal ini telah dilaporkan kepada Presiden Trump.
Sejalan dengan itu, menurut sebuah laporan dari Yonhap News Agency pada 28 Februari, penasihat keamanan presiden Korea Selatan, Moon Chung-in mengatakan bahwa latihan militer AS-ROK yang dijadwalkan pada bulan Maret terhambat karena Olimpiade Musim Dingin PyeongChang dan olimpiade bagi orang-orang cacat atau ‘Paralimpiade’ sehingga latihan militer bersama baru dapat dimulai kembali pada awal bulan April.
Dalam sebuah pertemuan di Washington DC, Moon Chung-in mengatakan bahwa latihan militer bersama dengan AS akan diselenggarakan pada minggu pertama bulan April mendatang.
Latihan militer bersama dengan nama ‘Key Resolve’ dan ‘ Foal Eagle’ biasanya diadakan antara bulan Maret-April setiap tahunnya. AS pernah mengikutsertakan paling banyak 17.000 orang pasukan, dan Korea Selatan 30,000 tentara dalam latihan bersama ini.
Kim Jong-un dikabarkan khawatir AS dan Korea Selatan mentransformasi ancaman menjadi kenyataan. Sehingga Korut berupaya untuk menghentikan latihan militer bersama Korsel-AS melalui kesempatan partisipasi di Olimpiade PyeongChang.
Korut dinilai ingin menunjukkan sikap baik-baik dengan Korea Selatan. Namun, konspirasi Kim Jong-un sepertinya tidak berhasil, latihan militer akan digelar seperti biasa. (NTDTV/Sinatra/waa)