EpochTimesId – Tarif hukuman atas produk baja dan almunium impor asal Tiongkok dinaikkan oleh pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin Donald Trump. Selain itu Amerika juga berencana untuk menaikkan bea terhadap sejumlah komoditas lainnya dari Tiongkok, yang mencapai puluhan miliar Dolar AS.
Namun perusahaan Tiongkok ternyata sudah sejak lama menghindari pengenaan pajak negara Barat. Cara-cara mereka menghindari pajak dan bea cukai kini diungkap media asing.
Cara curang itu termasuk pengalihan destinasi pengiriman, mengubah lokasi asal dan harga barang.
Menipu bea cukai melalui pelabuhan terbesar di Yunani
Reuters mengutip ucapan sejumlah pejabat Eropa pada 20 April 2018 melaporkan bahwa Uni Eropa dan pemerintah Italia sedang mendalami kasus pelanggaran yang dilakukan kelompok kriminal asal Tiongkok.
Mereka menipu pajak impor atas barang berskala besar produk Tiongkok yang masuk ke Yunani melalui pelabuhan laut terbesar negara itu, Piraeus.
Fabio Botto, pejabat investigasi khusus dari Kantor Pusat Anti-Penipuan Italia kepada Reuters mengatakan, kelompok kriminal asal Tiongkok mencoba memasukkan sejumlah komoditas asal Tiongkok melalui pelabuhan Piraeus. Penipuan itu dilakukan untuk menghindari pajak impor dan PPN.
“Tindakan tersebut menyebabkan pemerintah Italia kehilangan pendapatan dari pajak yang mencapai jutaan EURO. Meskipun angka pastinya belum diperoleh karena penyelidikan belum berakhir,” tutur Fabio.
Fabio mengatakan, barang-barang impor yang dimasukkan oleh kelompok mafia tersebut biasanya adalah pakaian dan sepatu merk palsu. Mereka juga melaporkan kepada bea cukai Uni Eropa dengan nilai yang jauh di bawah harga untuk menghindari tarif.
Selain itu kelompok tersebut juga menggunakan perusahaan fiktif sebagai importir barang demi menghindari PPN.
Kantor Anti-Penipuan Eropa (European Anti-Fraud Office/OLAF) membenarkan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan bersama dengan pihak berwenang Italia. Penyelidikan itu tentang kasus penipuan, tetapi tidak memberikan rincian karena masalah itu diklasifikasikan sebagai rahasia.
Sebelumnya, ketika Eropa sibuk dengan langkah-langkah penghematan terhadap Yunani, investor Tiongkok berbondong-bondong masuk ke negera tersebut untuk menanamkan modal.
Sejak tahun 2016, China Ocean Shipping Group telah menjadi pemegang saham mayoritas dari pelabuhan laut Piraeus, Yunani.
Pelabuhan Piraeus, Yunani disebut-sebut oleh Tiongkok sebagai mutiara dalam proyek Inisiatif ‘Satu Sabuk Satu Jalan’ (One Road One Belt/OBOR). Pemerintah Tiongkok berharap melalui pelabuhan tersebut dapat membuka Jalur Sutra baru ke Eropa.
Infiltrasi juga meluas sampai ke ranah politik. Pada Juni tahun lalu, Athena bahkan mencegah Uni Eropa untuk mengecam catatan hak asasi manusia di Tiongkok.
Epoch Times menemukan bahwa di situs web perusahaan ini, mereka secara gamblang memperkenalkan bagaimana perusahaan menghindari pajak Barat atas komoditas ekspor. Produk dikirim dengan melalui pelabuhan transit, seperti Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, dan India.
Lembaran situs web Zhejiang Sai Ta yang mengambil contoh pelabuhan Malaysia sebagai lokasi transit kargo ekspor asal Tiongkok, memberikan gambaran 4 macam keuntungan yang dapat diperoleh eksportir, yakni :
Pertama, perusahaan Zhejian Sai Ta memiliki pabrik legal di Malaysia yang terkait dengan produk re-ekspor. Sehingga eksportir dapat memperoleh dokumen dan sertifikat asli asal barang yang disiapkan perusahaan (Zhejiang Sai Ta, Malaysia).
Kedua, jika menghadapi investigasi CHECK BACK di pelabuhan destinasi, perusahaan Zhejiang Sai Ta berjanji akan menanggung dan melakukan peyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan. Namun karena memiliki ‘dokumen dan sertifikat asli’, perusahaan dapat terhindar dari masalah dan lolos penyelidikan.
Keuntungan lainnya, termasuk bahwa perusahaan memiliki tim agen luar negeri dan cabang perusahaan sendiri di Malaysia. Hal itu untuk memastikan pengiriman komoditas tepat waktu dan menjamin proses dokumen re-ekspor yang dibutuhkan pelanggan.
Dengan mengambil re-ekspor melalui India sebagai contoh, perusahaan memberikan gambaran bahwa pemeriksaan komoditas yang diekspor dari beberapa pelabuhan seperti Malaysia semakin ketat oleh bea cukai Uni Eropa. Sehingga, untuk mendapatkan layanan yang lebih baik dari perusahaan, Zhejiang Sai Ta juga memperkenalkan pelabuhan laut India sebagai transit barang yang telah digunakan oleh perusahaan selama 2 tahun.
Perusahaan itu mengatakan bahwa Eropa tidak akan melakukan penyelidikan ganda pada komoditas yang diekspor dari India. Sehingga hal itu menjadi salah satu alasan utama mengapa mereka memilih India.
Jaringan perusahaan pialang ekspor yang berkembang
Zhejiang Sai Ta hanyalah salah satu bagian kecil dari sejumlah bisnis makelar ekspor yang ilegal.
New York Times melaporkan bahwa perusahaan ekspedisi Tiongkok, Han Cheng dalam promosi perusahaannya juga mengaku dapat membantu produsen untuk menghindari pembebanan tarif atas barang yang diekspor ke Amerika Serikat.
Dalam penjelasan yang dipublikasikan lewat siitus web perusahaan, mereka telah menekankan bahwa produsen harus menghindari penggunaan label Made in China di setiap produknya.
Menurut laporan itu, jaringan perusahaan pialang ekspor Tiongkok yang bertujuan untuk menghindari tarif impor negara Barat dengan menggunakan pelabuhan transit barang di negara lain sangat luas dan berkembang.
Situs web perusahaan mengklaim bahwa pihaknya telah berhasil mengekspor produk baja, aluminium foil, garmen, panel surya, dan bahkan wastafel stainless-steel ke Amerika Serikat dan Eropa dengan menghindari tarif yang tinggi.
Banyak perusahaan pialang ekspor mencoba menggunakan nasionalisme untuk membungkus diri agar tidak dikritik pemerintah Tiongkok.
Shenzhen Gaoyi International Freight Forwarding Co, Ltd dalam situsnya menyebutkan bahwa pihaknya berhasil mendobrak hambatan perdagangan dan anti-dumping. Keberhasilan itu membuat produk Tiongkok berhasil memasuki pasar internasional.
Iklan Han Cheng, Guangzhou menyebutkan, “Transit pelabuhan dan re-ekspor adalah satu-satunya cara untuk menghindari pengenaan tarif impor tinggi dan pembatasannya.”
Video Rekomendasi :
Presiden Trump pada bulan lalu memberlakukan tarif pada hampir semua produk baja dan aluminium yang diimpor. Namun, dengan alasan pemindahan muatan dia kemudian mengecualikan beberapa negara.
Trump percaya bahwa ekspor produk baja Tiongkok ke Amerika Serikat jauh melebihi jumlah yang ditunjukkan oleh data perdagangan. Dan hanya 2 persen produk baja impor yang dilaporkan media itu yang berasal dari Tiongkok.
Padahal banyak produk baja yang masuk ke AS itu pengirimannya dilakukan dari pelabuhan transit.
New York Times melaporkan bahwa transshipment dapat menjadi konten utama dari semua negosiasi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat dalam penyelesaian sengketa perdagangan.
Masalah ini juga dapat menjadi bahan bahasan negara-negara Uni Eropa, dan juga Korea Selatan. Demikian juga Kanada dan negara mitra dagang AS lainnya yang berusaha memperpanjang kebijakan pembebasan tarif pemerintahan Trump.
Pemerintah negara-negara ini mungkin perlu waspada untuk memastikan bahwa pelabuhan mereka tidak menjadi lokasi transit yang akan menyulut kemarahan Washington.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau pada 27 Maret 2018 mengumumkan bahwa Kanada akan menerapkan serangkaian tindakan pengaturan untuk mencegah transhipment. (Xie Fei/ET/Sinatra/waa)
Video Pilihan Erabaru Chanel :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA