Xia Xiaoqiang – Epochtimes.com
Pada tanggal 19 Juli, Trump dalam sebuah wawancara dengan TV CNBC Amerika Serikat menyatakan siap untuk mengenakan tarif atas barang-barang senilai 500 miliar dolar AS yang diimpor dari RRT.
Dalam wawancara itu Trump mengatakan: “Saya tidak melakukan ini demi politik, saya melakukan ini untuk melakukan hal yang benar bagi negara kita.”; “Kami telah dibebani oleh Republik Rakyat Tiongkok untuk jangka waktu cukup lama.”
Setelah perang dagang Tiongkok-AS dimulai pada 6 Juli lalu, Amerika Serikat pertama-tama mengenakan tarif pada barang-barang senilai 34 miliar dari Tiongkok, sisanya 16 miliar mengikuti kemudian. Karena mendapat reaksi balasan Beijing maka Trump menambahkan tarif senilai 200 miliar lagi, namun tarif dari nilai 200 miliar ini tidak akan langsung berlaku, perlu ditinjau dulu selama dua bulan dan setelah sidang parlemen pada 20 – 23 Agustus mendatang. Keputusan tarif riel akan dibuat setelah 31 Agustus.
Pada saat ini tampaknya Trump telah lebih awal mengeluarkan informasi tambahan tarif 500 miliar, yang merupakan hampir semua barang produk Tiongkok yang di ekspor ke Amerika Serikat.
Mungkin secara kebetulan, pada saat yang sama Trump mengeluarkan informasi ini, media melaporkan informasi bahwa kedudukan Xi Jinping di tingkat atas Partai Komunis Tiongkok (PKT) ditantang oleh lawan politiknya. Dalam beberapa hari terakhir media luar negeri menyebarkan informasi bahwa pertikaian internal tingkat atas PKT semakin sengit yang disebabkan oleh tekanan dari perang dagang Tiongkok-AS, status inti Xi Jinping telah ditantang, laporan berita dari media resmi PKT menampakkan kelainan.
Dalam pidato Ketua Kongres Rakyat Nasional Li Zhanshu dan Zhao Kezhi sebagai orang kepercayaan Xi Jinping yang mengeluarkan pendapat melindungi status inti Xi serta menegaskan harus “Putusan pada suara tunggal pimpinan” dll, tampaknya mengkonfirmasikan kebenaran rumor dari sisi lain.
Tiada yang kebetulan, bersamaan itu pada 18 Juli lalu Larry Kudlow penasihat ekonomi utama Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat dan RRT gagal mencapai kesepakatan dalam menyelesaikan perbedaan perdagangan, kini tanggung jawab berada pada Presiden Xi Jinping.
Dia mengatakan bahwa bola sekarang berada dibawah kaki Xi Jinping, asalkan RRT mengeluarkan rencana yang lebih memuaskan maka AS dapat mencabut tarif atas barang-barang Tiongkok. Ini adalah pertama kalinya staf senior dari tim Trump yang menyebutkan nama Xi Jinping di depan umum, ini relatif jarang.
Dalam wawancara Trump melanjutkan respeknya selama ini terhadap Xi Jinping dengan berkata: “Saya tidak ingin mereka (Tiongkok) takut. Saya berharap mereka melakukannya dengan baik, saya sangat menyukai presiden Xi, tetapi (perdagangan AS-Tiongkok) ini sangat tidak adil.”
Kemudian, dalam perang dagang Tiongkok-AS yang semakin sengit ini, situasi seperti apakah yang dihadapi oleh Xi Jinping? Bagaimana ia akan memilih?
Perang dagang antara RRT-AS ini baru saja dimulai selama satu minggu, dilihat dari reaksi pasar keuangan dan anjloknya pasar saham Beijing, menang atau kalah sudah dipastikan. Ditambah lagi pihak RRT hampir tidak ada kartu lagi yang dimainkan, pada akhirnya konsesi total pihak Beijing tak dapat dihindari.
Akan tetapi, Xi Jinping sebagai pimpinan teratas PKT, begitu melakukan tindakan konsesi pasti akan diserang oleh lawan politiknya dalam internal PKT, dengan tuduhan yang mereka sebut “menjual Negara/berkhianat”, sekarang gelagat ini sudah mulai nampak.
Sebenarnya, dilihat secara jangka panjang, jika RRT bisa mematuhi aturan perdagangan dunia (WTO) maka ekonomi Tiongkok mungkin benar-benar akan segera memasuki sistem perdagangan dunia, dan rakyat Tiongkok dapat memiliki lebih banyak peluang memperoleh produk-produk bagus dengan harga murah.
Surplus perdagangan yang sangat besar didapatkan oleh Beijing dengan menggunakan cara brandal dan pencurian (hak cipta) dan sebagian besar sudah dikuasai oleh kelompok kepentingan PKT, kebanyakan rakyat tidak mendapatkan manfaat darinya.
Itu sebabnya, PKT pada akhirnya akan menyerah dalam perang dagang Tiongkok-AS, hasil akhir ini bermanfaat bagi ekonomi dan rakyat Tiongkok, hanya saja rezim Beijing akan kehilangan kesempatan merebut kekayaan, pada saat yang sama, dampak perang dagang jangka pendek terhadap ekonomi Tiongkok juga akan membahayakan stabilitas rezim RRT.
Di sisi lain, hasil program anti-korupsi Xi Jinping selama lebih dari lima tahun ini telah mengusik kelompok kepentingan internal partai yang dipimpin oleh Jiang Zemin dan telah menyinggung sejumlah besar pejabat tinggi, maka kelompok kekuatan anti-Xi tersebut juga menggunakan kesempatan kekacauan perang dagang ini untuk melengserkan Xi Jinping.
Dipandang dari sudut ini, seiring dengan bertambah sengitnya perang dagang RRT-AS, situasi ekonomi Tiongkok semakin sulit ditopang, pihak Beijing dipastikan akan memberikan konsesi, tetapi konsesi Xi ini akan memberikan kesempatan bagi musuh-musuh politiknya. Pilihan yang paling mungkin dipilih oleh Xi adalah: Melawan (musuh) luar harus terlebih dahulu menstabilkan (musuh) dalam.
Ada kemungkinan Xi akan menggunakan tindakan keras untuk menghadapi “Kekuatan anti-Xi” di tingkat elit dan setelah membersihkan musuh-musuh politiknya, Xi baru bisa membuat keputusan akhir tentang bagaimana menghadapi perang dagang.
Hal ini berarti program anti-korupsi yang hampir berhenti total setelah Kongres Nasional ke-19 akan diaktifkan kembali. Akan bermunculan lagi kejatuhan sejumlah pimpinan kelas kakap di tingkat elit PKT mungkin akan menjadi kenyataan. (LIN/WHS/asr)