Washington DC – NASA mengatakan sebuah asteroid dengan potensi berbahaya melintas dengan jarak yang cukup dekat dengan Bumi. Namun, badan antariksa Amerika Serikat itu mengatakan tidak ada dampak yang ditimbulkan ketika asteroid itu melewati planet, dengan jarak sekitar 3 juta mil, seperti dikutip dari Fox News.
Asteroid itu selama ini dikenal sebagai ‘2016 NF23’. Benda langit ini berdiameter antara 230 dan 525 kaki (sekitar 150 meter), menurut NASA. Asteorid ini akan terbang melewati Bumi pada 29 Agustus 2018, dengan kecepatan lebih dari 9 kilometer per detik, atau sekitar 20.000 mil per jam.
Asteroid yang melintas ini adalah objek benda langit dekat Bumi (NEO) terbesar ketiga dalam waktu berdekatan. Dua lainnya akan terbang melewati Bumi pada September 2018. Menurut situs Earth Close Approaches ‘Asteroid 2001 RQ17’ dan ‘Asteroid 2015 FP118″, berukuran lebih besar lagi.
Setiap asteroid yang melintas dalam jarak 4,6 juta mil dari Bumi dengan diameter lebih dari 500 kaki dianggap ‘berpotensi berbahaya’, menurut NASA.
Sementara itu, sebuah yayasan swasta sedang mencari cara untuk membangun database dalam melacak ‘asteroid dekat bumi’.
“Ada hampir 5 juta dari mereka (asteroid),” Danica Remy, yang merupakan presiden dan CEO ‘Yayasan B612’, mengatakan kepada Politico. “Jadi kami memiliki jalan panjang untuk mencapai tingkat penemuan. Itu adalah tantangan yang paling penting. Kita harus menemukannya. Kami perlu membangun peta ini.”
Dalam laporan Politico, disinggung dampak ledakan meteor Chelyabinsk pada tahun 2013 lalu di atas Rusia.
“Ya, mereka kadang-kadang menabrak bumi, tetapi mereka juga benda-benda langit yang sangat menarik. Tempat menarik untuk dikunjungi. Mereka bisa memberi tahu kita fakta menarik tentang asal mula kehidupan kita,” sambung Remy.
“Mereka akan melihat sejumlah besar asteroid, benar-benar mengecilkan apa yang telah kita ketahui hari ini,” tambah Remy. “Dalam beberapa bulan akan ada antara 50.000 dan 100.000 asteroid dekat bumi yang akan diidentifikasi oleh LSST.”
Database, yang dikenal sebagai ADAM, akan menjadi langkah pertama untuk pertahanan planet, sekaligus sebagai data perencanaan misi ilmiah. “Kadang-kadang juga bermanfaat untuk perencanaan pemanfaatan sumber daya masa depan dari benda-benda langit ini,” imbuh Remy.
Meteor Chelyabinsk memasuki atmosfer Bumi pada 15 Februari 2013. Masuknya meteor itu berdampak luas di wilayah Rusia. Karena kecepatan dan sudutnya yang tinggi, meteor itu meledak dan menyembur di udara langit Oblast, Chelyabinsk.
“Dampak asteroid dekat kota Rusia, Chelyabinsk pada 15 Februari 2013 adalah ledakan terbesar di Bumi sejak peristiwa Tunguska tahun 1908, menyebabkan bencana alam di daerah dengan populasi melebihi satu juta,” menurut Science Magazine.
Ledakan itu dikatakan menghasilkan cahaya yang lebih terang daripada Matahari. Bahkan, ledakan diperkirakan memiliki energi setara dengan ledakan 500 kiloton TNT. (JACK PHILLIPS/The Epoch Times/waa)
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA