70% Mobil Buangan di Tiongkok Kembali ke Jalan, Dikhawatirkan Jadi ‘Pembunuh Jalanan’

Epochtimes.id- Mobil bekas yang dibuang di Tiongkok setiap tahunnya mencapai hampir 8 juta unit, di mana sekitar 70% kembali beroperasi di jalanan setelah dipermak oleh tangan-tangan montir kemudian dijual di pasar gelap. Kenderaan tersebut dikhawatirkan menjadi ‘pembunuh jalanan’.

Harian Referensi Ekonomi Tiongkok mengutip laporan sebuah survei pada 22 Mei melaporkan bahwa survei menemukan hanya kurang dari 30 % mobil buangan di Tiongkok yang dimasukkan ke mesin scrape mobil, dan lebih dari 70 % kembali ke jalan setelah dipermak oleh tangan-tangan montir kemudian dijual melalui pasar gelap. Mobil perakitan yang kembali ke jalan ini membawa bahaya besar bagi keselamatan transportasi umum.

Sebuah mobil Jetta tua milik seorang pria bernama Chen Yong yang tinggal di Anhai, Fujian, sudah berjalan hampir 600.000 km dalam waktu lebih dari 10 tahun. Mobil tersebut sudah hampir mencapai usia wajib ‘pensiun’, yang kalau dijual hanya dapat diperlakukan sebagai besi tua dengan harga 500 Renminbi.

Namun gara-gara konsultasi online yang dilakukan Chen Yong, maka sejumlah makelar datang menengok mobil dan memberikan penawaran yang berlipat ganda daripada angka 500.

Di pasar gelap harga power steering mobil kecil saja lebih dari 500 Renminbi, jika mesin mobil cukup terawat harganya masih bisa mencapai 50-60 ribu Renminbi. Harga jualnya masih jauh di atas nilai ganti rugi mobil bekas usia ‘pensiun’ yang ditetapkan pemerintah.

Apa yang dialami Chen Yong di Fujian, juga dialami di sejumlah besar daerah lain di Tiongkok, menurut Mr. Li, seorang manajer perusahaan yang menangani mobil buangan bahwa melalui jalur resmi, pemilik mobil wajib ‘pensiun’ hanya memperoleh penggantian sebesar 200 – 300 Renminbi untuk kendaraannya yang kelas sedan atau pick up kecil. Di Guangdong malahan dihargai 290 Renminbi per ton. Di Jiangsu, sebuah truk diesel seberat 16 ton hanya dihargai 9.000 Renminbi oleh perusahaan scrape mobil.

Data Departemen Perdagangan Tiongkok menunjukkan : populasi kendaraan tahun 2017 telah melampaui 300 juta unit dengan kendaraan yang dilarang berjalan di jalan raya per tahun berkisar di 7 – 8 juta unit, tetapi angka ini masih terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut data yang terhimpun oleh Asosiasi Sumber Daya Daur Ulang diketahui bahwa kendaraan yang sesuai aturan pemerintah harus dibuang ke pabrik scrape mobil adalah kurang dari 30 %.

Sumber industri mengungkapkan bahwa sejumlah besar mobil bekas itu oleh para makelar itu dialihkan ‘daerah abu-abu’, dengan cara dijual ke daerah pedesaan atau daerah pegunungan setelah nomor plat mobilnya dicabut. Atau beberapa bagian dan komponen dibongkar kemudian dijual ke pasar perdagangan suku cadang mobil.

Menurut sumber industri, para makelar di seluruh negeri sudah memiliki jaringan yang memudahkan jual beli di antara mereka. Omzet transaksi di pasar gelap bisa mencapai lebih dari 10 miliar Renminbi setahun, berbeda dengan sebagian besar perusahaan scrape mobil resmi yang hasil operasinya ‘kempas-kempis’.

Seorang wartawan yang melakukan pengintaian di pasar gelap penjual onderdil di Desa Chen Tian, Guangzhou Baiyun kemudian melaporkan bahwa, di lokasi tersebut terdapat sekitar 1.500 kios penjual onderdil mobil dari segala merk.

Meskipun di dinding kios terpapar tulisan besar Dilarang Melakukan Jual-Beli ‘5 Onderdil Spesifik’ Kendaraan. Tetapi beberapa kios masih terang-terangan menggantungkan label bertuliskan Power Steering, menandakan kios tersebut punya stok onderdil termaksud. Kelima Onderdil Spesifik itu adalah power steering, mesin mobil, mesin transmisi, as roda depan dan belakang dan rangka sasis mobil.

Tidak jauh dari ‘kota onderdil’ tersebut terdapat lokasi bengkel pembongkaran mobil. “Satu mobil dibongkar oleh 3 montir hanya memakan waktu sekitar setengah jam, sama seperti potong daging saja” kata wartawan tersebut.

Ada toko 4S yang sering datang ke bengkel itu  untuk mencari onderdil. “Jika Anda membutuhkan onderdil bekas melalui jalur resmi di perusahaan scrape, maka waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama, bisa berbulan-bulan”.

Mengapa perusahaan resmi pembokaran mobil usahanya tidak bisa berkembang ? Menurut sumber bahwa perusahaan yang memiliki kualifikasi formal sebagai perusahaan scrape mobil memang jumlahnya tidak banyak, butuh investasi, dan ‘bengkel pembongkaran’ malahan berada di mana-mana.

Selain itu, pajak dan biaya perusahaan melebihi 19% karena rata-rata pemilik mobil individu tidak memiliki faktur untuk dikurangi.

Menurut laporan media ‘Sohu’ bahwa di Amerika Serikat, mobil buangan diperlakukan sebagai sumber daya material yang memiliki nilai sisa yang tinggi dan didaur ulang sesuai dengan operasi pasar sepenuhnya. Dan perusahaan penerima mobil daur ulang cukup banyak beroperasi di AS. Jumlahnya sekarang sekitar 12.000 buah. 20.000 perusahaan remanufaktur suku cadang dan 200 buah perusahaan scrape sisa-sisa pembongkaran mobil yang tak terpakai. Sebagian besar mereka bekerja sama dengan produsen mobil. (Sinatra/asr)