WASHINGTON — Presiden AS Donald Trump siap untuk secepatnya meningkatkan perang dagang dengan Tiongkok dan telah mengatakan kepada para pembantunya bahwa ia siap untuk mengenakan tarif atas $200 miliar lebih barang-barang impor dari Tiongkok pada awal pekan depan, Bloomberg News melaporkan pada 30 Agustus.
Gedung Putih menolak mengomentari laporan Bloomberg, yang mengutip enam sumber yang tidak teridentifikasi. Berita tersebut telah meruntuhkan pasar. S&P mencapai sesi terendah, dan dolar AS, yuan Tiongkok, serta hasil Treasury AS juga turun.
Trump telah mempertahankan kebijakan tegas tanpa kompromi menghadapi kebijakan-kebijakan perdagangan Tiongkok, dengan alasan bahwa mereka merugikan para pekerja AS dan mendukung pesaing-pesaing asing. Washington menuntut Beijing meningkatkan akses pasar dan perlindungan hak milik intelektual untuk perusahaan-perusahaan AS, memotong subsidi industri, dan memangkas selisih perdagangan sebesar $375 miliar.
Dua ekonomi terbesar dunia tersebut telah menerapkan tarif hingga $50 miliar untuk barang-barang satu sama lain dalam perang perdagangan saling membalas. Perundingan-perundingan yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan telah berakhir pekan lalu tanpa terobosan besar.
Tarif-tarif baru yang diajukan Washington sebesar 25 persen akan mempengaruhi produk-produk konsumen termasuk persediaan bahan pembangunan rumah, produk teknologi, sepeda, dan pakaian jadi.
Periode komentar publik tentang usulan tersebut akan berakhir pada 6 September, dan Trump berencana untuk memberlakukan tarif setelah tenggat waktu tersebut, kata Bloomberg.
Beberapa sumber mengatakan Trump belum membuat keputusan terakhirnya, kata laporan Bloomberg. Para pejabat pemerintahan Trump telah membahas bagian-bagian tentang bagaimana sulitnya menekan Beijing.
Trump, yang telah mengancam untuk mengenakan bea masuk lebih dari $500 miliar pada hampir semua barang Tiongkok yang diekspor ke Amerika Serikat setiap tahun, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara awal bulan ini bahwa penyelesaian perang dagang dengan Tiongkok akan “butuh waktu” dan bahwa dia “tidak memiliki kerangka waktu” untuk mengakhirinya. (ran)