BERLIN – Pemerintah Jerman dapat menurunkan ambang di mana ia dapat campur tangan dalam menanggapi investasi asing di perusahaan-perusahaan, menteri ekonomi mengatakan pada 26 April di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Tiongkok dan saingan-saingan lainnya mendapatkan akses pada teknologi-teknologi kunci.
Berlin telah memperketat pengawasan atas investasi asing tahun lalu setelah serangkaian pengambilalihan profil tinggi oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok, dengan memperluas 25 persen ambang pemilikan saham, dimana pemerintah dapat campur tangan, ke sektor-sektor bisnis tambahan.
Berbicara kepada para wartawan di Berlin, Menteri Ekonomi, Peter Altmaier, mengatakan pemerintah sedang berusaha memperketat peraturan-peraturan itu lebih jauh lagi.
“Pertanyaan tentang (menurunkan) ambang pengambilalihan adalah salah satu dari banyak pilihan di atas meja yang dapat kita diskusikan di pemerintah dan kelompok parlemen,” kata Altmaier, salah satu sekutu terdekat Kanselir Angela Merkel.
Sumber-sumber koalisi mengatakan pemerintah dapat menurunkan ambang pengambilalihan investasi asing menjadi 15 atau 20 persen. Majalah Jerman Wirtschaftswoche melaporkan pada hari Kamis bahwa Altmaier membuka untuk menurunkan ambang bahkan lebih jauh hingga 10 persen.
“Saya ingin perusahaan-perusahaan Tiongkok terus berinvestasi di sini. Tetapi itu seharusnya juga memungkinkan sebaliknya,” Altmaier mengatakan, mencerminkan kekhawatiran bahwa Tiongkok mendapatkan terlalu banyak akses ke teknologi-teknologi kunci di Jerman dan negara-negara lain sementara Tiongkok membentengi perusahaan-perusahaannya sendiri dari pengambilalihan asing.
“Ini tentang hubungan ekonomi yang adil dan aturan yang harus diterapkan ke kedua belah pihak. Kita juga memiliki tugas untuk melindungi infrastruktur penting kita,” kata Altmaier.
Komentar-komentar tersebut mengikuti perdebatan sengit tentang investasi Tiongkok di Eropa, setelah serangkaian pengambilalihan perusahaan-perusahaan di Eropa Barat dan investasi-investasi infrastruktur, terutama di Yunani dan Balkan.
Kasus yang paling menonjol di Jerman sejauh ini adalah pembelian perusahaan pembuat robot Jerman, Kuka, oleh perusahaan Tiongkok, Midea, pada tahun 2016.
Perdebatan tersebut juga dipicu oleh langkah produsen mobil Tiongkok, Geely, pada Februari untuk memperoleh saham hampir 10 persen di perusahaan Jerman, Daimler.
Kepala badan intelijen domestik Jerman telah menyerukan kewaspadaan atas peningkatan langkah oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk berinvestasi dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan teknologi tinggi Jerman, memperingatkan bahwa hilangnya teknologi kunci dapat membahayakan ekonomi Jerman.
Kebijakan industri Tiongkok, khususnya “Made in China 2025,” telah memprioritaskan akuisisi-akuisisi asing untuk perusahaan-perusahaan teknologi tinggi sehingga rezim Tiongkok akhirnya dapat mendominasi rantai pasokan global.
Analisis terbaru tentang Made in China 2025, oleh Mercator Institute of China Studies yang berbasis di Jerman, menemukan bahwa investasi-investasi Tiongkok di perusahaan-perusahan Jerman yang mengkhususkan diri dalam produksi industri otomatisasi dan digitalisasi telah meningkat secara signifikan setelah rencana Tiongkok tersebut diperkenalkan pada tahun 2015.
Komentar Altmaier juga datang di tengah kekhawatiran terhadap proteksionisme dan perang dagang setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea baja dan aluminium luar negeri untuk melawan impor-impor murah, terutama dari Tiongkok.
Menanggapi permintaan dari Jerman, Prancis, dan Italia, Komisi Eropa meluncurkan usulan tahun lalu untuk mekanisme penyaringan investasi Eropa, yang sekarang sedang diperdebatkan oleh negara-negara anggota. (ran)
Rekomendasi video:
ErabaruNews