Empat perusahaan-Asahi Kasei Jepang, Komatsu, Iris Ohyama, dan Mitsubishi Electric-sedang memindahkan produksinya keluar dari Tiongkok, sebagai tanggapan terhadap perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, menurut dua artikel baru-baru ini oleh media Jepang, Nikkei.
Asahi Kasei, sebuah perusahaan kimia, telah memindahkan produksi bahan plastik yang dikirim ke Amerika Serikat dari Tiongkok, ke pabrik di Jepang. Keputusan untuk membawa rumah produksi tersebut dibuat setelah plastik, yang digunakan dalam suku cadang mobil, adalah salah satu produk akan dikenakan tarif oleh pemerintahanTrump.
Komatsu, produsen peralatan konstruksi, pertambangan, dan militer, mengatakan bahwa produksi bagian-bagian tertentu untuk ekskavator hidraulik saat ini akan direlokasi ke fasilitas di Amerika Serikat, Jepang, dan Meksiko.
Iris Ohyama, pembuat plastik konsumen, berencana untuk memindahkan produksi pembersih udara, kipas listrik, dan peralatan lainnya menuju pasar AS ke pabrik baru di Korea Selatan, yang dijadwalkan akan selesai tahun depan. Perpindahan produksi adalah tindakan pencegahan, karena produk-produk itu belum dipukul dengan tarif AS, kata perusahaan tersebut.
Mitsubishi Electric, yang membuat peralatan listrik, mengatakan mesin pelepasan listrik dan mesin laser pemroses-nya yang berada di AS berada di dalam daftar tarif Amerika Serikat. Akibatnya, produk-produk ini, yang awalnya diproduksi di Dalian, kota pelabuhan di Provinsi Liaoning Tiongkok utara, akan diproduksi di Nagoya, Jepang, sebagai gantinya. Situs Dalian akan terus membuat produk yang diperuntukkan bagi pasar Tiongkok.
Pada 23 Agustus, Amerika Serikat dan Tiongkok saling menampar satu sama lain dengan tarif 25 persen senilai $16 miliar untuk barang-barang impor, sehingga tarif menjadi senilai total gabungan $100 miliar produk sejak Juli.
Sebuah Tren
Tiongkok dan Amerika Serikat adalah dua mitra dagang terbesar Jepang. Perusahaan Jepang mengekspor produk senilai 300 miliar dolar ke Tiongkok dan Amerika Serikat pada 2017, menurut artikel 24 Agustus oleh surat kabar Japan Times, mengutip Dewan Perdagangan Luar Negeri Jepang.
Dalam laporan bulanan tentang ekonomi Jepang yang dikeluarkan 29 Agustus, pemerintah tersebut telah menurunkan penilaian ekspor untuk menunda pemulihan, mengutip kekhawatiran tentang dampak perang perdagangan Tiongkok-AS terhadap ekonomi Jepang, menurut Reuters. Ini pertama kalinya dalam tiga tahun penilaian ekspor mengalami kemunduran.
Ada risiko bahwa ekspor Jepang akan menderita jika gesekan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terus berlanjut, kata seorang pejabat pemerintah Jepang kepada wartawan.
Beberapa perusahaan Jepang telah beralih ke Vietnam untuk bisnis, sebagai gantinya. Menurut surat kabar bisnis Vietnam Investment Review (VIR), survei terbaru dari 4.630 perusahaan Jepang yang dilakukan oleh External Organisasi Jepang Dagang (JETRO), sebuah organisasi pemerintah, menunjukkan bahwa 70 persen dari perusahaan-perusahaan Jepang memiliki kepentingan dalam memperluas bisnis mereka di Vietnam, dibandingkan dengan 48 persen untuk Tiongkok.
Juga menurut VIR, 72 perusahaan Jepang mengunjungi pemerintahan Quang Ninh, mencari peluang investasi dan bisnis minggu lalu. Quang Ninh adalah provinsi pantai di Vietnam timur laut.
“Perusahaan-perusahaan Jepang ingin memperluas pasar-pasar investasi mereka keluar dari Tiongkok untuk menghindari risiko yang disebabkan oleh meningkatnya biaya-biaya produksi dari negara tersebut dan oleh perang perdagangan AS-Tiongkok, yang membuat sulit bagi perusahaan Jepang untuk mengekspor produk-produk mereka ke AS dari Tiongkok,” kata Nguyen Duc Tiep, perwakilan dari Badan Promosi Investasi Quang Ninh, sebuah lembaga pemerintah, dalam sebuah wawancara dengan VIR. (ran)