Oleh Kathleen Kevany, Dalhousie University
Sutradara film James Cameron dan istrinya, Suzy Amis Cameron, Oktober tahun lalu, meluncurkan operasi protein kacang organik di Saskatchewan, Kanada. Setelah selesai dan berjalan, fasilitas ini akan menjadi produsen utama protein kacang organik di Amerika Utara.
Pada konferensi pers, Cameron mengatakan tidak bersimpati terhadap industri peternakan. Dia prihatin dengan dampak lingkungan dari peternakan, dan ingin membantu umat manusia mengurangi konsumsi daging, dan mengurangi emisi gas rumah kaca demi meningkatkan kesehatan.
Ini adalah waktu yang penting bagi planet kita. Apa yang kita makan dan bagaimana kita mendapatkan makanan kita akan membantu membentuk masa depan planet.
Perubahan iklim, cuaca yang merusak, volatilitas dalam produksi makanan, dan munculnya penyakit tidak menular (diabetes dan tekanan darah tinggi, misalnya) yang telah menjadi penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Itu menuntut kita berpikir keras tentang apa yang kita makan dan menyerukan lebih banyak keberlanjutan dalam sistem pangan global kita.
Dipersembahkan oleh Tanaman
Tahun lalu, muncul gerakan untuk makan nabati dengan merilis Burger Impossible dan protein nabati lainnya yang menyerupai daging sapi. Manusia dapat hidup dengan baik dengan makan makanan nabati, dan passion untuk itu mulai tumbuh.
Sebuah survei tahun 2016 menemukan bahwa 17 persen orang Amerika mengikuti pola makan nabati secara eksklusif. Sementara 60 persen lainnya mengurangi produk berbasis daging. Tren serupa terjadi di Eropa dan Asia.
Penurunan makan daging dapat membantu pemerintah menghemat miliaran dalam biaya perawatan kesehatan. Tingkat konsumsi daging dan lemak jenuh yang tinggi terkait dengan meningkatnya beban kondisi kronis, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, dan beberapa jenis kanker.
Di Kanada, laporan terbaru menemukan bahwa pengeluaran perawatan kesehatan provinsi dapat meningkat menjadi 80 persen anggaran pada tahun 2030 jika pola makan dan gaya hidup, tetap tidak berubah.
Di Amerika Serikat, pengeluaran kesehatan nasional diperkirakan akan mencapai 20 persen PDB pada tahun 2025. Peningkatan biaya ini sebagian besar didorong oleh peningkatan penggunaan obat-obatan, teknologi medis, dan sumber daya manusia untuk mengobati penyakit ini.
https://youtu.be/OA5aNl_neO4
Mari Bercocok Tanam
Sistem pangan global semakin menghasilkan biaya manusia, sosial, lingkungan, dan ekonomi yang parah. Dalam upaya meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan laba, kita telah mengintensifkan dan memadukan proses-proses pertanian, termasuk pemuliaan tanaman dan hewan.
Akibatnya, kebiasaan produksi dan konsumsi makanan kita menjadi pendorong utama perubahan iklim, tekanan air, alih fungsi lahan, hilangnya keanekaragaman hayati, erosi tanah, penggundulan hutan, dan menipisnya stok ikan.
Kita membutuhkan pendekatan yang lebih cerdas, lebih sehat dan lebih ramah.
Misalnya, sangat tidak efisien untuk menanam biji-bijian, dan kemudian menggunakannya sebagai makanan ternak. Akan menjadi 10 kali lebih efisien, jika manusia langsung memakan biji-bijian tersebut.
Itu juga akan lebih welas asih. Harga biji-bijian meningkat ketika bahan baku disalurkan ke peternakan hewan industri, dan menempatkan mereka di luar jangkauan populasi yang terpinggirkan.
Produksi Makanan Berlebih
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) telah menyerukan reformasi dalam sistem pangan dan pertanian. Bukti yang dikumpulkan mengungkapkan perlunya pembatasan pada pertanian intensif kimia, produksi ternak intensif, serta produksi massal dan pemasaran massal makanan yang diproses dengan ultra.
Bukti juga menunjukkan perlunya praktik keberlanjutan untuk mendorong perbaikan yang diperlukan untuk rantai pasokan komoditas global.
Singkatnya, mereka menganjurkan untuk diet yang lebih berkelanjutan di seluruh planet ini. Pola makan berkelanjutan berusaha untuk mencapai hasil positif bagi manusia, hewan, dan planet dengan memperhatikan kesehatan, lingkungan, dan akses ke makanan dalam diet, serta gaya hidup.
Kelompok penelitian independen, seperti IPES-Food, juga bekerja sama dengan komunitas masyarakat dan gerakan sosial untuk membentuk kebijakan dan mendorong transisi menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan.
Dalam laporan terbaru, IPES-Food dan Aliansi Global untuk Masa Depan Pangan menyoroti banyak cara makanan terhubung dengan kehidupan kita. Mereka mendesak pemerintah, industri, dan konsumen akhir untuk membangun lebih banyak integritas ke dalam sistem pangan, dengan menerapkan pendekatan yang dapat diandalkan yang holistik, didukung oleh publik dan yang menggantikan hasil yang buruk dengan hasil yang inspiratif dan berkelanjutan.
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA
Peluang Tanaman Berair
Inovasi berbasis sayuran dan makanan nabati sudah bernilai miliaran dan diperkirakan akan terus tumbuh. Dengan bisnis berbasis tanaman yang tumbuh secara eksponensial, perusahaan makanan tradisional merebut kesempatan untuk berinvestasi dalam merek nabati.
‘Maple Leaf Foods’, distributor daging terbesar di Kanada, memperluas lini produknya untuk memasukkan makanan protein nabati. Mereka mengakuisisi Lightlife Foods dan Field Roast, yang menawarkan produk ‘daging’ dan keju vegan berbasis gandum. Ini bukan bisnis ringan: Field Roast memiliki sekitar 38 juta dolar AS omset penjualan pada tahun 2016.
Tyson Foods, produsen daging terkemuka AS, juga memperbesar sahamnya di perusahaan yang berbasis tanaman, ‘Beyond Meat’, dan perusahaan makanan multinasional Danone mengakuisisi WhiteWave, perusahaan berbasis susu-nabati (tanaman).
Banyak peluang bisnis menunggu mereka yang memiliki imajinasi. Lebih banyak makanan lezat diantisipasi di pasar dan beberapa akan mencakup protein kacang dari fasilitas yang diluncurkan oleh James Cameron dan tim.
Pembicaraan tentang masa depan bisa berarti udara yang lebih bersih, air, dan tanah yang subur, bersama-an dengan gaya hidup yang lebih sehat dan lebih adil, semuanya didukung oleh makanan nabati yang lezat. (The Epoch Times/waa)
Catatan : Kathleen Kevany adalah seorang profesor sistem makanan berkelanjutan dan direktur pusat penelitian pedesaan di Dalhousie University di Kanada. Artikel ini telah lebih dahulu diterbitkan di The Conversation.
Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA