ErabaruNews – Departemen Perdagangan Amerika Serikat mengumumkan bahwa pihaknya akan memberlakukan tarif tinggi atas aluminium foil dari Tiongkok, awal pekan ini. Kenaikan tarif impor sebagai upaya anti-dumping dan anti-subsidi.
Rencana itu membuat hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok semakin tegang. Para ahli memperkirakan hal yang paling dikhawatirkan oleh otoritas Beijing dalam kasus ini adalah aksi sepihak tersebut akan ditiru oleh negara lain.
Departemen Perdagangan AS sebelumnya juga mengumumkan bahwa penyidikan terhadap keterlibatan produk aluminium foil buatan Tiongkok dalam kasus dumping dan subsidi telah berakhir. Kesimpulan penyelidikan adalah perlunya dilakukan penyesuaian tarif impor bagi komoditas termaksud.
Menanggapi hal tersebut, pakar ekonomi dan perdagangan dari Brookings Institution, Eswar Prasad mengatakan bahwa hal ini jelas adalah peringatan bagi Tiongkok dan mitra dagang Amerika lain.
“Amerika Serikat (dalam perdagangan) akan bertindak lebih keras lagi terhadap mitra dagang yang dinilai tidak jujur,” ujar Eswar Prasad, seperti dilansir NTD.tv.
Saat ini, porsi perdagangan dengan AS tidak sampai 20 persen dari total perdagangan luar negeri Tiongkok. Namun, para ahli percaya bahwa hal yang paling dikhawatirkan Beijing adalah gelombang tsunami di seluruh dunia, dimana negara lain juga bertindak sepihak untuk meniru AS.
“Gesekan perdagangan dengan AS yang semakin intensif mungkin akan meluas menjadi gesekan dengan mitra dagang lainnya. Tiongkok masih berharap untuk memperoleh status ekonomi pasar, meskipun akan sulit didapatkan dari Amerika Serikat, tetapi masih ada Uni Eropa,” lanjut Prasad.
Jumat pekan lalu, Trump menyatakan ketidakpuasan atas defisit perdagangan yang besar dengan Tiongkok tahun lalu. Ketidakpuasan itu disampaikan dalam pertemuan CPAC (Conservative Political Action Conference).
Trump mengisyaratkan akan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. “Di bawah pemerintahan saya, era ekonomi berserah harus berakhir. Kami tidak dapat terus membiarkan negara lain memanfaatkannya,” kata Trump.
Minggu ini, otoritas Beijing mengutus pemikir ekonomi dan keuangan kepercayaan Xi Jinping untuk mengunjungi AS. Dia diduga kuat dikirim untuk mendinginkan ketegangan hubungan dagang yang terjadi antara kedua negara.
Namun, para ahli lebih percaya bahwa kunjungan Liu He tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan. “Ini memungkinkan pemerintah Tiongkok untuk lebih memahami gagasan pemerintah Trump, mungkin mereka akan menemukan sebuah rencana negosiasi,” duga Prasad.
Sementara itu, mantan asisten Trump Sebastian Gorka mengatakan semoga Xi Jinping dapat memahami bahwa Trump berbicara selaku presiden, “sehingga Xi tidak mencoba untuk menggodanya.”
Pakar ekonomi memprediksikan bahwa tahun 2018 akan menjadi tahun yang penuh kesulitan bagi kerjasama perdagangan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. (Wang Kaidi/NTDTV/Sinatra/waa)