Retorika dari pemerintahan Trump telah memilih Tiongkok sebagai ancaman tunggal terbesar di panggung global.
Presiden A.S. Donald Trump ingin mengembalikan manufaktur yang hilang terutama karena Tiongkok. Mantan kepala ahli strategi Steve Bannon mengatakan dalam sebuah wawancara pada 10 September dalam 60 Minutes, “Tiongkok berada dalam perang ekonomi dengan kita.” Perwakilan Perdagangan A.S. Robert Lighthizer menyebut Tiongkok sebagai “ancaman bagi sistem perdagangan dunia.”
Reputasi Tiongkok yang dipertanyakan di kalangan perdagangan internasional berasal dari akuisisi teknologi luar negeri melalui pemaksaan perusahaan asing melakukan kemitraan dengan bisnis lokal, mencuri kekayaan intelektual (IP) melalui mata-mata dan cybercrime, membatasi akses dan investasi asing di pasar Tiongkok, dan tidak sepenuhnya mematuhi kebijakan Organisasi Perdagangan Dunia (WHO).
Selain itu, mengingat Tiongkok adalah mitra dagang terbesar kedua di Kanada dan dengan keengganannya untuk membuka pasarnya terhadap persaingan luar negeri, kita harus bertanya-tanya: Apakah benar layak bagi Kanada untuk mendapatkan sebuah perjanjian perdagangan bebas dengan Tiongkok?
Kehilangan Pekerjaan Manufaktur
Sebuah laporan yang ditulis di bawah pengawasan Andrew Sharpe, pendiri dan direktur eksekutif Pusat Studi Standar Hidup, menunjukkan bahwa lonjakan impor Tiongkok – “China shock” – menghasilkan kerugian bersih 105.000 pekerjaan-pekkerjaan manufaktur Kanada dari tahun 2001 sampai 2011. Merupakan 20,7 persen dari penurunan dalam pekerjaan manufaktur selama waktu itu.
“Pasar tenaga kerja lokal yang lebih tak terlidungi akibat persaingan dari impor Tiongkok juga menunjukkan pengurangan upah rata-rata yang lebih besar,” menurut laporan tersebut.
Secara umum, perdagangan bilateral antara Kanada dan Tiongkok membuat Kanada mengirimkan sumber daya alam sebagai imbalan atas produk manufaktur kelas bawah.
Dampak bersih terhadap ekonomi adalah keseimbangan yang baik antara hilangnya lapangan kerja versus konsumen Kanada yang mendapat keuntungan dari harga yang lebih rendah karena impor Tiongkok dan beberapa bisnis Kanada memperoleh keuntungan dari harga ekspor yang lebih tinggi.
Pada saat Kanada memikirkan perjanjian perdagangan bebas bilateral dengan Tiongkok, tidak jelas berapa banyak perdagangan yang bisa diperoleh, kata Sharpe.
“Ini mungkin relatif kecil karena kita sudah memiliki perdagangan yang signifikan dengan Tiongkok,” Sharpe mengatakan dalam sebuah wawancara telepon.
“Tiongkok memiliki keuntungan harga yang signifikan atas barang-barang manufaktur dan juga kami sudah mengimpor banyak dari Tiongkok,” tambahnya.
Kekhawatiran Ekonomi Lainnya
Bannon terkenal karena mengambil isu tentang ambisi militer Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, namun dia juga mengungkapkan keprihatinannya tentang ancaman Tiongkok terhadap kewiraswastaan ​​Amerika dalam wawancara 60 Minutes-nya.
“Saya ingin Tiongkok menghentikan penggunaan teknologi kami. Tiongkok, melalui transfer teknologi paksa, dan dengan mencuri teknologi kami adalah mengurangi detak jantung inovasi Amerika,” katanya.
Tidak ada alasan untuk percaya bahwa Kanada seolah-olah tidak begitu rentan dibanding Amerika Serikat terkait pencurian IP, yang dapat timbul dalam beberapa cara.
Mendapatkan keuntungan akses pasar di Tiongkok berarti bersaing dengan perusahaan milik negara, yang membuat perusahaan Kanada mengalami kerugian yang signifikan.
“Perjanjian-perjanian perdagangan yang paling sukses meratakan lapangan bermain untuk negara lain dalam hal mendapatkan akses pasar,” kata Jan De Silva, presiden Dewan Perdagangan Wilayah Toronto, dalam sebuah wawancara telepon.
De Silva, yang bekerja selama lebih dari satu dekade di Hong Kong, berharap bahwa pada prinsipnya, sebuah kesepakatan perdagangan kemungkinan akan menemukan semua pembatasan telah hapus terhadap bisnis-bisnis Kanada termasuk mereka dapat mengajukan tawaran untuk kontrak pemerintah. Tetapi mengingat ekonomi terpusat di Tiongkok, semua bukti menunjukkan bahwa ini tidak mungkin terjadi di bawah rezim komunis.
Analisis awal perjanjian perdagangan bebas Australia dengan Tiongkok (ChAFTA) mengisyaratkan jenis jenis kepentingan ini.
“Satu pertanyaan adalah rintangan-rintangan apa yang mungkin masih ditemukan perusahaan ketika mereka mencoba beroperasi di pasar Tiongkok,” kata Shiro Armstrong, co-director dari Australia-Japan Research Center di Australian National University, dalam sebuah laporan untuk Asia Pacific Foundation of Canada.
Laporan Armstrong ditulis pada bulan April-hampir dua tahun setelah ChAFTA mulai berlaku. “Hanya waktu yang akan mengatakan apakah bisnis dapat memanfaatkan sepenuhnya kesepakatan tersebut,” tulisnya. (ran)