Sementara raksasa telekomunikasi Tiongkok ZTE sedang menunggu keputusan dari pemerintah AS mengenai apakah akan mencabut larangan yang mencegah perusahaan tersebut membeli komponen-komponen teknologi AS, di sisi lain masalah-masalah dalam industri semikonduktor Tiongkok kini menjadi sorotan.
Pada 26 Juni, Qin Shuo, seorang tokoh media terkemuka yang sebelumnya adalah pemimpin redaksi Yicai, surat kabar bisnis utama Tiongkok, memposting sebuah artikel di akun media barunya di WeChat, sebuah platform media sosial Tiongkok.
Artikel tersebut menarik banyak perhatian dengan judulnya, yang menunjukkan bahwa meskipun Tiongkok adalah konsumen semikonduktor terbesar di dunia, industri semikonduktor milik negara itu sendiri menghasilkan kurang dari 10 persen chip yang digunakan di negara tersebut.
Chip-chip semikonduktor, yang menggerakkan segalanya dari mulai televisi layar datar sampai ponsel pintar, dibuat dengan mengubah (wafer) substrat-substrat silikon menjadi sirkuit terpadu (IC). Pembuatan chip ini membutuhkan proses teknologi tinggi yang sangat dijaga rahasia raksasa teknologi seperti Intel, IBM, Samsung, dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).
Ketergantungan pada Impor
Artikel 8 Juni di situs resmi Asosiasi Industri Semikonduktor Tiongkok (CSIA), sebuah organisasi perdagangan, mengkonfirmasi klaim artikel tersebut: kurang dari 8 persen dari chip-chip yang digunakan di Tiongkok yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan domestik Tiongkok.
Selain itu, CSIA melaporkan bahwa IC yang diimpor Tiongkok bernilai $260,14 miliar pada tahun 2017 sementara itu mengekspor IC senilai $66,88 miliar pada tahun itu. Dengan kata lain, Tiongkok sangat bergantung pada pemasok asing untuk komponen-komponen teknologi yang menggerakkan perangkat-perangkat teknologi buatannya.
Artikel itu mencatat bahwa ZTE akan membayar harga yang lumayan, denda $1,4 miliar baru-baru ini yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump, di samping denda $892 juta yang dibayarkan tahun lalu karena melanggar sanksi-sanksi AS terhadap Iran, sekitar tiga kali laba bersih perusahaan tersebut di tahun 2017.
Selain itu, artikel tersebut menjelaskan bahwa industri semikonduktor Tiongkok tidak memiliki kemampuan untuk mendesain dan memproduksi banyak komponen-komponen inti di dalam sirkuit tersebut. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan Tiongkok saat ini memiliki nol (zero) pangsa pasar domestik untuk DRAM dan NAND Flash, yang merupakan komponen-komponen dalam pembuatan semikonduktor untuk ponsel, komputer, dan perangkat-perangkat IT lainnya. Itu berarti Tiongkok mengimpor semua DRAM dan NAND Flash yang dibutuhkannya.
Akhirnya, artikel tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perusahaan Tiongkok yang masuk ke daftar 10 perusahaan semikonduktor teratas tahun ini, seperti yang diperingkat oleh Gartner, firma riset pasar yang mengkhususkan diri dalam industri IT.
Salah satu perusahaan semikonduktor top Tiongkok, Semiconductor Manufacturing International (SMIC), menempati posisi kelima dalam peringkat global 2017 berdasarkan pendapatan total yang diperoleh, menurut TrendForce, sebuah perusahaan riset yang berbasis di Taiwan. SMIC adalah perusahaan pengecoran semikonduktor, yang berarti hanya memproduksi chip yang dirancang oleh perusahaan lain dan tidak mendesain chip itu sendiri.
Masalah-masalah di Dalam Industri Semikonduktor Tiongkok
Menurut Qin, SMIC telah mencoba untuk meningkatkan tingkat hasil produksi dari teknologi node 28-nm (nanometer), proses manufaktur yang menghasilkan chip yang lebih kecil dengan kinerja yang lebih tinggi; butuh waktu beberapa saat sebelum SMIC bisa membuat terobosan dengan teknologi 14-nm generasi berikutnya.
Sementara itu, TSMC, pengecoran IC terkemuka di dunia yang berbasis di Taiwan, telah mengembangkan proses teknologi 7-nm, yang saat ini memproduksi chip-chip secara massal, menurut surat kabar Taiwan Economic Daily News pada 21 Juni. Perusahaan tersebut telah menginvestasikan $25 miliar untuk mengembangkan Teknologi 5-nm, yang diharapkan siap untuk produksi pada akhir 2018 atau awal 2019.
Tiongkok juga memiliki kekurangan bakat yang parah untuk industri semikonduktornya. Menurut Qin, yang mengutip pengumuman resmi tahun 2016–2017 tentang profesional di industri IC Tiongkok, negara itu membutuhkan tambahan 400.000 orang untuk bekerja di industri semikonduktor, yang saat ini mempekerjakan sekitar 300.000 orang. Qin menambahkan bahwa dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, ada sangat sedikit profesional IC di Tiongkok dengan lebih dari 10 tahun pengalaman kerja.
Wu Zhenhua, seorang peneliti di Institute of Microelectronics di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok yang dikelola negara, mengatakan hanya segelintir universitas top Tiongkok yang dapat melatih insinyur mikroelektronika berkualitas, menurut laporan 9 Mei dari media negara Tiongkok, People’s Daily.
ZTE Memperburuk Keterbatasan Teknologi Tiongkok
Larangan ZTE, diberlakukan setelah perusahaan tersebut ditemukan melanggar perjanjian hukum yang ditandatangani dengan melanggar sanksi-sanksi AS yang diberlakukan untuk Iran, semata-mata menyoroti situasi berbahaya ketika pasokan asing dihentikan tanpa adanya industri semikonduktor yang telah cukup berkembang di Tiongkok.
Hanya beberapa minggu setelah larangan tersebut diberlakukan pada bulan April, ZTE mengumumkan bahwa ia telah menghentikan operasi bisnis utamanya sebagai akibatnya.
Pada tanggal 28 Mei, pemimpin Tiongkok Xi Jinping, ketika berada di sebuah konferensi untuk para ilmuwan dan insinyur, berbicara tentang perlunya Tiongkok untuk menjadi mandiri secara teknologi.
Kesepakatan yang ZTE dan administrasi Trump telah sepakati, pencabutan larangan tersebut dengan denda sebesar $1,4 miliar dan $400 juta lainnya dalam rekening escrow untuk menutupi pelanggaran di masa mendatang, selain pengawasan oleh tim kepatuhan yang dipilih AS, telah dihentikan sementara setelah Senat AS meloloskan 19 Juni tindakan legislatif yang akan mencegah kesepakatan tersebut terjadi.
Dalam sebuah surat kepada Trump, Senator Mark Warner, wakil ketua Demokrat dari komite intelijen Senat, dan Senator Marco Rubio, anggota komite dari Partai Republik, mengatakan mencabut larangan ZTE akan menjadi “ancaman signifikan” bagi keamanan nasional, menurut laporan 26 Juni oleh Reuters.
“ZTE, meskipun diperdagangkan secara publik, adalah perusahaan yang didukung negara yang pada akhirnya tidak setia kepada para pemegang sahamnya, tetapi setia kepada Partai Komunis Tiongkok dan pemerintah Tiongkok,” kata surat itu.
Industri IC domestik yang kurang berkembang adalah alasan mengapa rezim Tiongkok secara agresif mengakuisisi perusahaan-perusahaan semikonduktor asing untuk mendapatkan akses ke teknologi mereka, yang oleh pemerintahan Trump telah berusaha untuk menghukum Tiongkok melalui tarif, sementara itu secara langsung mendanai perusahaan-perusahaan semikonduktor swasta Tiongkok.
Salah satu ketidakcukupan utama industri tersebut adalah kurangnya peralatan canggih untuk membuat chip canggih, menurut Wu, peneliti mikroelektronika.
Jadi dengan dukungan keuangan dari dana afiliasi negara, SMIC telah menghabiskan $126,4 juta untuk membeli peralatan litografi ultraviolet ekstrim (EUV) dari perusahaan peralatan semikonduktor Belanda ASML pada bulan April, hanya beberapa hari setelah Trump mengumumkan larangannya terhadap ZTE, menurut laporan 8 Mei dari Sina, portal berita Tiongkok.
Alat EUV ini, serta alat serupa yang diproduksi oleh perusahaan Jepang Nikon, telah diidentifikasi sebagai peralatan utama dalam teknologi 7-nm node, menurut situs web teknologi AS ZDNet. (ran)
ErabaruNews