Guo Yaorong
Kapal induk Tiongkok “Liaoning” baru-baru ini melakukan latihan militer besar-besaran di Laut Tiongkok Selatan, mengumpulkan lebih dari 40 kapal perang untuk membentuk formasi latihan perang diatas laut. Namun, seorang ahli militer AS menyatakan bahwa di medan perang nyata, formasi armada tersebut akan menjadi target sasaran empuk bagi bagi pesawat bomber AS yang cukup dengan mengirim 4 buah pesawat bomber B-1B, pasukan AS sudah dapat menghancurkan toal armada tersebut.
Menurut laporan “Business Insider”, ahli militer AS Hans Kristensen menyatakan bahwa setelah melihat foto-foto formasi kapal induk “Liaoning” dan kapal perang yang lainnya sedang melaju, ia percaya bahwa armada itu akan menjadi target empuk militer AS. Asalkan mengirim 4 buah pesawat bomber B-1B yang dilengkapi dengan 96 rudal anti-kapal jarak jauh (LRASM) sudah cukup untuk menghancurkan total armada RRT tersebut.
Wang Zhenming Blogger dan komentator kemiliteran terkenal dari Taiwan menyatakan di Facebook bahwa senjata baru LRASM (Long Range Anti-Ship Missile) adalah rudal anti-kapal jarak jauh terbaru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat, diperkirakan tahun ini baru mulai dioperasikan. Jadi dunia luar mungkin tidak mengenali rudal itu, namun ketika baru-baru ini AS membombadir Suriah, senjata yang digunakan adalah “saudara” dari rudal itu yakni “JASSM-ER” yang legendaris.
Menurut Wang Zhenming, singkat kata, rudal AGM-158 yang dikembangkan AS (Joint Air-to-Surface Standoff Missile, rudal jarak jauh JASSM), tipe AGM-158A yang untuk kali pertama dioperasikan dengan jangkauan hampir 400 km, kinerja utamanya adalah kemampuan untuk bersembunyi dengan jangkauan tembak sangat jauh, pesawat tempur tidak perlu mendekati target, setelah melemparkan bom dari kejauhan sudah bisa ditinggal dengan aman.
AGM-158A secara otomatis akan terbang sendiri ke arah target, merencanakan rute serangan dan menentukan target yang terbaik. “Sama saja dengan sang pilot cukup mengarah ke target, memencet tombol, sudah boleh pulang, sisa pekerjaannya akan diambil alih oleh komputer.”
Ia menyebutkan bahwa setelah itu AGM-158B yang lebih hebat muncul dengan jarak tembak bertambah dan melebihi 800 km, oleh karena itu disebut tipe Extended Range yang dikenal dengan sebutan JASSM-ER yakni rudal penyerang daratan tipe baru yang menjadi populer setelah kali ini dipergunakan untuk menyerang Suriah.
“Juga dikarenakan jangkauan tembaknya yang amat jauh itu membuat orang Jepang tertarik dan mempertimbangkan pembelian rudal serangan darat tipe Extended Range ini untuk dipergunakan oleh pesawat Pasukan Bela Diri Udara Jepang F-35A.”
“Karena jangkauan jarak tembak 800 kilometer itu begitu dahsyat, sistem pertahanan udara dari pihak lawan yang diserang mungkin belum sampai melihat jet tempur yang meluncurkan rudal sudah terkena bom terlebih dahulu.”
Wang Zhenming selanjutnya menambahkan, karena bentuk luar siluman (tak terdeteksi oleh radar) AGM-158 dan volumenya lebih kecil dari pesawat pada umumnya maka ia sangat sulit terdeteksi dan dicegat.
Ia menyatakan bahwa berdasarkan AGM-158, versi anti-kapal juga dikembangkan yakni “Proyek LRASM.”
Jarak tembak rudal anti-kapal versi ini juga melebihi 800 km dan selain berjarak tembak jauh serta memiliki kemampuan siluman masih memiliki kemampuan anti-gangguan elektronik yang canggih, juga sama bisa merencanakan rute sendiri mencari target serangan yang terbaik dan menentukan moda serangan terminal, boleh dikata adalah “kartu truf senjata anti-kapal” generasi mendatang Amerika Serikat.
Setelah siap dioperasikan, kode militer resmi yang diberikan oleh militer AS adalah AGM-158C, hubungan ‘kerabat’ dari ketiga tipe ini terlihat sangat jelas dari kode/type yang diberikan.
Wang Zhenming menekankan bahwa point paling hebat dari senjata tipe ini adalah: “Orang lain bisa memukul Anda namun Anda tidak bisa melihat orang yang memukul”.
Seperti serangan terakhir Amerika Serikat ke Suriah, sekali serangan jarak jauh dengan menembakkan ratusan rudal, taruh kata meskipun pencegatan musuh sangat efektif sehingga bisa mencapai 70% hingga 80%, sama saja masih ada 20% hingga 30% rudal yang kelolosan berhasil merusak armada. Sedangkan ketika pihak lawan masih sibuk bagaimana menghadapi rudal-rudal itu, pesawat yang menembakkan rudal LRASM di jarak 700 hingga 800 km sudah terbang kembali ke pangkalan, barangkali serangan gelombang kedua pun akan segera tiba.
Ketika AGM-158C sepenuhnya beroperasi di masa depan, “Tidak lagi menjadi soal apakah Anda dapat menembak jatuh pesawat musuh, melainkan masalahnya adalah apakah Anda dapat melihat pesawat musuh yang siap menyerang Anda di tampilan radar, sebelum Anda sendiri tekena rudal dan tenggelam ke dasar laut,” pungkas Wang. (LIN/WHS/asr)