oleh Li Muyang
Hari Jumat (27/04/2018) Presiden Xi Jinping akan menemui Perdana Menteri India Narendra Modi di kota Wuhan, Tiongkok, dan kedua pemimpin tersebut masih akan bertemu lagi pada bulan Juni mendatang. Demikian pengumuman yang disampaikan bersama antara Menlu Tiongkok Wang Yi dan Menlu India Sushma Swaraj usai pertemuan.
Ini baru untuk pertama kalinya, pemimpin India mengunjungi Tiongkok secara intensif. Media India mengutip ucapan sumber melaporkan bahwa di Wuhan nanti, Modi dan Xi Jinping akan membahas isu perselisihan perbatasan antara kedua negara.
Apa sebenarnya yang sedang terjadi ? Bukankah media ‘Global Times’ sebelumnya mengatakan bahwa pemerintahan Modi tidak ingin dituding sebagai pemerintah yang memprovokasi perang Tiongkok – India ?” Bagaimana tiba-tiba tiupan angin berubah arah ?
Sebagaimana kita semua tahu, karena konfrontasi antara perbatasan Tiongkok dan India beberapa waktu lalu, media Partai Komunis Tiongkok telah menghembuskan sentimen nasional masyarakat.
Sekarang tiba-tiba kedua pemimpin bertemu 2 kali dalam tiga bulan. Bagaimana membuat para netizen Tiongkok dapat memahami masalah dan mengetahui hal yang terjadi ?
‘Global Times’ dalam sebuah artikelnya yang diterbitkan pada 23 April menyebutkan bahwa, PM. Modi adalah orang yang paling teguh dalam memegang prinsip imbal balik, Jadi ia bersedia mengunjungi Tiongkok berarti memiliki niat baik untuk mempererat persahabatan.
Tetapi Tiongkok komunis yang sering bertindak semaunya dengan alasan-alasan yang kalau perlu berubah-ubah, sekarang mereka akan menghadapi situasi bagaimana membuat dirinya tidak menjadi bahan cacian masyarakat ?
Tetapi pemerintahan komunis tidak peduli apakah Anda bisa atau tidak menerima. Itu bukan urusannya kecuali urusan Anda sendiri. Pokoknya, pemerintah Tiongkok sekarang butuh secepatnya memperbaiki hubungan diplomatik dengan India.
Mengapa ? Karena sekarang musuh pemerintah Tiongkok sudah berada di seluruh lini, semua negara di dunia sudah mulai waswas dengan pemerintah Tiongkok komunis.
Terutama soal perdagangan antara Tiongkok – AS, Media ‘Forbes’ dalam sebuah artikel yang dimuat situs mereka menyebutkan bahwa, jika saja Amerika Serikat memutuskan untuk memperluas embargo ilmiah dan teknologi sampai ke bidang lainnya, bahkan ke seluruh tubuh perusahaan Tiongkok, ini akan membuat perekonomian Tiongkok bertekuk lutut.
Artikel ini menyebutkan bahwa meskipun ini sulit dibayangkan, tetapi tidak berarti mustahil.
Beijing sebenarnya sudah berada dalam situasi berbahaya. Pada saat ini, sudah bukan waktunya bagi Tiongkok untuk membuat godaan atau memancing emosi India. Dengan kata lain, Beijing sekarang harus berbaik dengan India dan perlu segera menghentikan konfrontasi yang pernah terjadi pada pasukan penjaga perbatasan.
Menlu Wang Yi dalam pertemuannya dengan Menlu India Sushma Swaraj menekankan pentingnya mekanisme WTO. Namun, kita semua tahu bahwa sejak Tiongkok masuk WTO peraturan perdagangan dunia telah berulang kali dilanggar oleh Tiongkok, menyebabkan organisasi tersebut kehilangan tanggung jawab dan kewajibannya.
Wang Yi sekarang menekankan pentingnya WTO. Menurut analisis media ‘India Times’ bahwa, ucapan Wang Yi itu secara langsung atau tidak menyiratkan tentang sanksi perdagangan pemerintahan Trump terhadap Tiongkok dikeluarkan karena Tiongkok melanggar aturan WTO.
Tujuan Beijing memperbaiki hubungannya dengan India tak lain adalah untuk mendapatkan dukungan atau bantuan Modi untuk menghadapi sanksi perdagangan AS.
Dipikir analisis media India lebih masuk akal. Namun, jika Modi mengunjungi Tiongkok, menurut prosedur diplomatik normal, Xi Jinping sewajarnya bertemu dengan Modi di Beijing, Mengapa ia memilih Wuhan ? Reuters dalam artikelnya menyebutkan bahwa ini adalah rasa hormat yang jarang ditampilkan oleh Xi Jinping kecuali kali ini untuk PM. Modi.
Mengapa ? Karena pertemuan puncak umumnya lebih serius dan khidmat. Memilih bertemu di luar ibukota akan sedikit melemahkan dan tampak lebih informal. Tetapi media India percaya bahwa pertemuan di Wuhan akan membuat Xi Jinping dan Modi lebih bebas, relatih santai untuk bertukar pikiran tentang hubungan bilateral, terutama menyangkut beberapa isu sulit.
Selain itu, jika Modi pergi ke Beijing, publik India mungkin akan cenderung berpikir bahwa Modi mungkin ke Beijing untuk membuat konsesi. Dengan memilih bertemu di Wuhan suara kritikan dalam negeri India mungkin bisa berkurang.
Analisis ‘India Times’ mengungkapkan, dengan bertemu di Wuhan, maka kedua belah pihak terhindar dari formalisasi sebuah pertemuan kenegaraan. Di sisi lain, itu juga dapat mengesampingkan tekanan politik yang tidak perlu di negara mereka masing-masing.
Dalam sudut pandang ‘India Times’ bahwa kunjungan Modi ke Tiongkok saat ini sama pentingnya dengan kunjungan PM. Rajiv Gandhi tahun 1988 yang kemudian berhasil menjalin kembali hubungan diplomatik yang telah terputus karena perang antar kedua negara tersebut pada tahun 1962.
CNN juga menerbitkan sebuah artikel yang mengatakan bahwa di bawah latar belakang pencairan hubungan Tiongkok – India yang terjadi saat ini, kepala negara tersebut mengadakan pertemuan.
Artikel itu mengutip ucapan Manoj Joshi, seorang peneliti di Observer Research Foundation, India yang mengemukakan bahwa hubungan diplomatik antara Tiongkok dengan India sekarang berada dalam situasi dilematis. Joshi percaya bahwa Tiongkok komunis berharap dengan memperbaiki hubungan bilateral dengan India dapat mencegah India kembali memihak Amerika.
Sejak Trump menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, istilah kawasan Asia Pasifik telah berubah dan sekarang telah menjadi kawasan Indo-Pasifik.
Beberapa analis percaya bahwa ini adalah upaya Trump untuk menambahkan wilayah Samudra Hindia dan India yang masih berselisih dengan RRT sehingga cakupan geografis menjadi lebih luas untuk memperkuat sistem pengawasan dan keseimbangan dalam menghadapi Tiongkok.
Selain itu, masih ada alasan lain yang menjadi faktor pendorong Modi berkunjung ke Wuhan yaitu masalah perbatasan. Seperti yang kita ketahui, perbatasan antara kedua negara telah tertunda penyelesaiannya sejak konfrontasi.
Tahun lalu, kedua pihak menarik pasukan dari garis depan perbatasan karena cuaca yang sangat dingin. Sedangkan sekarang cuaca telah semakin menghangat, apakah akan muncul ketegangan lagi ? Oleh karena itu, kedua pihak ingin menyelesaikan masalah yang ada sebelum musim panas tiba, agar bentrokan di masa lalu tidak terjadi lagi.
Meskipun Xi Jinping dan Mode pernah bertemu dalam pertemuan puncak BRICS, tetapi karena kedua kepala negara sedang tidak berada di dalam negeri, khawatir perintah kurang didengar. Pada saat itu, Tiongkok sedang berada dalam situasi politik yang tidak menguntungkan jika pecah perang dengan India. (Sinatra/asr)