EpochTimesId – Seorang guru sedang menceritakan kisah kapal pesiar yang terbalik dan akan tenggelam. Semua penumpang di kapal itu dievakuasi dengan sekoci.
Sepasang suami istri berada pada kapal pesiar yang akan tenggelam. Mereka adalah penumpang terakhir yang berjalan ke arah sekoci, dan sepertinya terlibat dalam sebuah percakapan serius.
Sepasang suami istri menuju ke sekoci terakhir. Mereka mendapati hanya ada ruang untuk satu orang lagi. Ketika itu, sang suami mendorong istrinya ke belakang, ke arah kapal yang sedang tenggelam.
Sementara, pria itu melompat sendirian ke sekoci itu. Sang Istri meneriakkan sesuatu pada suaminya. Kemudian dia pasrah menerima nasibnya tenggelam bersama kapal pesiar itu.
Guru bertanya kepada para siswa, “Menurut kalian, apa yang ia teriakkan?”
“Aku membencimu!”
“Saya buta.”
Semua nurid berteriak dengan bersemangat.
https://youtu.be/OHpUbwYXrJk
Namun, guru itu berpaling kepada seorang anak laki-laki terdiam, dan bertanya kepadanya.
Anak laki-laki itu berkata, “Guru, saya yakin istrinya berteriak, “Jaga anak kita!”
“Pernahkah kamu mendengar cerita ini sebelumnya?” tanya sang guru sambil terkejut.
“Tidak, tapi itulah yang diucapkan ibu pada ayahku beberapa saat sebelum penyakit itu merenggut nyawanya.”
Sang guru tercengang dan berkata, “Jawabanmu benar.”
“Kapal itu tenggelam, dan pria itu pulang ke rumah untuk merawat dan membesarkan putri mereka.”
“Dan ketika pria itu meninggal dunia, putri mereka menemukan buku harian ayahnya.”
“Putri itu baru mengetahui bahwa ibunya telah didiagnosis menderita penyakit mematikan sebelum menaiki kapal pesiar.”
“Pada saat kritis, wanita pemberani ini mengorbankan dirinya dengan memilik tenggelam ke laut yang dingin.”
“Namun sebelum tenggelam, Ia meneriakkan satu permintaan terakhir pada suaminya, ‘Hiduplah, hiduplah demi putri kita!'”
Dalam buku hariannya, sang suami menulis, “Betapa aku berharap menggenggam tanganmu dan tenggelam ke dasar lautan bersamamu …”
Cerita selesai dan seisi kelas menjadi hening.
“Jangan hanya fokus, pada apa yang tampak pada permukaan, kemudian menilai orang lain tanpa memahami apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita ketahui.”
Orang yang suka mentraktir teman, belum tentu karena Ia banyak uang. Bisa jadi karena Ia menghargai persahabatan melebihi uang.
Orang yang mengambil inisiatif di tempat kerja, belum tentu karena Ia bodoh. Bisa jadi karena ia memahami konsep tanggung jawab.
Orang yang sering mengirim pesan tertulis pada anda, belum tentu karena Ia tidak ada kerjaan. Bisa jadi karena anda ada di hatinya! (EB/waa)
Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA